BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Kegiatan evaluasi kebutuhan dan kelayakan terhadap kurikulum adalah
suatu keharusan yang esensial dalam rangka pengembangan program kegiatan
pendidikan pada umumnya dan peningkatan kualitas siswa pada khususnya. Hal ini
terkait dengan pengembangan sumber daya manusia sebagai unsur utama pelaksanaan
dan keberhasilan program pendidikan yang pada gilirannya membutuhkan pengelola
dan pelaksana yang mampu menjalankan kegiatan pendidikan yang lebih berdaya.
Evaluasi kurikulum sebagai usaha sebagai usaha sistematis
mengumpulkan informasi mengenai suatu kurikulum untuk digunakan sebagai
pertimbangan mengenai mengenai nilai dan arti dari kurikulum dalam suatu
konteks tertentu. Evaluasi kurikulum dapat mencakup keseluruhan kurikulum atau
masing-masing komponen kurikulum seperti tujuan, isi, atau metode pembelajaran
yang ada dalam kurikulum tersebut.
Secara sederhana, dapat disamakan dengan penelitian karena evaluasi
kurikulum menggunakan penelitian yang sistematik, menerapkan prosedur ilmiah
dan metode penelitian. Perbedaan antara evaluasi dan penelitian terletak pada
tujuan. Evaluasi bertujuan untuk mengumpulkan, menganalisis dan menyajikan data
untuk bahan penetuan keputusan mengenai kurikulum apakah akan ada revisi
atau diganti. Sedangkan penelitian memiliki tujuan yang lebih luas dari
evaluasi yaitu mengumpulkan, menganalisis dan menyajikan data untuk mengui
teori atau membuat teori baru.
Evaluasi dan Kurikulum merupakan merupakan dua disiplin yang
memiliki hubungan sebab akibat. Hubungan antara evaluasi dan kurikulum bersifat
organis, dan prosesnya secara evolusioner. Evaluasi merupakan kegiatan yang
luas, kompleks dan terus menerus, untuk mengetahui proses dan hasil pelaksanaan
sistem pendidikan dalam mencapai tujuan yang ditentukan. Dimana semua tidak
terlepas dari adanya berbagai criteria, mulai dari yang bersifat formal.
Evaluasi kurikulum memegang peran penting baik dalam penentuan
kebijakansanaan pendidikan pada umumnya, maupun dalam pengambilan keputusan
dalam kurikulum. Hasil-hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh para
pemegang kebijaksanaan pendidikan dan para pengembang kurikulum dalam memilih
dan menetapkan kebijakan pengembangan sistem pendidikan dan pegembangan model
kurikulum yang digunakan. Hasil-hasil evaluasi kurikulum juga dapat digunakan
oleh guru-guru, kepala sekolah dan para pelaksana pendidikan lainnya, dalam
memahami dan membantu perkembangan siswa, memilih bahan pelajaran, memilih
metode dan alat-alat bantu pelajaran, cara penilaian, serta fasilitas pendidikan
lainnya.
Beberapa hasil evaluasi menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan
keputusan. Pihak pengambil keputusan dalam pelaksanann pendidikan dan kurikulum
adalah guru, murid, orang tua, kepala sekolah, para inspektur, pengembang
kurikulum dan lain-lain. Namun demikian pada prinsipnya tiap pengambil
keputusan dalam proses evaluasi memegang peran yang berbeda, sesuai dengan
posisinya.
- Perumusan Masalah
- Apa Pengertian Evaluasi ?
- Bagaimana Fungsi Evaluasi ?
- Bagaimana Evaluasi Kurikulum ?
- Bagaimana Tujuan Evaluasi Kurikulum ?
- Bagaimana Peran dalam Kurikulum ?
- Apa Saja Model Evaluasi Kurikulum ?
- Tujuan
- Pengertian Evaluasi
- Fungsi Evaluasi
- Evaluasi Kurikulum
- Tujuan Evaluasi Kurikulum
- Peran dalam Kurikulum
- Model Evaluasi Kurikulum
BAB II
PEMBAHASAN
- Pengertian Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses mengukur dan
menilai sebagai upaya tindak lanjut untuk mengetahui berhasil atau tidaknya
proses pembelajaran atau dapat pula diartikan penilaian atau penafsiran
terhadap pertumbuhan dan kemajuan peserta didik kearah tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan dalam kurikulum. Hasil penilaian ini dapat dinyatakan secara
kuantitatif maupun kualitatif. Adapun tujuan evaluasi pembelajaran antara lain
adalah untuk mendapatkan data pembuktian yang akan mengukur sampai dimana tingkat
kemampuan dan keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan pengajaran.
Dengan demikian
evaluasi menempati posisi yang penting dalam proses belajar mengajar karena
dengan adanya evaluasi pengajaran ini keberhasilan pengajaran tersebut dapat
diketahui. Menurut Wand dan Brown (1957) dalam buku Wina Sanjaya, definisi
evaluasi sebagai “.......... refer to the
act or process to determining the value of something” Evaluasi mengacu
kepada suatu proses untuk menentukan nilai sesuatu yang dievaluasi. Pertama,
evaluasu merupakan suatu proses. Artinya , dalam suatu pelaksanaan evaluasi
semestinya terdiri dari berbagai macam tindakan yang harus dilakukan. Kedua,
evaluasi berhubungan dengan pemberian nilai atau arti. Artinya, berdasarkan
hasil pertimbangan evaluasi apakah sesuatu itu mempunyai nilai atau tidak.
Dengan kata lain evaluasi dapat menunjukkan kualitas yang dinilai.
- Fungsi Evaluasi
Evaluasi pembelajaran merupakan salah satu komponen dalam proses
pembelajaran yang memiliki fungsi dan tujuan sebagai berikut :
- Fungsi normatif, yaitu berfungsi sebagai perbaikan sistem pembelajaran.
- Fungsi diagnostik, yaitu berfungsi untuk mengetahui faktor kesulitan siswa dalam proses pembelajaran.
- Fungsi sumatif, berfungsi untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta didik.
Secara garis besar dalam proses belajar mengajar evaluasi memiliki
fungsi pokok sebagai berikut :
- Untuk mengukur kemajuan dan perkembangan peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar selama jangka watu tertentu.
- Untuk mengukur sampai dimana keberhasilan sistem pengajaran yang digunakan.
.
Sebagai
bahan pertimnbangan dalam rangka melakukan perbaikan proses belajar mengajar.
Dan fungsi evaluasi lainnya :
1. Evaluasi merupakan alat yang penting
umpan balik bagi siswa. Melalui evaluasi siswa akan mendapatkan informasi
tentang efektivitas pembelajaran yang dilakukannya. Dari hasil evaluasi siswa
akan dapat menentukan harus bagaimana proses pembelajaran yang perlu
dilakukannya.
2. Evaluasi merupakan alat yang penting
untuk mengetahui bagaimana ketercapaian siswa dalam menguasai tujuan yang telah
ditentukan. Siswa akan tahu bagaimana yang perlu dipelajari lagidan bagaian
mana yang tidak perlu.
3. Evaluasi dapat memberikan informasi
untuk mengembangkan kurikulum. Informasi ini sangat dibutuhkan baik untuk guru
maupun para pengembang kurikulum khususnya untuk perbaikan program selanjutnya.
4. Informasi dari hasil evaluasi dapat
digunakan oles siwa secara individual dalam mengambil keputusan, khususnya
untuk menentukan masa depan sehubungan dengan pemilihan bidang pekerjaan serta
pengembangan karir.
5. Evaluasi berguna untuk para pengembang
kurikulum khususnya dalam menentukan kejelasan tujuan khusus yang ingin
dicapai. Misalnya, apakah tujuan itu perlu diubah atau ditambah.
6. Evaluasi berfungsi sebagai umpan balik
untuk semua pihak yang berkepentingan dengan kependidikkan di sekolah, misalnya
untuk orang tua, untuk guru dan pengembang kurikulum, untuk perguruan tinggi,
pemakai lulusan, untuk orang yang mengambil kebijakan pendidikan termasuk juga
untuk masyarakat. Melalui evaluasi dapat dijadikan bahan informasi tentang
efektivitas program sekolah.
- Evaluasi Kurikulum
1. Makna Evakluasi Kurikulum
Evalusai kurikulum
dimaksudkan sebagai suatu proses mempertimbangkan untuk memberi nilai dan arti
terhadap suatu kurikulum tertentu. Hal yang dimaksud dengan kurikulum di sini
adalah rencana yang mengatur tentang isi dan tujuan pendidikan tertentu. Dalam
kata lain dalam konteks ini kurikulum sebagai sebuah dokumen atau kurikulum
tertulis.
2. Ruang Lingkup Evaluasi Kurikulum
a. Evaluasi Kurikulum sebagai Suatu
Program atau Dokumen
suatu pprogram atau dokumen, kurikulum
memiliki beberapa komponen pokok yaitu tujuan yang ingin dicapai, isi atau
materi kurikulum itu sendiri, strategi pembelajarn yang direncanakan, serta
rencana evaluasi keberhasilan.
1). Evaluasi Tujuan Pendidikan
Rumusan tujuan merupakan salah satu
komponen yang ada dalam dokumen kurikulum. Evaluasi kurikulum sebagai dokumen
adalah evaluasi terhadap tujuan, setiapmata pelajaran terdapat sejumlah
kriteria untuk menilai tujuan ini.
·
Apakah tujuan
setiap mata pelajaran itu berhubungan dan diarahkan untuk mencapai tujuan
lembaga sekolah yang bersangkutan.
·
Apakah tujuan
itu mudah dipahamioleh setiap guru?
·
Apakah tujuan
yag dirumuskan dalam dokumen itu sesuai dengan tingkat perkembangan sisiwa?
2) evaluasi terhadap isi atau materi
kurikulum bahwa yang dimaksud dengan isi atau materi kurikulum adalah seluruh
pokok bahasan yang diberikan dalam setiap mata pelajaran. Sejumlah pertanyaan
yang dijadikan kriteria untuk menguji isi atau materi kutrikulum diantaranya:
·
Apakah isi
kurikulum sesuai atau dapat mendukung pencapaian tujuan seperti yang telah
ditetapkan
·
Apakah isi
atau materi kurikulum sesuai dengan pandangan-pandangan atau penemuan-penemuan
yang mutakhir
·
Apakah isi
kurikulum sesuai dengan pengalaman dan karakteristik lingkungan dimana anak
tinggal?
·
Apakah urutan
isi kurikulum sesuai karakteristik isi atau materi kurikulum?
3) Evaluasi terhadap strategi
pembelajaran
Sebagai suatu pedoman bagi guru,
kurikulum juga seharusnya memuat petunjuk-petunjuk bagaimana cara pelaksanaan
pembalajaran atau cara mengimplementasikan kurikulum didalam kelas. Salah satu
aspek yang berhubungan dengan implementasi kurikulum adalah aspek pedoman
perumusan strategi pembelajaran. Sejumlah kriteria yang dapat diajukan untuk
menilai pedoman strategi belajar mengajar diantaranya :
·
Apakah
strategi pembelajaran yang dirumuskan sesuai dan dapat mendukung untuk
keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan?
·
Apakah
strategi pembelajaran yang diusulkan dapat mendorong aktifitas dan minat siswa
untuk belajar?
·
Bagaimana
keterbacaan guru terhadap pedoman pelaksanaan strategi pembelajaran yang
direncanakan?
·
Apakah
strategi pembelajaran yang dirumuskan dapat mendorong kreativitas guru?
·
Apakah
stategi pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan siswa?
·
Apakah
stategi pembelajaran yang dirumuskan sesuai dengan alokasi waktu yang tersedia?
4) Evaluasi terhadap program penilaian
Komponen yang keempat,yang harus
dijadikan sasaran penilaian terhadap kurikulum sebagai suatu program adalah
evaluasi terhadap program penilaian. Beberapa kriteria yang dapat dijadikan
acuan adalah :
·
Apakah
program evaluasi relevan dengan tujuan yang ingin dicapai?
·
Apakah
evaluasi diprogramkan untuk mencapai fungsi evaluasi baik sebagai formatif
maupun fungsi sumatif?
·
Apakah
program evaluasi yang direncanakan mudah dibaca dan dipahami oleh guru?
·
Apakah
program evaluasi mencakup semua aspek perubahan perilaku?
b. Evaluasi Pembelajaran sebagai
Implementasi Kurikulum
telah dijelaskan bahwa kurikulum
sebagai suatu dokumen memiliki keterkaitan yang tidak terpisah dengan
implementasi dolumen tersebut dalam kegiatan pembelajaran. Beberapa kriteria
yang dapat diajukan untuk menilai implementasi tersebut diantaranya adalah
sebagai berikut :
·
Apakah
implementasi kurikulum yang dilaksanakan oleh guru sesuai dengan program yang
direncanakan?
·
Sejauh mana
siswa dapat berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai?
·
Apakah secara
keseluruhan implementasi kurikulum dianggap efektif dan efisien?
3. Evaluasi Berbasis Kelas
Pertama, evaluasi merupakan kegiatan
integral dalam suatu proses pembelajaran. Artinya, kegiatan evaluasi
ditempatkan sebagai kegiatan yang tidak terpisahkan dalam proses pembelajaran.
Kedua, evalusai bukan hanya tanggung jawab guru, akan tetapi juga menjadi
tanggung jawab siswa. Artinya, dalam proses evaluasi siswa dilibatkan oleh
guru, sehingga mereka memiliki kesadaran pentingnya evaluasi untuk memantau
keberhasilannya sendriri dalam proses pembelajaran (self evaluation).
4. Jenis-jenis Evaluasi
Setaip jenis memiliki karakteristik
yang berbeda. Dibawah ini dijelaskan secara singkat
a. tes
tes adalah tekhik penilaian yang biasa
digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam pencapaian suatu kompetensi
tertentu, melalui pengolahan secara kuantitatif yang hasilnya berbentuk angka.
Berdasarkan angka itulah selanjutnya ditafsirkan tingkat penguasaan kompetensi
siswa.
b. non tes
non tes adalah alat evaluasi yang
biasanya digunakan untuk menilai aspek tingkah laku termasuk sikap, minat dan
motivasi.
·
Observasi
adalah teknik penilaian dengan cara mengamati tingkah laku pada suatu situasi
tertentu.
·
Wawancara
adalah komunikasi langsung antara yang mewawancarai dan yang diwawancarai.
Dilihat dari sifatnya, ada dua jenis wawancara yaitu wawancara langsung dan
tidak langsung.
5. Evaluasi Internal dan Eksternal
Evaluator kurikulum dapat diklasifikasikan menjadi dua
macam yaitu sebagai berikut:
a. Evaluasi Internal
Evaluator dalam adalah pelaksanaan evaluasi kurikulum
yang sekaligus berasal dari lembaga yang akan dievaluasi.
Kelebihan evaluator dalam adalah evaluasi menjadi tepat
sasaran karena evaluator sangat memahami dan menguasai kurikulum yang akan
dievaluasi. Hemat dari segi pendanaan, karen lembaga yang dievaluasi tidak
perlu mengeluarkan banyak dana untuk membayar evaluator kurikulum.
Kelemahan evaluator dalam adalah adanya kemungkinan
subyektifitas dari evaluator, yang hanya akan menyampaikan kepentingan pribadi.
Kemungkinan adanya sikap tidak cermat evaluasi menurut versi dirinya.
b. Evaluasi Eksternal
Evaluator adalah evaluator yang berasal dan berada di
luar lembaga yang akan dievaluasi dan tidak terlibat dalam implementasi
kurikulum. Diharapkan evaluator ini mampu bertindak dan mampu bersikap
independent, karena tidak memiliki kepentingan pribadi. Kelebihan evaluator
luar adalah lebih obyektif dalam melaksanakan evaluasi karena ia tidak
berkepentingan mengenai kategori keberhsilan atau kegagalan implementasi
kurikulum yang telah berjalan. Apapun hasil evaluasi tidak akan direspon secara
emosional oleh evaluator luar karena ia tidak ingin memperlihatkan bahwa
kurikulum tersebut berhasil dengan baik. Kesimpulan yang akan diambil dan
dibuat lebih sesuai dengan keadaan dan kenyataan.
Kelemahan evaluator luar antara lain adalah kurangnya
pemahaman terhadap seluk beluk dan seluruh aspek kurikulum memungkinkan
kesimpulan yang diambil kurang tepat. Pemborosan dana kerena pihak pengambil
kebijakan harus mengeluarkan dana yang besar untuk membayar evaluator luar.
Mengingat masing-masing evaluator baik evaluator dalam
mapun luar, memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan, maka sebaiknya
dianjurkan evaluator itu gabungan dari dalam dan dari luar. Dengan demikian
evaluator dalam bisa memberikan penjelasan dan pemahaman kepada evaluator luar
tentang segala hal yang berhubungan dengan kurikulum. Hal ini menguntungkan
pengambil kebijakan kerena tidak perlu mengeluarkan banyak dana, dan
menguntungkan bagi pelaksana kurikulum atau lembaga yang dievaluasi karena ada
pihak dalam yang terlibat, yang tentu lebih memahami kurikulum tersebut dari
pada orang luar.
- Tujuan Evaluasi Kurikulum
Tujuan evaluasi
kurikulum berbeda-beda tergantung dari konsep atau pengertian seseorang tentang
evaluasi. Tujuan tersebut dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut :
1. Menyediakan informasi mengenai pelaksanaan
pengembangan dan pelaksanaan suatu kurikulum sebagai masukan bagi pengambilan
keputusan.
2. Menetukan tingkat keberhasilan dan kegagalan suatu
kurikulum serta faktor-faktor yang berkontribusi dalam suatu lingkungan tertentu.
3. Mengembangkan berbagai alternatif pemecahan
masalah yang dapat digunakan dalam upaya perbaikan kurikulum.
4. Memahami dan menjelaskan karakteristik suatu
kurikulum dan pelaksanaan suatu kurikulum.
- Peran dalam Kurikulum
Evaluasi
kurikulum memegang peran penting baik dalam penentuan kebijakansanaan
pendidikan pada umumnya, maupun dalam pengambilan keputusan dalam kurikulum.
Hasil-hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh para pemegang kebijaksanaan
pendidikan dan para pengembang kurikulum dalam memilih dan menetapkan kebijakan
pengembangan sistem pendidikan dan pegembangan model kurikulum yang digunakan.
Hasil-hasil evaluasi kurikulum juga dapat digunakan oleh guru-guru, kepala
sekolah dan para pelaksana pendidikan lainnya, dalam memahami dan membantu perkembangan
siswa, memilih bahan pelajaran, memilih metode dan alat-alat bantu pelajaran,
cara penilaian, serta fasilitas pendidikan lainnya.
Beberapa hasil
evaluasi menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan keputusan. Pihak pengambil
keputusan dalam pelaksanann pendidikan dan kurikulum adalah guru, murid, orang
tua, kepala sekolah, para inspektur, pengembang kurikulum dan lain-lain. Namun
demikian pada prinsipnya tiap pengambil keputusan dalam proses evaluasi
memegang peran yang berbeda, sesuai dengan posisinya.
Salah satu
kesulitan yang dihadapi dalam penggunaan hasil evaluasi bagi pengambilan
keputusan adalah hasil evaluasi yang diterima oleh berbagai pihak pengambil
keputusan adalah sama. Masalah yang timbul adalah apakah hasil evaluasi
tersebut dapat bermanfaat bagi semua pihak. Jawabannya belum tentu, karena
suatu informasi mungkin lebih bermanfaat bagi pihak tertentu tetapi kurang
bermanfaat bagi pihak yang lain.
Kesatuan
penilaian hanya dapat dicapai melalui suatu konsesus. Konsesus tersebut berupa
kerangka kerja penelitian yang dipusatkan pada tujuan-tujuan khusus, pengukuran
prestasi belajar yang bersifat behavioral, analisis statistik dari prestasi tes
post tes. Secara umum, langkah-langkah pokok evaluasi pendidikan meliputi tiga
kegiatan utama yaitu persiapa, pelaksanaan dan pengolahan hasil.
Peran evaluasi
kurikulum dalam pendidikan berkenaan dengan tiga hal, yaitu sebagai berikut.
- Konsep sebagai moral judgement
Konsep utama
dalam evaluasi adalah masalah nilai. Hasil dari suatu nilai berisi suatu nilai
yang akan digunakan untuk tndakan selanjutnya. Hal ini mengandung dua
pengertian yaitu:
·
Evaluasi berisi suatu skala
nilai moral, berdasarkan skala tersebut suatu objek evaluasi daoat dinilai
·
Evaluasi berisi suatu perangkat
kriteria praktis yang berdasarkan criteria-kriteria tersebutsuatu hasil dapat
dinilai
- Evaluasi dan penentuan keputusan
Beberapa hasil
evaluasi menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan keputusan. Pihak
pengambilan keputusan dalam pelaksanaan pendidikan dan kurikulum adalah guru,
murid, orang tua, kepala sekolah, para inspektur, pengembangan kurikulum dan
sebagainya.
- Evaluasi dan konsesus nilai
Kesatuan
penilaian dapat dicapai melalui suatu konsensus. Kosensus tersebut berupa
kerangka kerja penelitian yang dipusatkan pada tujuan-tujuan khusus, pengukuran
prestasi belajar behavioral, analisis statistik dari prestasi tes dan post tes.
Ada dua dua
kriteria dalam penilaian kurikulum:
·
Kriteria berdasarkan tujuan
yang telah ditentukan atau sering disebut criteria patokan
·
Kriteria berdasarkan
norma-norma atau standar yang ingin dicapai senagaimana adanya.
- Model Evaluasi Kurikulum
Evaluasi kurikulum merupakan suatu tema yang luas, meliputi banyak
kegiatan, meliputi sejumlah prosedur, bahkan dapat merupakan suatu lapangan
studi yang berdiri sendiri. Evaluasi kurikulum juga merupakan suatu fenomena
yang multifaset, memiliki banyak segi.
Macam-macam model evaluasi yang digunakan bertumpu pada aspek-aspek
tertentu yang diutamakan dalam proses pelaksanaan kurikulum. Model evaluasi
yang bersifat komparatif berkaitan erat dengan tingkah laku individu. Evaluasi
yang berorentasi tujuan berkaitan erat dengan meteri dan tingkah laku individu.
Evaluasi yang menekankan tujuan berkaitan erat dengan kurikulum yang menekankan
pada bahan ajar atau isi kurikulum. Model atau pedekatan antropologis dalam
evaluasi ditunjukkan untuk mengevaluasi tingkah laku dalam suatu lembaga
social. Dengan demikian, sesungguhnya terdapat hubungan yang sangat erat antara
evaluasi dengan kurikulum sebab teori kurikulum juga merupakan teori dari
evaluasi kurikulum.
Ada
beberapa model dalam evaluasi kurikulum, yaitu sebagai berikut:
1.
Evaluasi kurikulum model penelitian (research evaluation model)
Model evaluasi
kurikulum yang menggunakan penelitian didasarkan atas teori dan metode tes
psikologi serta ekperimen lapangan. Salah satu pendekatan dalam evalusai yang
menggunakan eksperimen lapangan adalah comparative approach, yaitu
dengan mengadakan perbandingan antara dua macam kelompok anak.
Model evaluasi
kurikulum yang menggunakan model penelitian didasarkan atas teori dan metode
tes psikologi dan serta eksperimen lpangan. Tes psikologi atau tes psikometrik
pada umumnya mempunyai dua bentuk, yaitu tes intelegensi yang ditunjukkan untuk
mengukur kemampuan bawaan, serta tes bawaan yang mengukur perilaku skolastik.
Ada
beberapa kesulitan yang dihadapi dalam eksperimen tersebut. Pertama,
kesulitan administrative, sedikit sekali sekolah yang bersedia dijadikan
sekolah eksperimen. Kedua, masalah teknis dan logis, yaitu kesulitan
menciptakan kondisi kelas yang sama untuk kelompok-kelompok yang diuji. Ketiga,
sukar untuk mencampurkan guru-guru untuk mengajar pada kelompok eksperimen
dengan kelompok control, pengaruh guru-guru tersebut sukar dikontrol. Keempat,
ada keterbatasan mengenai manipulasieksperimen yang dapat dilakukan.
2.
Model evaluasi kurikulum yang berorientasi pada tujuan (goal/objective oriented
evaluation model)
Dalam model
ini, evaluasi merupakan bagian yang sangat penting dari proses pengembangan
kurikulum. Kurikulum tidak dibandingkan dengan kurikulum lain, tetapi diukur
dengan seperangkat tujuan atau kompetensi tertentu. Keberhasilan pelaksanaan
kurikulum diukur oleh penguasaan siswa akan tujuan-tujuan atau kompetensi
tersebut.
Ada
beberapa persyaratan yang harus dipeuhi oleh tim pengembang model obyektif,
yaitu sebagai berikut:
- Ada kesepakatan tentang tujuan-tujuan kurikulum
- Merumuskan tujuan-tujuan tersebut dalam perbuatan siswa
- Menyusun materi kurikulum yang sesuai dengan tujuan tersebut
- Mengukur kesesuaian antara perilaku siswa dengan hasil yang diinginkan
Dasar-dasar
teori Tvlor dan Bloom menjadi prinsip sentral dalam berbagai rancangan
kurikulum, dan mencapai puncaknya dalam system belajar berprogram dan system
instruksional. Sistem pengajaran yang terkenal adalah IPI (Individually
Prescribed Instruction). Dalam IPI anak mengikuti kurikulum yang mengikuti
7 unsur, yaitu:
·
Tujuan-tujuan pengajaran yang
disusun dalam daerah-daerah, tingkat-tingkat dan unit-unit
·
Suatu prosedur program testing
·
Pedoman prosedur penulisan
·
Materi dan alat-alat pengajaran
·
Kegiatan guru dalam kelas
·
Kegiatan murid dalam kelas
·
Prosedur pengelolaan kelas.
3.
Model evaluasi kurikulum yang lepas dari tujuan (goal free evaluation model)
Model ini
dikembangkan oleh Micheal Scriven, yang cara kerjanya berlawanan dengan model
evaluasi yang berorientasi pada tujuan. Menurut pendapat Scriven, seorang
evaluator tidak perlu memperhatikan apa yang menjadi tujuan pembelajaran, yang
perlu diperhatikan adalah bagaimana kerjanya.[22] Cara dengan memperhatikan dan mengidentifikasi penampilan
yang terjadi, baik hal-hal positiv yang diharapkan maupun hal-hal negativ yang
tidak diinginkan.
4.
Model campuran multivariasi
Model campuran
multifariasi adalah strategi evaluasi yang menyatukan unsur-unsur dari beberapa
model evaluasi kurikulum. Model ini memungkinkan perbandingan lebih dari satu
kurikulum dan secara serempak keberhasilan tiap kurikulum diukur berdasarkan
criteria khusus dari masing-masimg kurikulum.
Langkah-langkah
yang harus ditempuh dalam model evaluasi ini yaitu:
·
mencari dan menentukan
sekolah yang berminat untuk dievaluasi atau diteliti.
·
Pelaksanaan program, bila tidak
ada percampuran sekolah, maka tekanannya pada partisipasi yang optimal.
·
Semetra tim menyusun tujuan
yang meliputi semua tujuan dari pengajaran umpamanya dengan menggunakan metode
global dan metode unsur, dapat disiapkan tes tambahan.
·
Bila semua informasi yang
diharapkan telah terkumpul, maka mulailah pekerjaan computer.
·
Tipe analisis dapat juga
digunakan untuk mengukur pengaruh bersama dari beberapa variable yang berbeda.
Beberapa
kesulitan yang dihadapi dalam model campuran multivareasi ini adalah:
·
Diharapkan memberikan tes
statistic yang signifikan.
·
Terlalu banyaknya variable yang
perlu dihitung pada suatu saat.
·
Meskipun model ini telah
mengurangi masalah kontrol berkenaan dengan eksperimen lapangan tetapi tetap
menghadapi masalah-masalah pembandingan.
5.
Model evaluation program for innovate curriculumbs (EPIC)
Model ini
menggambarkan keseluruhan program evaluasi kurikulum dalam sebuah kubus. Kubus
ini memiliki tiga bidang, bidang pertama adalah perilaku (behavior) yang
meliputi perilaku cognitive, affective, psychomotor. Bidang kedua adalah
pembelajaran (instruction), yang meliputi organisasi, materi, metode fasilitas
atau sarana dan pendanaan. Bidang ketiga adalah kelembagaan (institution) yang
meliputi guru, murid, administrasi, tenaga kependidikan, keluarga dan
masyarakat.
6.
Model CIPP (Contex, Input, Procces, and Product)
Model ini
dikembangkan oleh Stufflebeam (1967) dan kawan-kawan di Ohio State University AS
dan model ini paling banyak diikuti oleh para evaluator. Model ini memandang
bahwa kurikulum yang dievaluasi adalah sebuah sistem, maka apabila evaluator
telah menentukan untuk menggunakan model CIPP, maka evaluator harus
menganalisis kurikulum tersebut berdasarkan komponen-komponen model CIPP.
Model ini
mengemukakan bahwa untuk melakukan penilaian terhadap program pendidikan
diperlakuakan empat macam jenis yaitu:
·
Penilaian konteks (context)yang
bekaitan dengan tujuan.
Penilaian
konteks adalah upaya untuk menggambarkan dan merinci lingkungan,
kebutuhan, populasi dan sample yang dilayani serta tujuan pembelajaran.
Kebutuhan siswa apa saja yang belum terpenuhi, tujuan apa saja yang belum
tercapai dan tujuan apa saja yang belum tercapai.
·
Penilaian masukan (input) yang
berguna untuk pengambilan k eputusan desain.
Maksud evaluasi
ini adalah kemampuan siswa dan kemapuan sekolah dalam menunjang pendidikan.
·
Penilaian proses (process) yang
membimbing langkah operasional dalam pembuatan keputusan.
Penilaian ini
menunjukkan pada kegiatan yang dilakukan dala program, apakah pelaksanaan
kurikulum tetap sanggup melakukan tugasnya, siapa yang bertanggung jawab
melaksanakannya, dan lain-lain.
·
Penilaian keluaran yang
memberikan data sebagai tambahan erbuatan keputusan (product).
Penilaian
keluaran adalah tahap akhir serangkaian evaluasi program kurikulum, yang
diarahkan pada hal-hal yang menunjukkan perubahan yang terjadi pada siswa.
7.
Model Ten Brink
Ten Brink
mengemukakan adanya tiga tahap evaluasi kurikulum yaitu; pertama, tahap
persiapan, adapun langkah – langkahnya sebagai berikut:
·
Melukiskan secara spesifik
pertimbangan dan keputusan yang dibuat.
·
Melukiskan informasi yang
diperlukan.
·
Memanfaatkan informasiyang ada
·
Menentukan kapan dan bagaimana
cara memperoleh informasi
·
Menyusun dnn memilih instrument
pengumpulan informasi yang digunakan.
Kedua, tahap
pengumpuln data melalui dua langkah yaitu memperoleh informasi yang diperlukan
dan menganalisis dan mencatat informasi. Ketiga, tahap penilaian yang berisi
keiatan – kegiatan sebgai berikut:
·
Membuat pertimbangan yang
digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan
·
Membuat keputusan yang
merupakan suatu pilihan beberapa alternatif tindakan
·
Mengikhtisarkan dan melaporkan
hasil penilaian
8.
Model Pendekatan Proses
Evaluasi kurikulum model pendekatan proses ini tumbuh dan berkembang
secara kualitatif, yang menjadi pendekatan yang penting. Karakteristik model
ini adalah:
- Kriteria yang digunakanuntuk evaluasi tidak dikembangkan sebelum pelaksanaan (evaluator) berada di lapangan.
- Sangat peduli dengan masalah yang dihadapi oleh para pelaksana kurikulum.
- Evaluasi yang dilakukan terhadap kurikulum adalah merupakan satu kesatuan yang utuh, tidak terpecah belah dalam bagian-bagian tertentu.
Adapun prosedur
evaluasi kurikulum model pendekatan proses adalah sebagai berikut:
·
Pengumpulan data dari berbagai
sumber, misalnya kepala sekolah atau madrasah, guru dan tenaga kependidikan
·
Menganalisis data setelah data
terkumpul dari berbagai sumber
·
Pengambilan keputusan dan
berpijak pada kelebihan dan kekurangan suatu kurikulum, sehingga akan
melahirkan pemikiran alternativ untuk perbaikan atau inovasi kurikulum.
9.
Model Evaluasi Kuantitatif
Model
kuantitatif ditandai oleh cirri yang menonjol dalam penggunaan prosedur
kuantitatif untuk mengumpulkan data sebagai konsekuensi penerapan pemikiran
paradigma positivisme. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, paradigma
positivism menjadi tradisi keilmuan dalm evaluasi terutama melalui tradisi
psikometrik.
Hal lain yang
dapat dikemukakan mengenai model-model kuantitatif ini ialah persamaan mereka
dalam fokus evaluasi yaitu pada kurikulum dimensi hasil belajar. Ada beberapa macam dalam
model evaluasi kuantitatif yaitu:
1.
Model balck box Tyler
Model Tyler dinamakan Black Box
karena tidak ada nama resmi yang diberikan oleh pengembangnya. Tyler, yang mengajukan
model ini menuliskan buah pikirannya tersebut tidak dalam satu tulisan lepas
mengenai evaluasi kurikulum. Buku yang diberi judul Basic principles of
curriculum and instruction ditulis ketika ia bertugas sebagai professor di
Universitas Chicago.
Model yang
dikemukakan dibangun atas dua dasar, yaitu: evalusai yang ditunjukkan kepada
tingkah laku peserta didik dan evaluasi harus dilakukan pada tingkah laku awal
peserta didik sebelum suatu pelaksanaan kurikulum serta pada saat peserta didik
telah melaksanakan kurikulum tersebut.
Dengan dasar
evaluasi yang kedua, Tyler
menghendaki evaluator dapat menetukan perubahan tingkah laku yang terjadi
sebagai hasil belajar yang diperoleh dari kurikulum. Dalam pelaksanaannya, Tyler mengemukakan ada
tiga prosedur utama yang harus dilakukan yaitu:
- Menentukan tujuan kurikulum yang akan di evaluasi
- Menentukan situasi di mana peserta didik mendapatkan kesempatan untuk memperlihatkan tingkah laku yang berhubungan dengan tujuan
- Menentukan alat evaluasi yang akan digunakan untuk mengukur tingkah laku peserta didik.
Model evluasi Tyler memiliki keunggulan
dalam kesederhanaannya. Evaluator dapat memvokuskan kajian evaluasinya hanya
pada satu dimensi kurikulum yaitu dimensi hasil belajar. Keunggulan model Tyler pada sisi lain
menjadi titik lemah model ini. Fokus pada hasil belajar dan mengabaikan dimensi
proses adalah sesuatu yang tidak sejalan dengan pendidikan.
Faktor lain
yang menyebabkan kelemahan model ini adalah kenyataan yang diungkapkan oleh
banyak studi yang mengkaji dimensi proses. Kenyataan yang terungkap dari hasil
studi tentang proses ini menyebabkan sukar untuk melakukan claim bahwa
hasil yang diperlihatkan oleh peserta didik adalah hasil yang ditimbulkan
kurikulum yang dievaluasi
2.
Model teoritik Taylor dan Maguire
Model ini lebih
mendasarkan dirinya pada pertimabangan teoritik suatu model evaluasi kurikulum.
Unsur-unsur yang ada dalam model ini seperti sumber sosial tujuan, tujuan yang
dikembangkan berdasarkan pendekatan behavioral, pengembangan strategi
dan semangat psikometrik kiranya merupakan pengaruh Tyler
yang mungkin tidak didasari Taylor
dan Maguire.
Berdasarkan
Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan tersebut maka satuan pendidikan
mengembangkan visi dan tujuan yang ingin dicapai satuan pendidikan tersebut.
Tugas tugas tersebut yaitu:
- Menjadi pengembang tanggung jawab para pengembang kurikulum ditigkat satuan pendidikan
- Mencari data mengenai keserasian antara tujuan umum dengan tujuah behavioral dan hasilnya dimasukkan menjadi vektor lanjur matrik penafsiran
- Mengevaluassi pengembangan tujuan tersebut menjadi pengalaman belajar.
3.
Model pendekatan sistem
Alkin
Pendekatan ini
memiliki keunikan dibandingkan pakar evaluasi lainnya dimana ia memasukkan
unsur pendekatan ekonomi mikro dalam pekerjaan evaluasi. Model ini dikembangkan
berdasarkan empat asumsi yaitu:
- Variable perantara adalah merupakan satu-satunya kelompok varabel yang dapat dimanipulasi.
- Sistim luar tidak langsung dipenaruhi oleh keluaran sistim
- Para pengambil keputusan sekolah tidak memiliki kontrol mengenai pengaruh yang diberikan sistim luar.
- Faktor masukkan mempengaruhi aktivitas faktor perantara
Pada dasarnya,
model pendektan system Alkin dapat digunakan untuk melakukan kajian mengenai
kurikulum di Indonesia
terlebih-lebih ketika satuan pendidikan telah memiliki KTSP. Kekuatan model ini
adalah keterkaitannya dengan sistem. Evaluasi suatu satuan pendidikan yang
masing-masing sangat dimungkiinkan karena setiap satuan pendidikan itu
merupakan unit yang dikendalikan secara khusus dengan berlakunya manajemen
berbasis sekolah.
Kelemahan model
ini terutama keterbatasannya dalam fokus kajian. Model ini hanya dapat
digunakan untuk mengevaluasi kurikulum yang sudah siap dilaksanakan oleh
sekolah. Dala situasi pengembangan kurikulum yang sekarang (KTSP) model ini
dapat digunakan setelah kurikulum tersebut berhasil dikembangkan dan siap
dilaksanakan di satuan pendidikan tersebut.
4.
Model countenance stake
Model ini
adalah model pertama evaluasi kurikulum yang dikembangkan Stake. Stake
mengemukakan keseluruhan keiatan evaluasi yang harus dilakuakan dengan cara
yang diinginkan bagaimana evaluasi tersebut dilakukan. Dalam buku ini model
Stake dikelompokkan sebagai model evaluasi kuntitatif karena pada awalnya model
ini dikembangkan dengn pendekatan kuantitatif. Tapi, apabila kemudian
adaevaluator yang ingin menggunakan model ini dengan pendekatan kualitatif
tentu saja.
10. Model
Ekonomi Mikro
Model ekonomi
mokro pada dasarnya adalah model yang menggunakan pendekatan kuantitatif.
Sebagaimana kebanyakan model kuantitatif, model ekonomi mikro memiliki fokus utama
pada hasil (hasil dari pekerjaan, hasil belajar dan hasil yang diperkirakan).
Dalam mengukur
hasil, digunakan suatu instrument yang sudah ditandarisasi. Penggunaan
instrumen standar penting karena hanya dengan demikian perbandingan antara
biaya dengan hasil dapat dilakukan secara berimbang. Kurikulum lain yang
dikembangkan oleh satuan pendidikan lain mungkin didasarkan atas ide yng
berbeda. Dalam pandangan teoritikkurikulum satuan pendidikan tersebut
dinyatakan baahwa seseorang yang telah menyelesaikan studinya harus memiliki
pengetahuanyang cukup untuk dapat hidup produktif di masyarakat.
Persoalan
mengenai persamaan tujuan kurikulum yang akan dibandinkan tidak akan dialami
oleh evaluator yang akan menerapkan model cost-benefit. Hal penting lainnya ialah
bahwa skala penilaian tersebut diukur pada pengukuran interval dan bukan
ordinal.
Model terakhir
dari kelompok mikro ekanomi ialah yang dinamakan model cost-feasibility.
Berbeda dengan ketiga model terdahulu, model ini tidak berusaha mencari
hubungan antara biaya dengan hasil tertentu. Perhitungan biaya masa depan perlu
diperhitungkan agar kurikulum yang dikembangkan tersebut mendapat jaminan dalam
implementasinya.
11. Model
Evaluasi Kualitatif
Ciri khas dari
model evaluasi kualitatif adalah selalu menempatkan proses pelaksanaankurikulum
sebagai fokus utama evaluasi. Oleh karena itu kurikulum dalam dimensi kegiatan
atau proses lebih mendapatkan perhatian dibandingkan dimensi lain suatu
kurikulum walaupun harus dikatakan bahwa perhatian utama terhadap proses
dimensi lain.
Model utama
evaluasi kualitatif adalah studi kasus. Demikian kuatnya posisi studi kasus
sebagai model utama dilingkungan evaluasi kualitatif sehingga setiap orang
berbicara tentang model evaluasi kualitatif maka nama studi kasus segera muncul
dalam kontak memorinya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Evaluasi kurikulum sebagai usaha sebagai usaha sistematis
mengumpulkan informasi mengenai suatu kurikulum untuk digunakan sebagai
pertimbangan mengenai mengenai nilai dan arti dari kurikulum dalam suatu
konteks tertentu. Evaluasi kurikulum dapat mencakup keseluruhan kurikulum atau
masing-masing komponen kurikulum seperti tujuan, isi, atau metode pembelajaran
yang ada dalam kurikulum tersebut. Secara sederhana, dapat disamakan dengan
penelitian karena evaluasi kurikulum menggunakan penelitian yang sistematik,
menerapkan prosedur ilmiah dan metode penelitian. Perbedaan antara evaluasi dan
penelitian terletak pada tujuan. Evaluasi bertujuan untuk mengumpulkan,
menganalisis dan menyajikan data untuk bahan penetuan keputusan mengenai
kurikulum apakah akan ada revisi atau diganti. Sedangkan penelitian memiliki
tujuan yang lebih luas dari evaluasi yaitu mengumpulkan, menganalisis dan
menyajikan data untuk mengui teori atau membuat teori baru.
Saran
Kami sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat kekurangan
karena keterbatasan sebagai manusia biasa, untuk itu kritik dan saran amat kami
harapkan demi kesempurnaan kami dalam menyelesaikan tugas-tugas dimasa yang
akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Sanjaya, Wina.
2008. Kurikulum dan Pembelajaran ; Teori
dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Jakarta : Prenada Media Group.
Hasan, Hamid. 2008. Evaluasi Kurikulum. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Syaodih
Sukmadinata, Nana. 2012. Pengembangan
Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Sudjana, Nana.
2008. Pembinaan dan Pengembangan
Kurikulum di Sekolah. Bandung : Sinar Baru Algensindo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar