Sabtu, 05 Desember 2015

Evaluasi Kurikulum ( Pengertian Evaluasi dan Peranan dalam Kurikulum)



BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Kegiatan evaluasi kebutuhan dan kelayakan terhadap kurikulum adalah suatu keharusan yang esensial dalam rangka pengembangan program kegiatan pendidikan pada umumnya dan peningkatan kualitas siswa pada khususnya. Hal ini terkait dengan pengembangan sumber daya manusia sebagai unsur utama pelaksanaan dan keberhasilan program pendidikan yang pada gilirannya membutuhkan pengelola dan pelaksana yang mampu menjalankan kegiatan pendidikan yang lebih berdaya.
Evaluasi kurikulum sebagai usaha sebagai usaha sistematis mengumpulkan informasi mengenai suatu kurikulum untuk digunakan sebagai pertimbangan mengenai mengenai nilai dan arti dari kurikulum dalam suatu konteks tertentu. Evaluasi kurikulum dapat mencakup keseluruhan kurikulum atau masing-masing komponen kurikulum seperti tujuan, isi, atau metode pembelajaran yang ada dalam kurikulum tersebut.
Secara sederhana, dapat disamakan dengan penelitian karena evaluasi kurikulum menggunakan penelitian yang sistematik, menerapkan prosedur ilmiah dan metode penelitian. Perbedaan antara evaluasi dan penelitian terletak pada tujuan. Evaluasi bertujuan untuk mengumpulkan, menganalisis dan menyajikan data untuk bahan  penetuan keputusan mengenai kurikulum apakah akan ada revisi atau diganti. Sedangkan penelitian memiliki tujuan yang lebih luas dari evaluasi yaitu mengumpulkan, menganalisis dan menyajikan data untuk mengui teori atau membuat teori baru.
Evaluasi dan Kurikulum merupakan merupakan dua disiplin yang memiliki hubungan sebab akibat. Hubungan antara evaluasi dan kurikulum bersifat organis, dan prosesnya secara evolusioner. Evaluasi merupakan kegiatan yang luas, kompleks dan terus menerus, untuk mengetahui proses dan hasil pelaksanaan sistem pendidikan dalam mencapai tujuan yang ditentukan. Dimana semua tidak terlepas dari adanya berbagai criteria, mulai dari yang bersifat formal.
Evaluasi kurikulum memegang peran penting baik dalam penentuan kebijakansanaan pendidikan pada umumnya, maupun dalam pengambilan keputusan dalam kurikulum. Hasil-hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh para pemegang kebijaksanaan pendidikan dan para pengembang kurikulum dalam memilih dan menetapkan kebijakan pengembangan sistem pendidikan dan pegembangan model kurikulum yang digunakan. Hasil-hasil evaluasi kurikulum juga dapat digunakan oleh guru-guru, kepala sekolah dan para pelaksana pendidikan lainnya, dalam memahami dan membantu perkembangan siswa, memilih bahan pelajaran, memilih metode dan alat-alat bantu pelajaran, cara penilaian, serta fasilitas pendidikan lainnya.
Beberapa hasil evaluasi menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan keputusan. Pihak pengambil keputusan dalam pelaksanann pendidikan dan kurikulum adalah guru, murid, orang tua, kepala sekolah, para inspektur, pengembang kurikulum dan lain-lain. Namun demikian pada prinsipnya tiap pengambil keputusan dalam proses evaluasi memegang peran yang berbeda, sesuai dengan posisinya.
  1. Perumusan Masalah
    • Apa Pengertian Evaluasi ?
    • Bagaimana Fungsi Evaluasi ?
    • Bagaimana Evaluasi Kurikulum ?
    • Bagaimana Tujuan Evaluasi Kurikulum ?
    • Bagaimana Peran dalam Kurikulum ?
    • Apa Saja Model Evaluasi Kurikulum ?
  2. Tujuan
    •  Pengertian Evaluasi
    •  Fungsi Evaluasi
    •  Evaluasi Kurikulum
    •  Tujuan Evaluasi Kurikulum
    •  Peran dalam Kurikulum
    • Model Evaluasi Kurikulum

BAB II
PEMBAHASAN
  1. Pengertian Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses mengukur dan menilai sebagai upaya tindak lanjut untuk mengetahui berhasil atau tidaknya proses pembelajaran atau dapat pula diartikan penilaian atau penafsiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan peserta didik kearah tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Hasil penilaian ini dapat dinyatakan secara kuantitatif maupun kualitatif. Adapun tujuan evaluasi pembelajaran antara lain adalah untuk mendapatkan data pembuktian yang akan mengukur sampai dimana tingkat kemampuan dan keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan pengajaran.
            Dengan demikian evaluasi menempati posisi yang penting dalam proses belajar mengajar karena dengan adanya evaluasi pengajaran ini keberhasilan pengajaran tersebut dapat diketahui. Menurut Wand dan Brown (1957) dalam buku Wina Sanjaya, definisi evaluasi sebagai “.......... refer to the act or process to determining the value of something” Evaluasi mengacu kepada suatu proses untuk menentukan nilai sesuatu yang dievaluasi. Pertama, evaluasu merupakan suatu proses. Artinya , dalam suatu pelaksanaan evaluasi semestinya terdiri dari berbagai macam tindakan yang harus dilakukan. Kedua, evaluasi berhubungan dengan pemberian nilai atau arti. Artinya, berdasarkan hasil pertimbangan evaluasi apakah sesuatu itu mempunyai nilai atau tidak. Dengan kata lain evaluasi dapat menunjukkan kualitas yang dinilai.

  1. Fungsi Evaluasi
Evaluasi pembelajaran merupakan salah satu komponen dalam proses pembelajaran yang memiliki fungsi dan tujuan sebagai berikut :
  1. Fungsi normatif, yaitu berfungsi sebagai perbaikan sistem pembelajaran.
  2. Fungsi diagnostik, yaitu berfungsi untuk mengetahui faktor kesulitan siswa dalam proses pembelajaran.
  3. Fungsi sumatif, berfungsi untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta didik.
Secara garis besar dalam proses belajar mengajar evaluasi memiliki fungsi pokok sebagai berikut :
  1. Untuk mengukur kemajuan dan perkembangan peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar selama jangka watu tertentu.
  2. Untuk mengukur sampai dimana keberhasilan sistem pengajaran yang digunakan.
 .        Sebagai bahan pertimnbangan dalam rangka melakukan perbaikan proses belajar mengajar.
Dan fungsi evaluasi lainnya :
1.      Evaluasi merupakan alat yang penting umpan balik bagi siswa. Melalui evaluasi siswa akan mendapatkan informasi tentang efektivitas pembelajaran yang dilakukannya. Dari hasil evaluasi siswa akan dapat menentukan harus bagaimana proses pembelajaran yang perlu dilakukannya.
2.      Evaluasi merupakan alat yang penting untuk mengetahui bagaimana ketercapaian siswa dalam menguasai tujuan yang telah ditentukan. Siswa akan tahu bagaimana yang perlu dipelajari lagidan bagaian mana yang tidak perlu.
3.      Evaluasi dapat memberikan informasi untuk mengembangkan kurikulum. Informasi ini sangat dibutuhkan baik untuk guru maupun para pengembang kurikulum khususnya untuk perbaikan program selanjutnya.
4.      Informasi dari hasil evaluasi dapat digunakan oles siwa secara individual dalam mengambil keputusan, khususnya untuk menentukan masa depan sehubungan dengan pemilihan bidang pekerjaan serta pengembangan karir.
5.      Evaluasi berguna untuk para pengembang kurikulum khususnya dalam menentukan kejelasan tujuan khusus yang ingin dicapai. Misalnya, apakah tujuan itu perlu diubah atau ditambah.
6.      Evaluasi berfungsi sebagai umpan balik untuk semua pihak yang berkepentingan dengan kependidikkan di sekolah, misalnya untuk orang tua, untuk guru dan pengembang kurikulum, untuk perguruan tinggi, pemakai lulusan, untuk orang yang mengambil kebijakan pendidikan termasuk juga untuk masyarakat. Melalui evaluasi dapat dijadikan bahan informasi tentang efektivitas program sekolah.

  1.  Evaluasi Kurikulum
1. Makna Evakluasi Kurikulum
Evalusai kurikulum dimaksudkan sebagai suatu proses mempertimbangkan untuk memberi nilai dan arti terhadap suatu kurikulum tertentu. Hal yang dimaksud dengan kurikulum di sini adalah rencana yang mengatur tentang isi dan tujuan pendidikan tertentu. Dalam kata lain dalam konteks ini kurikulum sebagai sebuah dokumen atau kurikulum tertulis.
2. Ruang Lingkup Evaluasi Kurikulum
a. Evaluasi Kurikulum sebagai Suatu Program atau Dokumen
suatu pprogram atau dokumen, kurikulum memiliki beberapa komponen pokok yaitu tujuan yang ingin dicapai, isi atau materi kurikulum itu sendiri, strategi pembelajarn yang direncanakan, serta rencana evaluasi keberhasilan.
1). Evaluasi Tujuan Pendidikan
Rumusan tujuan merupakan salah satu komponen yang ada dalam dokumen kurikulum. Evaluasi kurikulum sebagai dokumen adalah evaluasi terhadap tujuan, setiapmata pelajaran terdapat sejumlah kriteria untuk menilai tujuan ini.
·         Apakah tujuan setiap mata pelajaran itu berhubungan dan diarahkan untuk mencapai tujuan lembaga sekolah yang bersangkutan.
·         Apakah tujuan itu mudah dipahamioleh setiap guru?
·         Apakah tujuan yag dirumuskan dalam dokumen itu sesuai dengan tingkat perkembangan sisiwa?
2) evaluasi terhadap isi atau materi kurikulum bahwa yang dimaksud dengan isi atau materi kurikulum adalah seluruh pokok bahasan yang diberikan dalam setiap mata pelajaran. Sejumlah pertanyaan yang dijadikan kriteria untuk menguji isi atau materi kutrikulum diantaranya:
·         Apakah isi kurikulum sesuai atau dapat mendukung pencapaian tujuan seperti yang telah ditetapkan
·         Apakah isi atau materi kurikulum sesuai dengan pandangan-pandangan atau penemuan-penemuan yang mutakhir
·         Apakah isi kurikulum sesuai dengan pengalaman dan karakteristik lingkungan dimana anak tinggal?
·         Apakah urutan isi kurikulum sesuai karakteristik isi atau materi kurikulum?
3) Evaluasi terhadap strategi pembelajaran
Sebagai suatu pedoman bagi guru, kurikulum juga seharusnya memuat petunjuk-petunjuk bagaimana cara pelaksanaan pembalajaran atau cara mengimplementasikan kurikulum didalam kelas. Salah satu aspek yang berhubungan dengan implementasi kurikulum adalah aspek pedoman perumusan strategi pembelajaran. Sejumlah kriteria yang dapat diajukan untuk menilai pedoman strategi belajar mengajar diantaranya :
·         Apakah strategi pembelajaran yang dirumuskan sesuai dan dapat mendukung untuk keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan?
·         Apakah strategi pembelajaran yang diusulkan dapat mendorong aktifitas dan minat siswa untuk belajar?
·         Bagaimana keterbacaan guru terhadap pedoman pelaksanaan strategi pembelajaran yang direncanakan?
·         Apakah strategi pembelajaran yang dirumuskan dapat mendorong kreativitas guru?
·         Apakah stategi pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan siswa?
·         Apakah stategi pembelajaran yang dirumuskan sesuai dengan alokasi waktu yang tersedia?
4) Evaluasi terhadap program penilaian
Komponen yang keempat,yang harus dijadikan sasaran penilaian terhadap kurikulum sebagai suatu program adalah evaluasi terhadap program penilaian. Beberapa kriteria yang dapat dijadikan acuan adalah :
·         Apakah program evaluasi relevan dengan tujuan yang ingin dicapai?
·         Apakah evaluasi diprogramkan untuk mencapai fungsi evaluasi baik sebagai formatif maupun fungsi sumatif?
·         Apakah program evaluasi yang direncanakan mudah dibaca dan dipahami oleh guru?
·         Apakah program evaluasi mencakup semua aspek perubahan perilaku?
b. Evaluasi Pembelajaran sebagai Implementasi Kurikulum
telah dijelaskan bahwa kurikulum sebagai suatu dokumen memiliki keterkaitan yang tidak terpisah dengan implementasi dolumen tersebut dalam kegiatan pembelajaran. Beberapa kriteria yang dapat diajukan untuk menilai implementasi tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :
·         Apakah implementasi kurikulum yang dilaksanakan oleh guru sesuai dengan program yang direncanakan?
·         Sejauh mana siswa dapat berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai?
·         Apakah secara keseluruhan implementasi kurikulum dianggap efektif dan efisien?
3. Evaluasi Berbasis Kelas
Pertama, evaluasi merupakan kegiatan integral dalam suatu proses pembelajaran. Artinya, kegiatan evaluasi ditempatkan sebagai kegiatan yang tidak terpisahkan dalam proses pembelajaran. Kedua, evalusai bukan hanya tanggung jawab guru, akan tetapi juga menjadi tanggung jawab siswa. Artinya, dalam proses evaluasi siswa dilibatkan oleh guru, sehingga mereka memiliki kesadaran pentingnya evaluasi untuk memantau keberhasilannya sendriri dalam proses pembelajaran (self evaluation).
4. Jenis-jenis Evaluasi
Setaip jenis memiliki karakteristik yang berbeda. Dibawah ini dijelaskan secara singkat
a. tes
tes adalah tekhik penilaian yang biasa digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam pencapaian suatu kompetensi tertentu, melalui pengolahan secara kuantitatif yang hasilnya berbentuk angka. Berdasarkan angka itulah selanjutnya ditafsirkan tingkat penguasaan kompetensi siswa.
b. non tes
non tes adalah alat evaluasi yang biasanya digunakan untuk menilai aspek tingkah laku termasuk sikap, minat dan motivasi.
·         Observasi adalah teknik penilaian dengan cara mengamati tingkah laku pada suatu situasi tertentu.
·         Wawancara adalah komunikasi langsung antara yang mewawancarai dan yang diwawancarai. Dilihat dari sifatnya, ada dua jenis wawancara yaitu wawancara langsung dan tidak langsung.
5. Evaluasi Internal dan Eksternal
Evaluator kurikulum dapat diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu sebagai berikut:
a. Evaluasi Internal
Evaluator dalam adalah pelaksanaan evaluasi kurikulum yang sekaligus berasal dari lembaga yang akan dievaluasi.
Kelebihan evaluator dalam adalah evaluasi menjadi tepat sasaran karena evaluator sangat memahami dan menguasai kurikulum yang akan dievaluasi. Hemat dari segi pendanaan, karen lembaga yang dievaluasi tidak perlu mengeluarkan banyak dana untuk membayar evaluator kurikulum.
Kelemahan evaluator dalam adalah adanya kemungkinan subyektifitas dari evaluator, yang hanya akan menyampaikan kepentingan pribadi. Kemungkinan adanya sikap tidak cermat evaluasi menurut versi dirinya.
b. Evaluasi Eksternal
Evaluator adalah evaluator yang berasal dan berada di luar lembaga yang akan dievaluasi dan tidak terlibat dalam implementasi kurikulum. Diharapkan evaluator ini mampu bertindak dan mampu bersikap independent, karena tidak memiliki kepentingan pribadi. Kelebihan evaluator luar adalah lebih obyektif dalam melaksanakan evaluasi karena ia tidak berkepentingan mengenai kategori keberhsilan atau kegagalan implementasi kurikulum yang telah berjalan. Apapun hasil evaluasi tidak akan direspon secara emosional oleh evaluator luar karena ia tidak ingin memperlihatkan bahwa kurikulum tersebut berhasil dengan baik. Kesimpulan yang akan diambil dan dibuat lebih sesuai dengan keadaan dan kenyataan.
Kelemahan evaluator luar antara lain adalah kurangnya pemahaman terhadap seluk beluk dan seluruh aspek kurikulum memungkinkan kesimpulan yang diambil kurang tepat. Pemborosan dana kerena pihak pengambil kebijakan harus mengeluarkan dana yang besar untuk membayar evaluator luar.
Mengingat masing-masing evaluator baik evaluator dalam mapun luar, memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan, maka sebaiknya dianjurkan evaluator itu gabungan dari dalam dan dari luar. Dengan demikian evaluator dalam bisa memberikan penjelasan dan pemahaman kepada evaluator luar tentang segala hal yang berhubungan dengan kurikulum. Hal ini menguntungkan pengambil kebijakan kerena tidak perlu mengeluarkan banyak dana, dan menguntungkan bagi pelaksana kurikulum atau lembaga yang dievaluasi karena ada pihak dalam yang terlibat, yang tentu lebih memahami kurikulum tersebut dari pada orang luar.

  1. Tujuan Evaluasi Kurikulum
Tujuan evaluasi kurikulum berbeda-beda tergantung dari konsep atau pengertian seseorang tentang evaluasi. Tujuan tersebut dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut :
1.      Menyediakan informasi mengenai pelaksanaan pengembangan dan pelaksanaan suatu kurikulum sebagai masukan bagi pengambilan keputusan.
2.      Menetukan tingkat keberhasilan dan kegagalan suatu kurikulum serta faktor-faktor yang berkontribusi dalam suatu lingkungan tertentu.
3.      Mengembangkan berbagai alternatif pemecahan masalah yang dapat digunakan dalam upaya perbaikan kurikulum.
4.      Memahami dan menjelaskan karakteristik suatu kurikulum dan pelaksanaan suatu kurikulum.
  1. Peran dalam Kurikulum
Evaluasi kurikulum memegang peran penting baik dalam penentuan kebijakansanaan pendidikan pada umumnya, maupun dalam pengambilan keputusan dalam kurikulum. Hasil-hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh para pemegang kebijaksanaan pendidikan dan para pengembang kurikulum dalam memilih dan menetapkan kebijakan pengembangan sistem pendidikan dan pegembangan model kurikulum yang digunakan. Hasil-hasil evaluasi kurikulum juga dapat digunakan oleh guru-guru, kepala sekolah dan para pelaksana pendidikan lainnya, dalam memahami dan membantu perkembangan siswa, memilih bahan pelajaran, memilih metode dan alat-alat bantu pelajaran, cara penilaian, serta fasilitas pendidikan lainnya.
Beberapa hasil evaluasi menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan keputusan. Pihak pengambil keputusan dalam pelaksanann pendidikan dan kurikulum adalah guru, murid, orang tua, kepala sekolah, para inspektur, pengembang kurikulum dan lain-lain. Namun demikian pada prinsipnya tiap pengambil keputusan dalam proses evaluasi memegang peran yang berbeda, sesuai dengan posisinya.
Salah satu kesulitan yang dihadapi dalam penggunaan hasil evaluasi bagi pengambilan keputusan adalah hasil evaluasi yang diterima oleh berbagai pihak pengambil keputusan adalah sama. Masalah yang timbul adalah apakah hasil evaluasi tersebut dapat bermanfaat bagi semua pihak. Jawabannya belum tentu, karena suatu informasi mungkin lebih bermanfaat bagi pihak tertentu tetapi kurang bermanfaat bagi pihak yang lain.
Kesatuan penilaian hanya dapat dicapai melalui suatu konsesus. Konsesus tersebut berupa kerangka kerja penelitian yang dipusatkan pada tujuan-tujuan khusus, pengukuran prestasi belajar yang bersifat behavioral, analisis statistik dari prestasi tes post tes. Secara umum, langkah-langkah pokok evaluasi pendidikan meliputi tiga kegiatan utama yaitu persiapa, pelaksanaan dan pengolahan hasil.
Peran evaluasi kurikulum dalam pendidikan berkenaan dengan tiga hal, yaitu sebagai berikut.
  1. Konsep sebagai moral judgement
Konsep utama dalam evaluasi adalah masalah nilai. Hasil dari suatu nilai berisi suatu nilai yang akan digunakan untuk tndakan selanjutnya. Hal ini mengandung dua pengertian yaitu:
·         Evaluasi berisi suatu skala nilai moral, berdasarkan skala tersebut suatu objek evaluasi daoat dinilai
·         Evaluasi berisi suatu perangkat kriteria praktis yang berdasarkan criteria-kriteria tersebutsuatu hasil dapat dinilai
  1. Evaluasi dan penentuan keputusan
Beberapa hasil evaluasi menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan keputusan. Pihak pengambilan keputusan dalam pelaksanaan pendidikan dan kurikulum adalah guru, murid, orang tua, kepala sekolah, para inspektur, pengembangan kurikulum dan sebagainya.
  1. Evaluasi dan konsesus nilai
Kesatuan penilaian dapat dicapai melalui suatu konsensus. Kosensus tersebut berupa kerangka kerja penelitian yang dipusatkan pada tujuan-tujuan khusus, pengukuran prestasi belajar behavioral, analisis statistik dari prestasi tes dan post tes. Ada dua dua kriteria dalam penilaian kurikulum:
·         Kriteria berdasarkan tujuan yang telah ditentukan atau sering disebut criteria patokan
·         Kriteria berdasarkan norma-norma atau standar yang ingin dicapai senagaimana adanya.

  1. Model Evaluasi Kurikulum
Evaluasi kurikulum merupakan suatu tema yang luas, meliputi banyak kegiatan, meliputi sejumlah prosedur, bahkan dapat merupakan suatu lapangan studi yang berdiri sendiri. Evaluasi kurikulum juga merupakan suatu fenomena yang multifaset, memiliki banyak segi.
Macam-macam model evaluasi yang digunakan bertumpu pada aspek-aspek tertentu yang diutamakan dalam proses pelaksanaan kurikulum. Model evaluasi yang bersifat komparatif berkaitan erat dengan tingkah laku individu. Evaluasi yang berorentasi tujuan berkaitan erat dengan meteri dan tingkah laku individu. Evaluasi yang menekankan tujuan berkaitan erat dengan kurikulum yang menekankan pada bahan ajar atau isi kurikulum. Model atau pedekatan antropologis dalam evaluasi ditunjukkan untuk mengevaluasi tingkah laku dalam suatu lembaga social. Dengan demikian, sesungguhnya terdapat hubungan yang sangat erat antara evaluasi dengan kurikulum sebab teori kurikulum juga merupakan teori dari evaluasi kurikulum.
Ada beberapa model dalam evaluasi kurikulum, yaitu sebagai berikut:
1.      Evaluasi kurikulum model penelitian (research evaluation model)
Model evaluasi kurikulum yang menggunakan penelitian didasarkan atas teori dan metode tes psikologi serta ekperimen lapangan. Salah satu pendekatan dalam evalusai yang menggunakan eksperimen lapangan adalah comparative approach, yaitu dengan mengadakan perbandingan antara dua macam kelompok anak.
Model evaluasi kurikulum yang menggunakan model penelitian didasarkan atas teori dan metode tes psikologi dan serta eksperimen lpangan. Tes psikologi atau tes psikometrik pada umumnya mempunyai dua bentuk, yaitu tes intelegensi yang ditunjukkan untuk mengukur kemampuan bawaan, serta tes bawaan yang mengukur perilaku skolastik.
Ada beberapa kesulitan yang dihadapi dalam eksperimen tersebut. Pertama, kesulitan administrative, sedikit sekali sekolah yang bersedia dijadikan sekolah eksperimen. Kedua, masalah teknis dan logis, yaitu kesulitan menciptakan kondisi kelas yang sama untuk kelompok-kelompok yang diuji. Ketiga, sukar untuk mencampurkan guru-guru untuk mengajar pada kelompok eksperimen dengan kelompok control, pengaruh guru-guru tersebut sukar dikontrol. Keempat, ada keterbatasan mengenai manipulasieksperimen yang dapat dilakukan.
2.      Model evaluasi kurikulum yang berorientasi pada tujuan (goal/objective oriented evaluation model)
Dalam model ini, evaluasi merupakan bagian yang sangat penting dari proses pengembangan kurikulum. Kurikulum tidak dibandingkan dengan kurikulum lain, tetapi diukur dengan seperangkat tujuan atau kompetensi tertentu. Keberhasilan pelaksanaan kurikulum diukur oleh penguasaan siswa akan tujuan-tujuan atau kompetensi tersebut.
Ada beberapa persyaratan yang harus dipeuhi oleh tim pengembang model obyektif, yaitu sebagai berikut:
  1. Ada kesepakatan tentang tujuan-tujuan kurikulum
  2. Merumuskan tujuan-tujuan tersebut dalam perbuatan siswa
  3. Menyusun materi kurikulum yang sesuai dengan tujuan tersebut
  4. Mengukur kesesuaian antara perilaku siswa dengan hasil yang diinginkan
Dasar-dasar teori Tvlor dan Bloom menjadi prinsip sentral dalam berbagai rancangan kurikulum, dan mencapai puncaknya dalam system belajar berprogram dan system instruksional. Sistem pengajaran yang terkenal adalah IPI (Individually Prescribed Instruction). Dalam IPI anak mengikuti kurikulum yang mengikuti 7 unsur, yaitu:
·         Tujuan-tujuan pengajaran yang disusun dalam daerah-daerah, tingkat-tingkat dan unit-unit
·         Suatu prosedur program testing
·         Pedoman prosedur penulisan
·         Materi dan alat-alat pengajaran
·         Kegiatan guru dalam kelas
·         Kegiatan murid dalam kelas
·         Prosedur pengelolaan kelas.
3.      Model evaluasi kurikulum yang lepas dari tujuan (goal free evaluation model)
Model ini dikembangkan oleh Micheal Scriven, yang cara kerjanya berlawanan dengan model evaluasi yang berorientasi pada tujuan. Menurut pendapat Scriven, seorang evaluator tidak perlu memperhatikan apa yang menjadi tujuan pembelajaran, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana kerjanya.[22] Cara dengan memperhatikan dan mengidentifikasi penampilan yang terjadi, baik hal-hal positiv yang diharapkan maupun hal-hal negativ yang tidak diinginkan.
4.      Model campuran multivariasi
Model campuran multifariasi adalah strategi evaluasi yang menyatukan unsur-unsur dari beberapa model evaluasi kurikulum. Model ini memungkinkan perbandingan lebih dari satu kurikulum dan secara serempak keberhasilan tiap kurikulum diukur berdasarkan criteria khusus dari masing-masimg kurikulum.
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam model evaluasi ini yaitu:
·         mencari dan  menentukan sekolah yang berminat untuk dievaluasi atau diteliti.
·         Pelaksanaan program, bila tidak ada percampuran sekolah, maka tekanannya pada partisipasi yang optimal.
·         Semetra tim menyusun tujuan yang meliputi semua tujuan dari pengajaran umpamanya dengan menggunakan metode global dan metode unsur, dapat disiapkan tes tambahan.
·         Bila semua informasi yang diharapkan telah terkumpul, maka mulailah pekerjaan computer.
·         Tipe analisis dapat juga digunakan untuk mengukur pengaruh bersama dari beberapa variable yang berbeda.
Beberapa kesulitan yang dihadapi dalam model campuran multivareasi ini adalah:
·         Diharapkan memberikan tes statistic yang signifikan.
·         Terlalu banyaknya variable yang perlu dihitung pada suatu saat.
·         Meskipun model ini telah mengurangi masalah kontrol berkenaan dengan eksperimen lapangan tetapi tetap menghadapi masalah-masalah pembandingan.
5.      Model evaluation program for innovate curriculumbs (EPIC)
Model ini menggambarkan keseluruhan program evaluasi kurikulum dalam sebuah kubus. Kubus ini memiliki tiga bidang, bidang pertama adalah perilaku (behavior) yang meliputi perilaku cognitive, affective, psychomotor. Bidang kedua adalah pembelajaran (instruction), yang meliputi organisasi, materi, metode fasilitas atau sarana dan pendanaan. Bidang ketiga adalah kelembagaan (institution) yang meliputi guru, murid, administrasi, tenaga kependidikan, keluarga dan masyarakat.
6.      Model CIPP (Contex, Input, Procces, and Product)
Model ini dikembangkan oleh Stufflebeam (1967) dan kawan-kawan di Ohio State University AS dan model ini paling banyak diikuti oleh para evaluator. Model ini memandang bahwa kurikulum yang dievaluasi adalah sebuah sistem, maka apabila evaluator telah menentukan untuk menggunakan model CIPP, maka evaluator harus menganalisis kurikulum tersebut berdasarkan komponen-komponen model CIPP.
Model ini mengemukakan bahwa untuk melakukan penilaian terhadap program pendidikan diperlakuakan empat macam jenis yaitu:
·         Penilaian konteks (context)yang bekaitan dengan tujuan.
Penilaian konteks adalah upaya untuk menggambarkan dan merinci lingkungan,  kebutuhan, populasi dan sample yang dilayani serta tujuan pembelajaran. Kebutuhan siswa apa saja yang belum terpenuhi, tujuan apa saja yang belum tercapai dan tujuan apa saja yang belum tercapai.
·         Penilaian masukan (input) yang berguna untuk pengambilan k eputusan desain.
Maksud evaluasi ini adalah kemampuan siswa dan kemapuan sekolah dalam menunjang pendidikan.
·         Penilaian proses (process) yang membimbing langkah operasional dalam pembuatan keputusan.
Penilaian ini menunjukkan pada kegiatan yang dilakukan dala program, apakah pelaksanaan kurikulum tetap sanggup melakukan tugasnya, siapa yang bertanggung jawab melaksanakannya, dan lain-lain.
·         Penilaian keluaran yang memberikan data sebagai tambahan erbuatan keputusan (product).
Penilaian keluaran adalah tahap akhir serangkaian evaluasi program kurikulum, yang diarahkan pada hal-hal yang menunjukkan perubahan yang terjadi pada siswa.
7.      Model Ten Brink
Ten Brink mengemukakan adanya tiga tahap evaluasi kurikulum yaitu; pertama, tahap persiapan, adapun langkah – langkahnya sebagai berikut:
·         Melukiskan secara spesifik pertimbangan dan keputusan yang dibuat.
·         Melukiskan informasi yang diperlukan.
·         Memanfaatkan informasiyang ada
·         Menentukan kapan dan bagaimana cara memperoleh informasi
·         Menyusun dnn memilih instrument pengumpulan informasi yang digunakan.
Kedua, tahap pengumpuln data melalui dua langkah yaitu memperoleh informasi yang diperlukan dan menganalisis dan mencatat informasi. Ketiga, tahap penilaian yang berisi keiatan – kegiatan sebgai berikut:
·         Membuat pertimbangan yang digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan
·         Membuat keputusan yang merupakan suatu pilihan beberapa alternatif tindakan
·         Mengikhtisarkan dan melaporkan hasil penilaian
8.      Model Pendekatan Proses
Evaluasi kurikulum model pendekatan proses ini tumbuh dan berkembang secara kualitatif, yang menjadi pendekatan yang penting. Karakteristik model ini adalah:
  1. Kriteria yang digunakanuntuk evaluasi tidak dikembangkan sebelum pelaksanaan (evaluator) berada di lapangan.
  2. Sangat peduli dengan masalah yang dihadapi oleh para pelaksana kurikulum.
  3. Evaluasi yang dilakukan terhadap kurikulum adalah merupakan satu kesatuan yang utuh, tidak terpecah belah dalam bagian-bagian tertentu.
Adapun prosedur evaluasi kurikulum model pendekatan proses adalah sebagai berikut:
·         Pengumpulan data dari berbagai sumber, misalnya kepala sekolah atau madrasah, guru dan tenaga kependidikan
·         Menganalisis data setelah data terkumpul dari berbagai sumber
·         Pengambilan keputusan dan berpijak pada kelebihan dan kekurangan suatu kurikulum, sehingga akan melahirkan pemikiran alternativ untuk perbaikan atau inovasi kurikulum.
9.      Model Evaluasi Kuantitatif
Model kuantitatif ditandai oleh cirri yang menonjol dalam penggunaan prosedur kuantitatif untuk mengumpulkan data sebagai konsekuensi penerapan pemikiran paradigma positivisme. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, paradigma positivism menjadi tradisi keilmuan dalm evaluasi terutama melalui tradisi psikometrik.
Hal lain yang dapat dikemukakan mengenai model-model kuantitatif ini ialah persamaan mereka dalam fokus evaluasi yaitu pada kurikulum dimensi hasil belajar. Ada beberapa macam dalam model evaluasi kuantitatif yaitu:
1.      Model balck box Tyler
Model Tyler dinamakan Black Box karena tidak ada nama resmi yang diberikan oleh pengembangnya. Tyler, yang mengajukan model ini menuliskan buah pikirannya tersebut tidak dalam satu tulisan lepas mengenai evaluasi kurikulum. Buku yang diberi judul Basic principles of curriculum and instruction ditulis ketika ia bertugas sebagai professor di Universitas Chicago.
Model yang dikemukakan dibangun atas dua dasar, yaitu: evalusai yang ditunjukkan kepada tingkah laku peserta didik dan evaluasi harus dilakukan pada tingkah laku awal peserta didik sebelum suatu pelaksanaan kurikulum serta pada saat peserta didik telah melaksanakan kurikulum tersebut.
Dengan dasar evaluasi yang kedua, Tyler menghendaki evaluator dapat menetukan perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil belajar yang diperoleh dari kurikulum. Dalam pelaksanaannya, Tyler mengemukakan ada tiga prosedur utama yang harus dilakukan yaitu:
  • Menentukan tujuan kurikulum yang akan di evaluasi
  • Menentukan situasi di mana peserta didik mendapatkan kesempatan untuk memperlihatkan tingkah laku yang berhubungan dengan tujuan
  • Menentukan alat evaluasi yang akan digunakan untuk mengukur tingkah laku peserta didik.
Model evluasi Tyler memiliki keunggulan dalam kesederhanaannya. Evaluator dapat memvokuskan kajian evaluasinya hanya pada satu dimensi kurikulum yaitu dimensi hasil belajar. Keunggulan model Tyler pada sisi lain menjadi titik lemah model ini. Fokus pada hasil belajar dan mengabaikan dimensi proses adalah sesuatu yang tidak sejalan dengan pendidikan.
Faktor lain yang menyebabkan kelemahan model ini adalah kenyataan yang diungkapkan oleh banyak studi yang mengkaji dimensi proses. Kenyataan yang terungkap dari hasil studi tentang proses ini menyebabkan sukar untuk melakukan claim bahwa hasil yang diperlihatkan oleh peserta didik adalah hasil yang ditimbulkan kurikulum yang dievaluasi
2.      Model teoritik Taylor dan Maguire
Model ini lebih mendasarkan dirinya pada pertimabangan teoritik suatu model evaluasi kurikulum. Unsur-unsur yang ada dalam model ini seperti sumber sosial tujuan, tujuan yang dikembangkan berdasarkan pendekatan behavioral, pengembangan strategi dan semangat psikometrik kiranya merupakan pengaruh Tyler yang mungkin tidak didasari Taylor dan Maguire.
Berdasarkan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan tersebut maka satuan pendidikan mengembangkan visi dan tujuan yang ingin dicapai satuan pendidikan tersebut. Tugas tugas tersebut yaitu:
  • Menjadi pengembang tanggung jawab para pengembang kurikulum ditigkat satuan pendidikan
  • Mencari data mengenai keserasian antara tujuan umum dengan tujuah behavioral dan hasilnya dimasukkan menjadi vektor lanjur matrik penafsiran
  • Mengevaluassi pengembangan tujuan tersebut menjadi pengalaman belajar.
3.      Model pendekatan sistem  Alkin
Pendekatan ini memiliki keunikan dibandingkan pakar evaluasi lainnya dimana ia memasukkan unsur pendekatan ekonomi mikro dalam pekerjaan evaluasi. Model ini dikembangkan berdasarkan empat asumsi yaitu:
  • Variable perantara adalah merupakan satu-satunya kelompok varabel yang dapat dimanipulasi.
  • Sistim luar tidak langsung dipenaruhi oleh keluaran sistim
  • Para pengambil keputusan sekolah tidak memiliki kontrol mengenai pengaruh yang diberikan sistim luar.
  • Faktor masukkan mempengaruhi aktivitas faktor perantara
Pada dasarnya, model pendektan system Alkin dapat digunakan untuk melakukan kajian mengenai kurikulum di Indonesia terlebih-lebih ketika satuan pendidikan telah memiliki KTSP. Kekuatan model ini adalah keterkaitannya dengan sistem. Evaluasi suatu satuan pendidikan yang masing-masing sangat dimungkiinkan karena setiap satuan pendidikan itu merupakan unit yang dikendalikan secara khusus dengan berlakunya manajemen berbasis sekolah.
Kelemahan model ini terutama keterbatasannya dalam fokus kajian. Model ini hanya dapat digunakan untuk mengevaluasi kurikulum yang sudah siap dilaksanakan oleh sekolah. Dala situasi pengembangan kurikulum yang sekarang (KTSP) model ini dapat digunakan setelah kurikulum tersebut berhasil dikembangkan dan siap dilaksanakan di satuan pendidikan tersebut.
4.      Model countenance stake
Model ini adalah model pertama evaluasi kurikulum yang dikembangkan Stake. Stake mengemukakan keseluruhan keiatan evaluasi yang harus dilakuakan dengan cara yang diinginkan bagaimana evaluasi tersebut dilakukan. Dalam buku ini model Stake dikelompokkan sebagai model evaluasi kuntitatif karena pada awalnya model ini dikembangkan dengn pendekatan kuantitatif. Tapi, apabila kemudian adaevaluator yang ingin menggunakan model ini dengan pendekatan kualitatif tentu saja.
10.  Model Ekonomi Mikro
Model ekonomi mokro pada dasarnya adalah model yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Sebagaimana kebanyakan model kuantitatif, model ekonomi mikro memiliki fokus utama pada hasil (hasil dari pekerjaan, hasil belajar dan hasil yang diperkirakan).
Dalam mengukur hasil, digunakan suatu instrument yang sudah ditandarisasi. Penggunaan instrumen standar penting karena hanya dengan demikian perbandingan antara biaya dengan hasil dapat dilakukan secara berimbang. Kurikulum lain yang dikembangkan oleh satuan pendidikan lain mungkin didasarkan atas ide yng berbeda. Dalam pandangan teoritikkurikulum satuan pendidikan  tersebut dinyatakan baahwa seseorang yang telah menyelesaikan studinya harus memiliki pengetahuanyang cukup untuk dapat hidup produktif di masyarakat.
Persoalan mengenai persamaan tujuan kurikulum yang akan dibandinkan tidak akan dialami oleh evaluator yang akan menerapkan model cost-benefit. Hal penting lainnya ialah bahwa skala penilaian tersebut diukur pada pengukuran interval dan bukan ordinal.
Model terakhir dari kelompok mikro ekanomi ialah yang dinamakan model cost-feasibility. Berbeda dengan ketiga model terdahulu, model ini tidak berusaha mencari hubungan antara biaya dengan hasil tertentu. Perhitungan biaya masa depan perlu diperhitungkan agar kurikulum yang dikembangkan tersebut mendapat jaminan dalam implementasinya.
11.  Model Evaluasi Kualitatif
Ciri khas dari model evaluasi kualitatif adalah selalu menempatkan proses pelaksanaankurikulum sebagai fokus utama evaluasi. Oleh karena itu kurikulum dalam dimensi kegiatan atau proses lebih mendapatkan perhatian dibandingkan dimensi lain suatu kurikulum walaupun harus dikatakan bahwa perhatian utama terhadap proses dimensi lain.
Model utama evaluasi kualitatif adalah studi kasus. Demikian kuatnya posisi studi kasus sebagai model utama dilingkungan evaluasi kualitatif sehingga setiap orang berbicara tentang model evaluasi kualitatif maka nama studi kasus segera muncul dalam kontak memorinya.







BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Evaluasi kurikulum sebagai usaha sebagai usaha sistematis mengumpulkan informasi mengenai suatu kurikulum untuk digunakan sebagai pertimbangan mengenai mengenai nilai dan arti dari kurikulum dalam suatu konteks tertentu. Evaluasi kurikulum dapat mencakup keseluruhan kurikulum atau masing-masing komponen kurikulum seperti tujuan, isi, atau metode pembelajaran yang ada dalam kurikulum tersebut. Secara sederhana, dapat disamakan dengan penelitian karena evaluasi kurikulum menggunakan penelitian yang sistematik, menerapkan prosedur ilmiah dan metode penelitian. Perbedaan antara evaluasi dan penelitian terletak pada tujuan. Evaluasi bertujuan untuk mengumpulkan, menganalisis dan menyajikan data untuk bahan  penetuan keputusan mengenai kurikulum apakah akan ada revisi atau diganti. Sedangkan penelitian memiliki tujuan yang lebih luas dari evaluasi yaitu mengumpulkan, menganalisis dan menyajikan data untuk mengui teori atau membuat teori baru.

Saran
Kami sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat kekurangan karena keterbatasan sebagai manusia biasa, untuk itu kritik dan saran amat kami harapkan demi kesempurnaan kami dalam menyelesaikan tugas-tugas dimasa yang akan datang.





DAFTAR PUSTAKA


Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran ; Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Prenada Media Group.
Hasan, Hamid. 2008. Evaluasi Kurikulum. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Syaodih Sukmadinata, Nana. 2012. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Sudjana, Nana. 2008. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung : Sinar Baru Algensindo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar