Sabtu, 05 Desember 2015

ISI DAN PENDEKATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting bagi manusia. Pendidikan sebagai sarana untuk mengembangan potensi diri yang ada. Pendidikan juga tidak lepas dari kurikulum. Karena kurikulum itu sebagai pondasi bagi pendidikan agar kegiatan belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik. Setiap manusia pasti berkembang begitu pula dengan kurikulum. Untuk memenuhi kebutuhan peserta didik yang mempunyai kebutuhan berbeda setiap zamannya. Kurikulum akan selalu berkembang agar dapat memenuhi kebutuhan suatu lembaga. Ketika kurikulum tidak dikembangkan sesuai dengan meningkatnya kebutuhan suatu lembaga, maka lembaga itu akan mengalami ketertinggalan. Tetapi untuk mengembangkan kurikulum, tidak hanya dirancang sesuai keinginan para pengelola lembaga tertentu, melainkan harus memperhatikan beberapa aspek pengembangan kurikulum, yaitu: landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosiologis, landasan sosial budaya, dan landasan IPTEK.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan yang mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara-cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sedangkan Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, yang mana didalamnya mencakup beberapa hal diantaranya adalah: perencanaan, penerapan dan evaluasi. Dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya melibatkan orang yang terkait langsung dengan dunia pendidikan saja, namun di dalamnya melibatkan banyak orang, seperti:  di dalam mengembangkan sebuah kurikulum juga harus menganut beberapa prinsip dan melakukan pendekatan terlebih dahulu, sehingga di dalam penerapannya sebuah kurikulum dapat mencapai sebuah tujuan seperti yang di harapkan. Dan mengenai prinsip-prinsip dasar pengembangan kurikulum akan kami jelaskan selengkapnya dalam pembahasan.

B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut :
1.         Apakah pengertian dari pengembangan kurikulum?
2.         Hal apa saja yang termasuk dalam prinsip-prinsip pengembangan kurikulum?
3.         Apa saja hakekat pengembangan kurikulum?

C.      Tujuan
1.         Untuk mengetahui apakah pengertian dari pengembangan kurikulum?
2.         Untuk mengetahui hal apa saja yang termasuk dalam prinsip-prinsip pengembangan kurikulum?
3.         Untuk mengetahui apa saja hakekat pengembangan kurikulum?


















BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Pengembangan Kurikulum
Kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya ‘pelari’ dan curer yang berarti ‘tempat berpacu’.
Zainal Arifin, (2011) Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus merupakan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran pada semua jenis dan jenjang pendidikan.
Oemar Hamalik, (2008) Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum yaitu sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh murid untuk memperoleh ijazah.
Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan kurikulum agar menghasilkan rencana kurikulum yang luas dan spesifik. Proses ini berhubungan dengan seleksi dan pengorganisasian berbagai komponen situasi belajar mengajar, antara lain penetapan jadwal pengorganisasian kurikulum dan spesifikasi tujuan yang disarankan, mata pelajaran, kegiatan.
Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, didalamnya mencakup perencanaan, penerapan dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah langkah awal membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta didik. Penerapan Kurikulum atau biasa disebut juga implementasi kurikulum berusaha mentransfer perencanaan kurikulum ke dalam tindakan operasional. Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir dari pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program yang telah direncanakan, dan hasil-hasil kurikulum itu sendiri. Dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya melibatkan orang yang terkait langsung dengan dunia pendidikan saja, namun di dalamnya melibatkan banyak orang.



B.    Isi Pengembangan Kurikulum
Dua hal yang harus diperhatikan ketika membicarakan isi kurikulum adalah: Pertama, isi kurikulum didefinisikan sebagai bahan atau materi belajar dan mengajar. Bahan itu tidak hanya berisikan informasi faktual, tetapi juga mencakup pengetahuan, keterampilan, konsep-konsep, sikap, dan nilai.
Kedua, dalam proses belajar mengajar, dua elemen kurikulum, yakni isi dan metode, berinteraksi secara konstan. Isi menjadi signifikan jika ditransmisikan kepada anak didik dalam beberapa hal dan jalan, dan itulah yang disebut metode atau pengalaman belajar mengajar (PBM). Hubungan antara isi dan metode sangatlah dekat, tetapi ketika keduanya dipisahkan menjadi elemen-elemen kurikulum, masing-masing dapat dinilai dengan kriteria yang berbeda. Kita harus memilih satu kriteria, meski akan lebih memuaskan jika dipilih semua, namun itu bukan pola pembelajaran yang efektif. Hal yang sama juga berlaku bagi pemilihan metode, metode yang efektif namun tidak bisa menggunakan isi dengan signifikan tidak bisa menghasilkan manfaat dalam proses belajar. Baik isi maupun metode harus signifikansehingga hasil dari belajar efektif bisa diraih dengan baik.
1.        Persoalan-persoalan yang Berhubungan dengan Penyelesaian Isi atau Bahan
a.         Pentingnya Mata Pelajaran
Penyelesaian isi menurut mata pelajaran tertentu telah menjadi prosedur tradisional, tetapi akumulasi pengetahuan dan perluasan jumlah waktu pelajaran secara konsekuen lebih menekankan pada integrasi dalam menciptakan suatu perubahan yang jauh dari prosedur ini.
Ada dua hal yang juga membuat keraguan akan validitas penyeleksian isi dalam mata pelajaran tradisional, yakni:
1)        Berbagai definisi mata pelajaran yang penting
2)        Hubungan antara mata pelajaran di sekolah dan cara pengetahuan tersebut diklasifikasikan.
Tugas para pengembang kurikulum khususnya dalam bentuk penyelesaian isi, adalah mengidentifikasi struktur dasar dari berbagai bidang pengetahuan dan memberikan isi yang tepat sehingga anak didik mampu mempelajari struktur-struktur.
Hirst mengklasifikan bentuk-bentuk pengetahuan sebagai berikut: mathematics, physical sciences, human sciences, literature and fine arts, history, religion, dan philosophy. Bentuk-bentuk pengetahuan atau mata pelajaran dapat dibedakan dengan keyakinan mereka pada prosedur-prosedur yang spesifik sebagai contoh, sains tergantung pada pengalaman dan prosedur-prosedur observasi, sedangkan matematik tergantung pada prosedur-prosedur deduktif. Karena itu tugas pengembang (developers) adalah menentukan berbagai bentuk pengetahuan untuk mengetahui bagaimana menggunakannya sebagai dasar penyelesaian isi.
Peters berpendapat bahwa pendidikan merupakan proses mengantarkan anak didik untuk diarahkan kepada pengetahuan yang relevan. Peters juga mengungkapkan bahwa anak didik secara bertahap harus menjalani prosedur pendefinisian suatu mata pelajaran agar bisa memahami mata pelajaran tersebut sebelum berangkat kepada isi yang menjadi permulaan bagi terjadinya proses interaksi antara pendidik dan anak didik. Anak didik dibawa ke dalam aktivitas-aktivitas, model tingkah laku dan pikiran yang memiliki standar yang dituliskan ke dalamnya dengan referensi yang memungkinkan sehingga bisa bertindak dan berpikir dengan beragam tingkat keterampilan, relevansi, dan selera.
b.         Pentingnya Proses
Beberapa penulis mengadopsi pendapat yang berlawanan dengan pendapat yang menganjurkan kesadaran akan penguasaan mata pelajaran. Mereka berpendapat bahwa tiap isi memiliki nilai yang sedikit, tetapi cara yang digunakan bersifat critical. Pendapat ini seringkali terefleksi dalam kurikulum kontemporer, dimana terjadi penekanan perubahan ketentuan yang mendetail terhadap isi untuk penekanan pada proses.
c.         Bahan Mengajar
Pendidik dan pengembang kurikulum dihadapkan dengan beragamnya mata pelajaran yang harus mereka seleksi.
Ketidaksetujuan dengan apa yang diajarkan merupakan suatu kritik umum terhadap sekolah yang bersumber dari luar. Kritik tersebut akan langsung meningkat jika sekolah gagal membuat isi0bahan yang mempunyai fungsi sosial yang relevan.
d.        Kebutuhan Penyelesaian Secara Rasional
Mengaplikasikan kriteria yang rasional dalam menentukan isi pengajaran dan mata pelajaran ke dalam suatu kurikulum merupakan sebuah kebutuhan. Aplikasi ke dalam suatu kurikulum itu datang dari berbagai bidang atau area yang didasarkan pada suatu perbedaan sumber, dari tingkatan opini yang subjektif sampai pada penuntun kebutuhan-kebutuhan secara objektif.
Taba mengidentifikasi empat alasan yang mendemonstrasikan kebutuhan untuk suatu basis rasional dalam hal pemilihan isi:
1)        Gejolak pendidikan, menghasilkan konflik antar kelompok dikarenakan fungsi sekolah dan pengajaran apa yang sesuai.
2)        Ledakan pengetahuan yang telah membuat tersedianya isi (content) dan dimasukkan ke dalam pertanyaan tentang skema klasik yang sederhana tentang mata pelajaran sekolah.
3)        Tingkatan tujuan yang lebih luas, yang telah menciptakan suatu kebutuhan akan isi yang baru yang tercakup oleh bahan kurikulum tradisional.
4)        Perkembangan teknologi pendidikan, yang memungkinkan adanya perluasan tentang apa yang bisa dipelajari dalam suatu rangkaian waktu
Masalah yang berhubungan dengan akumulasi pengetahuan dan teknologi dan pengembangan tujuan-tujuan pendidikan adalah semakin banyaknya isi yang akan ditambah dalam kurikulum.
e.         Keberadaan Pengetahuan Anak Didik
Ketika menyeleksi isi pengajaran, isi bagi anak didik telah diketahui sebagai pertumbuhan yang utama. Para pengembang memiliki beberapa masalah dalam menyeleksi isi. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, para pengembang kurikulum perlu untuk:
1)        Mengadopsi prosedur rasional dalam memilih isi
2)        Menentukan isi atau bahan apa yang diketahui anak didik
3)        Memutuskan apakah isi (baru) ditambahkan ataukah prinsip-prinsip baru ditentukan untuk memasukkan isi/bahan (baru) dalam kurikulum
4)        Mengetahui keseimbangan antara penguasaan bahan atau isi pelajaran dan pentingnya proses
5)        Menentukan tingkatan isi/bahan yang diajarkan dalam mata pelajaran tradisional.

2.        Kriteria Penyelesaian Isi atau Bahan
a.         Validitas (validity)
Isi dinyatakan valid ketika hal itu otentik. Kendala paling utama keotentikan isi adalah keusangan pengetahuan. Tiak hanya fakta-fakta dalam suatu mata pelajaran yang diperlukan, dimana mata pelajaran tersebut merupakan pengetahuan yang sudah tua dan usang. Hal ini mungkin juga menjadi prinsip-prinsip atau teori-teori dari suatu bidang pengetahuan yang sudah tidak terpakai alias kuno.
Mengunakan validity sebagai kriteria penyeleksian isi (content) juga menjadi suatu pertimbangan yang relevan. Isi yang valid dan memuaskan dimasukkan sedangkan yang tidak sesuai kriteria dihilangkan dari kurikulum.
Kriteria validitas ini menerapkan isi dan metode dalam satu cara. Isi dipertimbangkan valid jika menunjukan hasil lulusan (anak didik) yang sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Isi mungkin menjadi pertimbangan utama dalam proses pengembangan kurikulum, dan ia mungkin diseleksi tanpa sumber untuk memprioritaskan tujuan-tujuan tersebut. Tetapi jika guru/penddidik menyatakan bahwa tujuan-tujuan itu berada dalam proses pengembangan kurikulum, maka kriteria validitas pun ditetapkan.

b.         Signifikansi (signifiance)
   Jelas ini sangat signifikan karena ia mertuipakan fundamen mata pelajaran atau bidang studi. Namun ini bukan berarti kreteria “signifikan” hanya berlaku bagi fakta-fakta dari suatu bidang mata pelajaransaja. Kreteria tersebut diterapkan bagi semua ide utama atau konsep dan prinsip matapelajaran. Basis terbaik dalam mempelajari mata pelajaran adalah dalam mengevaluasi sejumlah ide uatama atau konsep dengtan menggtunakan fakta-fakta yang ada dalam matapelajaran.
Dengan demikian krteteria “signifikan” terlibat dalam penentuan kesimbangan antara ide-ide dan fakta-fakta dalam satu matapelajaran, dengan tujuan untuik mencapai keluasan dan kelemahannya, isi mungkin tidak memuaskan krteteria “sigtnifikan” jika diekspresikan dalam bentuk materi yang faktual. Ide kesejahteraan dan konsep-konsep yang ada dalam kurikulum sejarah pula dikesampingkan, karena adanya perasaan kebutuhan untuik merangkum sejumlah besart topik dan penetkanan pada ketletbihan jumlah fakta.
c.         Minat (Intertest)
   Minat (Intertetst) anak didik merupakan pertimbangan mandiri dalam penyeleksian isi, meskipun ada perdebatan tentang sejauh mana perkembangan kurikulum harus mengakomodasi kreteria ini. Karena itu masalahnya yang terjadi adalah bagaimana menyelaraskan isi kurikulum dengan minat dan perilaku anak didik sehingga minat-minat dan perilaku menentukan isi sangat singtkat sifatnya. Namun, jika menghindari minat pesetrta didik, mungkin menjadikan isi pelajaran sangat membosankan anak didik sehingga hasil belajarpun tidak memuaskan.
Masalahnya pun terbentang di antara dua hal yang berlawanan itu. Prinsip-prinsip belajar dan motivasi menganjurkan bahwa isi harus disesuaikan dengan minat anak sehingga proses belajar pun menjadi lebih produktif. Tanpa itu disana tidak mungkin ada belajar. Pendidik secarta umum memilih sesuatu dimana isi bisa mengtakomodasi minat pesertta didik. Wheleer mengklaim bahwa krteria ini menjadi salah satu dari sejumlah kreteria bahwa   minat anak didik hanya bisa mempengaruhi penyeleksian isi sesudah kreteria “valiiditas” dan “signifikian” dipenuhi dengan memuaskan.
d.        Mampu belajar (laernability)
Isi yang dipilih haruis dapat dipelajari oleh anak didik dan juga harus dapat diadaptasi untuk dicocokian dengan kemampuan anak didik. Yang paling penting  dari hal ini adalah adanya kesesuaian antara isi yang diseleksi dengan apa yang telah anak pelajari. Alasannya dalam kurikulum dan pengajaran adalah anak didik memerlukan  bantuan dalam mempelajari ide-ide dan fakta-fakta. Untuk alasan ini, isi harus diatur dalam suatu cara sehingga dapat dipelajari dan dipahami.
e.         Konsisten dengan realitas sosial (Consistency with social reality)
Beberapa penulis berpendapat bahwa isi yang diseleksi harus memberikan orientasi yang paling berguna bagi dunia disekeliling kita. Dengan kata lain isi tersebut harus koinsisten dengan realitas soisial. Dengan demikian, kretertia ini secarta efektif sama dengan kreteria validitas, tetapii Taba (1962: 272) mengklaim bahwa bahwa ada perbedaan respon terhadap situasi langsung (validity) dengan pencapaian suatu orientasi pemikiran realitas yang mungkin memasukan seleksi ini dalam area berikut : 
-            Pengembangan kosmopolit sikap-sikap dan nilai-nilai
-            Pemahaman hakikat dan penanggulangan perubahan
-            Pemahaman kelompok-kelompok budaya
-            Pengembangan otonomi pemikiran
-            Penggabaran kreatifitas dan pengenyampingan pemikiran.
Biasanya, beberapa area pengetahuan tampak tidak konsisten dengan realitas sosial. Sedikit matapelajaran yang statis atau isinya tidak berubah. Tetapi, matapelajaran tertentu mengambil isi mereka secara langsung melalui masyarakat dan budaya (social studies)atau secara langsung dipengaruhi oleh perubahan-perubahan dalam sains dan teknologi.
f.              Kegunanan (Utility)
Kriteria ini mungkin masih diperdebatkan, karena harus memilah dan menyeleksi isi dengan ketat sesuai dengan nilai kegunaannya. Kriteria ini menganjurkan bahwa isi yang paling berguna bagi anak didik dalam menyelesaikan kondisi mereka sekarang dan di masa yang akan datang harus diseleksi melalui semua mata pelajaran di sekolah. Kriteria ini juga diinterpretasikan dengan isi yang spesifik dalam mata pelajaran. Berbagai penelitian pun dilakukan untuk menentukan aspek-aspek yang ada dalam isi pada bidang mata pelajaran tertentu yang paling sering digunakan oleh orang dewasa, dan itulah yang diklaim sebagai kriteria kegunaan (utility)
C.      Pendekatan Pengembangan Kurikulum
1.        Pendekatan Berdasarkan Materi
Pendekatan ini menggunakan bidang studi atau mata pelajaran sebagai dasar organisasi kurikulum, misalnya matematika, sains, sejarah, geografi, atau IPA, IPS, dan sebagainya. Seperti yang lazim kita dapati dalam sistem pendidikan kita sekarang di semua sekolah dan universitas (Nasution, 1984: 43)
Perencanaan dan pengembangan kurikulum berdasarkan materi, inilah yang mula-mula dilaksanakan. Inti dari proses belajar mengajar ditentukan oleh pemilihan materi. Pembahasan mengenai pembaruan kurikulum terutama hanya membahas bagaimana sumber bahan dapat berkembang. Rongers dalam bukunya Dakir halaman 98 mengemukakan perencanaan dan pengembangan kurikulum yang berdasarkan materi yang akhirnya menuju ke tujuan pendidikan itu langkah-langkahnya sebagai berikut:
a.         Bahan apa yang diajarkan?
Dan untuk mengetahui berhasil tidaknya proses belajar, diukur dengan seberapa jauh siswa dapat menguasai bahan. Oleh karena itu langkah berikutnya ialah:


b.         Bagaimana mengetahui hasil belajar?
Caranya yaitu dengan melaksanakan evaluasi dengan cara berbagai macam evaluasi. Agar hasil belajar dapat baik maka diperlukan:
c.         Cara mengajar yang baik
Ada berbagai cara mengajar yang hendak disesuaikan dengan ciri bahan pelajaran untuk ini diperlukan:
d.        Cara pengorganisasian bahan pengajaran
Dengan menyusun bahan yang sistematis, paedagogis, psikologis dan sebagainya, maka bahan belajar akan lebih mudah diajarkan. Untuk itu diperlukan:
e.         Buku sumber yang relevan
Agar supaya bahan lebih mudah diajarkan diperlukan:
f.          Media
Penggunaan media atau alat bantu teknologi hendaknya disesuaikan dengan keadaan faktor-faktor yang lain
g.         Akhirnya untuk semua kegiatan tersebut harus mengarah ke tujuan pendidikan.
2.        Pendekatan Berorientasi Pada Tujuan
Penyusunan kurikulum dengan pendekatan berdasarkan tujuan, artinya bahwa tujuan pendidikan dicantumkan terlebih dahulu. Dari tujuan inilah dijabarkan menjadi tujuan-tujuan yang lebih rinci, yang akhirnya ke tujuan yang bersifat operasional yang biasanya berupa TIK inilah dicari topik-topik pembahasan yang lengkap, yang nantinya akan menjadi GBPP. Akhirnya tersusunlah kurikulum dengan silabus (GBPP) yang terurai. Langkah berikutnya dari TIU ke TIK kemudian dijabarkan pada SAP.
Kelebihan pendekatan pengembangan kurikulum yang berorientasi pada tujuan adalah:
a.         Tujuan yang ingin dicapai jelas bagi penyusun kurikulum.
b.         Tujuan yang jelas akan memberikan arah yang jelas pula di dalam menetapkan materi pelajaran, metode, jenis kegiatan, dan alat yang dipergunakan untuk mencapai tujuan.
c.         Tujuan-tujuan yang jelas itu juga akan memberikan arah dalam mengadakan penilaian terhadap hasil yang dicapai.
d.        Hasil penelitian yang terarah itu akan membantu penyusun kurikulum di dalam mengadakan perbaikan-perbaikan yang diperlukan (Soebandijah dalam bukunya idi, 2007:201)
3.        Pendekatan dengan Pola Organisasi Bahan
Pendekatan ini dapat dilihat dari pola pendekatan:
a.         Pendekatan pola Subject Matter Curriculum
Pendekatan ini penekanannya pada berbagai mata pelajaran secara terpisah-pisah, misalnya: sejarah, ilmu bumi, biologi, berhiung, dan sebagainya. Mata pelajaran ini tidak berhubungan satu sama lain.
b.         Pendekatan dengan pola Correlated Curriculum
Pendekatan ini adalah pendekatan dengan pola mengelompokkan beberapa mata pelajaran (bahan) yang sering dan bisa secara dekat berhubungan. Misalnya, bidang studi IPA, IPS, dan sebagainya.
4.        Pendekatan berdasarkan Kemampuan
Sebetulnya penyusunan kurikulum berdasarkan kemampuan sama dengan penyusunan kurikulum berdasarkan tujuan. Hanya kalau kurikulum berdasarkan kemampuan itu tujuannya lebih operasional dari kurikulum yang berdasarkan tujuan. Pertanyaannya memang praktis, misalnya setelah kuliah mahasiswa akan mempunyai kemampuan apa? Atau dengan kata lain apakah semua kegiatan proses belajar mengarah menuju kemampuan yang diharapkan oleh lulusan lembaga tersebut. Oleh karena itu dapat diibaratkan bahwa kemampuan yang akan dicapai itu merupakan tujuan institusional, sedang kurikulum yang berupa berbagai subkemampuan yang masing-masing berorientasi pada profesi.
5.        Pendekatan Rekonstruksionalisme
Pendekatan ini disebut juga rekonstruksi sosial karena memfokuskan kurikulum pada masalah penting yang dihadapi masyarakat, seperti polusi, ledakan penduduk, malapetaka akibat tujuan teknologi, dan lain-lain.
6.        Pendekatan Humanistik
Kurikulum ini berpusat pada siswa (student-centered) dan mengutamakan perkembangan afektif siswa sebagai prasyarat dan sebagai bagian integral dari proses belajar. Para pendidik humanistik yakin, bahwa kesejahteraan dan mental dan emosional siswa harus dipandang sentral dalam kurikulum, agar belajar itu memberi hasil maksimal. Prioritasnya adalah pengalaman belajar yang diarahkan pada tanggapan minat, kebutuhan, dan kemampuan anak.
7.        Pendekatan Akuntabilitas
Accountability atau pertanggungjawaban lembaga pendidikan tentang pelaksanaan tugasnya kepada masyarakat akhir-akhir ini menjadi hal yang penting dalam dunia pendidikan. Akuntabilitas yang sistematis pertama kali diperkenalkan Frederick Tylor dalam bidang industri pada permulaan abad ini. Pendekatannya yang dikenal sebagai scientific management atau manajemen ilmiah, menetapkan tugas-tugas spesifik yang harus diselesaikan pekerja dalam waktu tertentu. Tiap pekerja bertanggung jawab atas penyelesaia tugas itu. (Nasution, 1993: 50)
Suatu sistem yang akuntabel menentukan standar dan tujuan spesifik yang jelas serta mengatur efektifitasnya berdasarkan taraf keberhasilan siswa untuk mencapai standar itu. Gerakan ini mulai dirasakan di perguruan tinggi ketika universitas di Amerika Serikat dituntut untuk memperhatikan dan membuktikan keberhasilannya yang berstandar tinggi. Agar memenuhi tuntutan itu, para pengembang kurikulum terpaksa mengkhususkan tujuan pelajaran agar dapat mengukur prestasi belajar. Dalam banyak hal, gerakan ini menuju kepada ujian akademis yang ketatsebagai syarat memasuki universitas.






BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan kurikulum agar menghasilkan rencana kurikulum yang luas dan spesifik. Proses ini berhubungan dengan seleksi dan pengorganisasian berbagai komponen situasi belajar mengajar, antara lain penetapan jadwal pengorganisasian kurikulum dan spesifikasi tujuan yang disarankan, mata pelajaran, kegiatan.
Karena kurikulum itu sebagai pondasi bagi pendidikan agar kegiatan belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik. Setiap manusia pasti berkembang begitu pula dengan kurikulum. Untuk memenuhi kebutuhan peserta didik yang mempunyai kebutuhan berbeda setiap zamannya.


















DAFTAR PUSTAKA

Idi, Abdullah, 2007, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, Yogjakarta : Ar-Ruz Media
Arifin, Zaenal, 2013, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Hamalik, Oemar, 2008, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar