Senin, 24 April 2017

materi metode dakwah



BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
وَمَآ أَرۡسَلۡنَٰكَ إِلَّا رَحۡمَةٗ لِّلۡعَٰلَمِينَ ٠٧

 Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (al-Anbiyaa : 107)

Ajaran Islam merupakan rahmatan lil ‘alamin. Seberapa jauh ia menjadi rahmat tergantung kepada pemahaman dan kualitas penganutnya. Tingkat aplikasi ajaran yang tertinggi ada pada Rosulullah saw, di manaumatnya akan mendapatkan kebaikan apabila selalu berpedoman kepada al-Qur’an dan al-Hadits.
Begitu pula gambaran toleransi beragama, ketetapan ukuran menjadi permasalahan, dimana kebijakan toleransi bagi penganut dapat menjadi rahmat atau sebagainya.
Rosulullah sempat dikritik oleh penganutnya karena secara harfiyah perjanjian Hudaibiyah sangatmerugikan penganutnya, tetapi Rasululllah tetap menerima perjanjian itu. Motivasi kebijakan ini memerlukan waktu dan proses untuk dapat diterima dan dilihat keunggulannya oleh para penganutnya.
Oleh sebab itu tingkat pemahaman kecerdasan dan temperamen para tokoh atau pemuka agama yang diaplikasikan dalam batas toleransi ini dengan tanpa menghilangkan “ sibghah”
B.     Rumusan Masalah
Agar tidak terjadi kesimpang siuran dalam penyusunan makalah ini, maka saya merumuskan masalah sebagai berikut:
1.       Apa yang di maksud dengan toleransi ?
2.       Mencakup apa saja asas-asas dalam toleransi ?
3.       Apa makna sibghah itu sendiri ?

C.     Tujuan
Tujuan disusunnya makalah ini guna dapat, menjadikan para pembaca,
1.      Mengetahui hakikat dalam toleransi dalam beragama dan batas-batsannya dalam toleransi
2.      Memantapkan Akidah (keyakinan)
3.      Semangat dalam berdakwah (para Da’i)


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Toleransi
Tolerance (bahasa Inggris) artinya : lapang dada, sabar, tahan terhadap dan dapat menerima (Jhon:1996:596). Toleransi dalam bahasa Arab dikatakan ikhtimal, tasamuh menurut arti bahasa adalah sama-sama berlaku baik, lemah lembut, saling memaafkan
Tasamuh dalam pengertian umum adalah suatu sikap akhlak terpuji dalam pergaulan dimana rasa saling menghargai antara sesama manusia dalam batas-batas yang telah digariskan Islam
Dalam komunikasi manusia,  tasamuh dapat dibagi sebagai berikut:
1.      Tasamuh antara sesama muslim seperti; saling tolong menolong, saling harga-menghargai, saling saying menyayangi, menjauhkan saling curiga-mencurigai.
2.      Tasamuh terhadap non-muslim, saling menghargai hak-hak mereka selaku manusia dan selaku sesame anggota masyarakat dalam suatu Negara.
Toleran yang berarti membiarkan, tidak memaksa, suatu budaya toleransi yang belum pernah dikenal oleh Eropa pada abad pertengahan, dimana umat Yahudi dan Nasrani bebas menjalankan agamanya masing-masing (M.Tholha H:2000:158).
Bagaimana pendapat Thomas W. Arnold dalam bukunya, The Preaching of Isla, mengatakan, “ kita dapat memastikan bahwa hubungan yang sangat antara umat Islam dan Nasrani karena kekuatan dan kekuasaan yang dimiliki umat Islam tidak digunakan secara fanatik untuk memaksa mengubah kepercayaan orang lain kepada Islam.
Islam memandang perbedaan keyakinan itu sunnatullah (hukum Allah) yaitu Allah jika menghendaki bisa saja menjadi umat yang satu. Berarti keragaman di dalam keyakinan merupakan petunjuk bagi kita untuk diuji kebenaran dan kebaikannya.



Dan Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka Apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya ? (Q.S Yunus : 99)

Apabila dicermati keunggulan ajaran Islam sangat fitrah (sesuai dengan hati nurani) manusia sehingga dalam kondisi apa pun menebarnya ajaran Islam, sangat menarik untuk diikuti.
Bagaimana cara dakwah menembus hati manusia di tengah kegelapan yang pahit ini. Bagaimana setelah itu ia memuaskan hati orang-orang yang memandangnya karena kebenarannya. Bagaimana ia menarik simpati mereka dan menundukkan (Sayyid:2000:19). Kekuatan ajaran itu sekaligus keunggulannya tidak bersifat memaksa, pilihan dalam kebebasan.
Inti terdalam dari keberagamaan seseorang berada pada sikap batin yang secara politis sosiologis, kita memang sering melihat fenomena pemaksaan atau pembujukan kepada seseorang untuk memeluk agama tertentu.
Tetapi sesungguhnya, keberagamaan yang demikian itu bukanlah keberagamaan yang sejati.dan karena tidak sejati maka tidak akan tahan lama, tidak mendatangkan ketentraman dan peningkatan spiritual melainkan mendatangkan kegundahan dan serba kepura-puraan.
Dalam hal ini Stoddard mengungkapkan dalam Dunia Baru Islam hal. 119= Islam pada masa yang pertama adalah manifestasi tertinggi dari rakyat yang cinta kemerdekaan, yang agamanya dengan sendirinya menampakkan padanya segala sifat kemerdekaan yang mulia.
Jadi, sikap menghargai pluralisme adalah sikap yang natural, logis dan merupakan bagian perwujudan tingkat kedewasaan seseorang dalam menerima kenyataan sejarah.
Kemerdekaan di dalam keyakinan dalam ajaran Islam menjadi prinsip seperti yang tertera di surah al-Baqarah ayat 256
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut[162] dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.

[162] Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah s.w.t.

Pemahaman ajaran demikian ini membuat penganutnya tidak memaksakan keyakinannya kepada orang lain. Membiarkan orang dengan keyakinannya tanpa merasa beban dan hal ini memberikan pesan yang toleran kepada orang lain. Sehingga apa yang dikemukakan DR. Alwi Shihab dalam Islam Inklusif yang mengungkapkan “ Sepanjang sejarah, kawan maupun lawan mengakui keunggulan tingkat toleransi ummat Islam terdapat agama lain.
Perbedaan pendapat dalam segala aspek kehidupan merupakan fenomena yang telah lahir dan akan berkelanjutan bagi kehidupan. Dan hal ini juga dapat menjadi rahmat apabila masing-masing saling menghormati keyakinan dan dapat saling memberikan yang terbaik pada kehidupan. Seperti mengajar buta aksara dari agama non-muslim yang diminta oleh Nabi Muhammad saw untuk mengajarkan orang-orang yang belum pandai membaca. Namun, dalam hal keyakinan mereka dibiarkan tetap seperti yang tertera pada surat al-Kafirun ayat 6:
 “Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."




B.     Asas-asas Toleransi
1.      Prinsip Ajaran Islam
Keimanan adalah hak asasi manusia. Seperti dikemukakan oleh Sir Abdullah Archibald Hamilton, negarawan dan bangsawan Inggris, “Saya memeluk Agama Islam, hanyalah untuk memenuhi panggilan hati nurani saya, dan sejak
itu saya merasa telah menjadi orang yg lebih baik dan lebih benar dari pada sebelumnya.”
Menurutnya tidak ada satupun agama yang dimusuhi orang orang jahil dan berprasangka seperti agama islam.padahal jika orang tahu Islam memberikan kekuatan pada orang yang lemah, dan memberikan rasa kecukupan kepada orang yang miskin. Disini kemerdekaan pilihan yang menjadi titik tekan pembahasanya.
Bagaimana kita menghormati agama orang lain seperti mengucapkan selamat natal menurut DR.Quraish Shihab “kalaupun non muslim memahami ucapan selamat natal sesuai dengan keyakinanya maka biarlah demikian, karna muslim yang memahami akidahnya akan mengucapkan sesuai garis keyakinanya. Memang kearifan dibutuhkan dalam kerangka interaki social(Shihab:1992:51).”
Jelas sekali sejalannya dengan perilaku tanpa merubah keyakinan. Begitu pula bagaimana kekuatan toleransi itu di pilih seseorang. Diplomat, misionary dan tokoh masyarakan, Muhammad Arman  Hobohum, (jerman), mengemukakan dalam “ soal lain yang menyebabkan orang orang luar tertarik oleh islam ialah ketegasanya tentang toleransi, solat lima waktu waktu setiap hari, mengertakan atau melatih supaya orang bersikap teliti dan puasa sebulan menyebabkan orang mampu menguasai nafsu dirinya sendiri. Sedangkan ketelitian dan disiplin pribadi merupakan tanda orang besar dan baik.”

Tokoh lain dari irlandia menjelaskan “toleransi islam bertentangan dengan fanatisme aliran-aliran kristen, ilmu pengetahuan dan kemajuan negri-negri Islam pada abad pertengahan berlawanan dengan kebodohan dan khurafat yang merajai negeri-negeri lain pada waktu yang sama.”



          Ada empat hal yang perlu digaris bawahi :
a. Beragama atau berkeyakinan itu timbul dari hati nurani sendiri.
b.Kekuatan Toleransi merupakan kedekatan kepada mencintai kebebasan.
c.Menghormati Natal dengan keyakinan sendiri tanpa menjual keyakinan.
d.                        Ketegasan ajaran Islam merupakan daya tarik yang kuat.
e.Toleransi membuka pikiran dan ilmu pengetahuan.
2.      Membiarkan/ Lapang Dada/ Sabar/ Tahan terhadap Kekuatan Ajaran
Mengumpulkan pendapat-pendapat orang cerdik masuk islam, yang dipilih dan dipelajarinya dengan teliti karena panggilan hati nurani. Mencari kepuasan, mencari pedoman, dan sikap dari penganut ajaran Islam sendiri yang banyak dihargai oleh umat yang memilih Islam sebagai jalan hidup. Menurut mereka, ajaran Islam itu:
a.       Mudah, Rasional, dan Praktis
b.      Bersatunya benda dan rohani
c.       Jalan hidup yang sempurna
d.      Ada keseimbangan perorangan dan masyarakat
e.       Universal dan kemanusiaan
f.       Stabil dan berkembang
g.      Ajaran terpelihara dari perubahan
      Bandingkan dengan Islam di mata WNI (M.Yunus Yahya, di Indonesia) :
1)   Tidak bersahabat dengan etnik China
2)   Sulit dikuasai karena harus paham bahasa arab, terlalu banyak peraturan tabu dan larangan, ini wajib, itu boleh, itu tidak yang sulit dikerjakan dan ditaati
3)   Mengandung resiko mundur dari ekonomi karena bisa dikucilkan oleh keluarga dan didiskriminasi sesama etnis china dalam bisnis
4)   Pilihan yang tidak mudah karena bisa dianggap “bunglon” oleh khalayak ramai

Apabila pada ungkapan yang pertama mereka meyakini dengan sadar bahwa dunia ini tempat ujian. Pada ungkapan yang kedua situasi dan kondisinya silahkan dibahas.
Dalam dunia baru Islam L. Stoddard mengemukakan bahwa gereja Abbisinia Purba yang selama ini merupakan pos terdepan dalam menahan islam menjadi berbahaya sekali kedudukannya lantaran menghebatnya banjir kebangkitan Islam, tidak oleh penakluk perang, tetapi oleh perembesan secara damai orang orang Abbisinia masuk islam. Suku suku yang 50 tahun atau 60 tahun yang lalu hampir tidak ada  seorang islam dikalangan mereka, kini sebagian atau seluruhnya hidup dalam ajaran islam.
Menurut Dr.Sayid al-Wakil :
“mendakwah mengumpulkan hati dengan cinta dan ikhlas. Dakwah membekali penganutnya dengan sabar dan berani dan ia menghujam dalam dada sebagai akidah yang dinamis dan menggemuruh.”
Ungkapan Dr.Sayid al-Wakil menunjukan bagaimana penebaran dakwah dan perembesan dakwah secara damai berjalan seperti air yang mengalir. Yang juga di ungkapkan oleh negarawan bangsawan inggris Sir jalaluddin Wonder Brunton,  “sungguh saya merasa sangat bahagia dapat menjelaskan mengapa saya memilih islam, agama yang hak / benar, agama yang mudah dan penuh toleransi, agama yang penuh keikhlasan dan cinta mencintai dalam persaudaraan. Padahal ia di lahirkan dari keluarga kristen.
Masih menurut Stoddard, “di Tiongkok gerakan Islam dalam abad ke-19 juga mengalami kemajuan pesat luar biasa dan sekaligus terjadi kawin campur dengan wanita Tionghoa. Muslim Tionghoa berpusat di provinsi selatan Yunann.
Di sisi lain ada pertanyaan mengapa Islam memerangai pasukan Tartar komentar Dr. Sayid al-Wakil, “setiap Muslim berkewajiban mempertahankan wilayah tanah airnya jika ia diganggu oleh kelompok manapun.”
Dari pembahasan diatas dapat dijelaskan di saat kapan dan di mana dakwah itu merembesdengan perdamaian dan orang-orang non muslimdengan mencari sendiri, berfikir sendiri, mengolah sendiri, mempelajari sendiri penampilan penganut yang mengajak mereka untuk mendapatkan hidayah Allah dan di sisi lain pergi ke Tiongkok dan melakukan perkawinan dengan penduduk setempat dan disaat kapan mereka harus waspada dan melawan apabila diserang sangat bergantung bergantung.

3. Dialog
Salah satu cara dari toleransi ialah mengajak berdialog untuk menghilangkan kefanatikan, mengurangai keterbatasan dan cara pandang yang sempit hingga penganut ajaran perlu diajak memperluas cara pandang antara berbagai agama dibahas lebih jauh. Antara orang yang berbeda keyakinan perlu didialogkan hingga menemukan titik temu dan titik rawan. Biasanya kepicikan dan kelicikan tidak mengangkat martabat penganutnya. Penganut yang bermartabat tidak melakukan hal-hal-hal yang tidak terpuji karena bertentangan dengan ajarannya. Oleh sebab itu, toleran yang digambarkan oleh ajaran Islam merupakan metode keunggulan dari ajaran islam itu sendiri.
Sorang bangsawan negarawan pengarang dan diplomat All Hajj Lord Headly al-Faruki mengemukaka, “saya banyak mengetahui aliran Protestan tyang fanatik yang berpendapat bahwa kewajiban mereka Adalah mendatangi rumah-rumah orang katolik romawi untuk mengusahakan supaya kawan-kawan seluruhnya bertaubat. tidak bisa diragukan lagi bahwa tindakan yang menyolok ini adalah suatu tindakan yang tidak jujur. Bahwa setiap jiwa yang murni akan mengutuknya.
Ada hal yang tidak mengagetkan apabila kit melihat upaya lain yang di luar agama sendiri. Menurut Alwi Shihab, “Titik temu Kristen-Islam dalam meredam konflik agama bahwa pemeluk agama bahwa pemeluk agama perlu mendialoggan titik temu dan titik rawan.
Kerjasama pemeluk agama Kristen dan Islam perlu banyak menanggulangi problem manusia modern masa kini, yaitu penanggulangan aneka rupa eksploitasi, penindasan, ketidakadilan, kemrosotan moral, kemiskinan dan kebodohan adalah prioritas agenda kelompok tersebut.
Menurut Paul Kritter, “pengkristenan bukanlah tujuan akhir gereja, tetapi yang lebih penting untuk menganggkat derajat manusia agar lebih dekat kepada Allah SWT. Dan upaya yang dilakukan secara kolektif dan kooperatif oleh sesama penganut agama.”

4. Action Penganut
Karena toleransi mengandalkan keragaman meeng hormati hak-hak oranga lain, melindungi penganut ajaran lain sesuia perjanjian, cinta kasih dan toleransi jangan diartikan lemah dalam beragama. Sebaliknya, hanya mereka yg memiliki kepercayaan diri akan kebenaran agamanya serta kekuatan ilmu yang bsa berbuat toleran dan kasih sayang pada kelompok lain seperti yang di contohkan oleh Rasulullah dan sahabatnya.
Oleh sebab itu sikap in-toleransi, keras kepala, memaksa, degil, selalu tidak menerima kekalahan, merasa kalah dan rendah bila pendapat orang yang di terima suatu ciri tidak dewasa dalam sikap bragama.
Merealisasikan toleransi tanpa menjual keyakinan sebagai uummat Islam pengertiannya adalah akidah yang kita yakini tidak boleh kabur karena alasan toleransi. Toleransi dalam Islam tidak mengenal kompromi dan akidah. Berarti ukuran toleransi dalam sikap penganut dapat tegas dan jelas berdasarkan kebijakan dan keyakinannya.

C.     Makna Sibghah
Shibghah Allah dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari pada Allah? dan hanya kepada-Nya-lah Kami menyembah. (al-Baqarah : 138)

Sibghah memiliki arti berarti warna celupan dan Agama(Mahmud:cit:211).
Contoh sederhana mengenai sibgah: Analogi mudah yang saya ingin bawakan,
Kalau contoh kita secebis kain, kemudian kita celup dalam air nila yang warnanya biru. Apa jadi pada kain tu? Warna biru! Pandai. mestilah dia jadi warna biru  jadi biru, kita akan dapati seluruh kain itu menjadi warna biru hingga ke urat-urat kain tersebut.
Sedangkan situsi kedua kita ambil plastik kemudian celupkan ke dalam air nila tadi. Apa plastik menyerap nila tersebut? Semestinya tidak akan. Jadi plastik tersebut masih lagi tegar dengan sifatnya yang kalis air dan mengekalkan warna asalnya. Kalau plastik warna putih, putih la juga.

Bagaimana dengan sibgah Allah?
Sesungguhnya sibgah Allah itu adalah yang paling sempurna dan tiada yang lebih baik berbanding celupan agama Allah. Tiada saduran amal kehidupan yang terbaik melainkan celupan Islam. Apabila kita mencelupkan diri kita ke dalam celupan Nya, kita akan menjadikan seluruh hidup kita hanya keranaNya semata-mata. Menjalankan segala perintahNya sebaiknya serta meninggalkan segala laranganNya. Itulah dia mukmin yang tercelup. Tercelup seperti tercelupnya kain ke dalam nila (menggapaihusnulkhotimah:2011:01)
Menurut ulama tafsir tersohor Imam al-Razi, Islam dinamakan sibghah Allah atau acuan Allah kerana berdasarkan dua sebab; iaitu pertama, seperti acuan, Islam itu mesti meresap dan bersebati hingga membekas ke lubuk hati yang paling jauh dan dalam. Kedua, seperti acuan juga, Islam itu mampu membentuk dan menjana manusia menjadi Muslim yang memiliki jatidiri, peribadi dan citranya yang khas kerana iman dan ketundukannya yang pemuh tulus ke hadrat Allah.
Dalam hal ini adalah agama Islam sebagai dasar dan tuntutan hidup, fungsinya warna dan celupan tersebut mencermelangkan barang yang diberi celupan tersebut. Apabila dikaitkan ajaran itu kepada jiwa ia akan bersinar memancar yang dalam realisasinya tampil dalam bentuk semangat, taat, peduli, dan toleran.
Apabila ia dilekatkan kepada penganut ia menjadi beriman, beramal dan menjadi ihsan sejauh mana tampil dalam  perilaku menunjukkan kualitasnya. Perlu disimak pernyataan S. A. Board (Amerika Serikat) pada waktu kaum muslim datang ke Spanyol negeri itu masih merupakan “hutan belantara” kemudian mereka membangunnya menjadi “ kebun mawar yang indah “. Itulah Andalusia. Sibghah dapat berarti mempekakan hati nurani, mencerdaskan akal, dan memuliakan akhlak.












BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Agama Islam adalah agama rahmatanlil ‘alamin, yang berarti merahmati, mengasihi, menyayangi dan bersikap tasamuh sesama muslim dengan saling mengingatkan dalam kebajikan  maupun non-muslim yaitu dengan menghargai hak-haknya selaku manusia dan masyarakat.
Islam mengajarkan sikap toleransi dalam beragama, tanpa kehilangan sibghah yang berarti tidak mengorbankan keyakinan atau kepercayan(akidah), yang kita lafalkan setiap harinya pada waktu sholat misalnya, dan tanpa kehilangan kemandirian dan prinsip – prinsip maupun unsur-unsur Islam dalam bertoleransi.

B.     Saran
1.      Kepada semua pembaca bila mendapat kekeliruan dalam makalah ini harap bisa meluruskannya.
2.      Untuk supaya bisa membaca kembali literatur-literatur yang berkenaan dengan pembahasan ini sehingga diharapkan akan bisa lebih menyempurnakan kembali pembahasan materi dalam makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Wakil Dr. M. Sayyid. 2000, Wajah Dunia Islam, Al-Kautsar: Buku Islam Utama.
Echos Jhon A. 1996, Kamus Inggris- Indonesia, : Gramedia Pustaka Utama
Hasan M. Tholha. 2000, Islam dalam Perspektif Sosial Kultur, Lantabora Press, cet-2
MA, M. Munir, S.AG. 2009, Metode Dakwah. Jakarta : Kencana Prenada Media Group
Shihab Dr. Quraish. 1992, Membumikan Al-Qur’an,: Mizan
http://menggapaihusnulkhotimah.blogspot.com/2011/01






  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar