BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
وَمَآ
أَرۡسَلۡنَٰكَ إِلَّا رَحۡمَةٗ لِّلۡعَٰلَمِينَ ٠٧
Dan
Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta
alam. (al-Anbiyaa : 107)
Ajaran
Islam merupakan rahmatan lil ‘alamin.
Seberapa jauh ia menjadi rahmat tergantung kepada pemahaman dan kualitas
penganutnya. Tingkat aplikasi ajaran yang tertinggi ada pada Rosulullah saw, di
manaumatnya akan mendapatkan kebaikan apabila selalu berpedoman kepada
al-Qur’an dan al-Hadits.
Begitu
pula gambaran toleransi beragama, ketetapan ukuran menjadi permasalahan, dimana
kebijakan toleransi bagi penganut dapat menjadi rahmat atau sebagainya.
Rosulullah
sempat dikritik oleh penganutnya karena secara harfiyah perjanjian Hudaibiyah
sangatmerugikan penganutnya, tetapi Rasululllah tetap menerima perjanjian itu.
Motivasi kebijakan ini memerlukan waktu dan proses untuk dapat diterima dan
dilihat keunggulannya oleh para penganutnya.
Oleh
sebab itu tingkat pemahaman kecerdasan dan temperamen para tokoh atau pemuka
agama yang diaplikasikan dalam batas toleransi ini dengan tanpa menghilangkan “
sibghah”
B. Rumusan
Masalah
Agar tidak terjadi kesimpang siuran
dalam penyusunan makalah ini, maka saya merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang di maksud dengan toleransi
?
2. Mencakup apa saja asas-asas dalam
toleransi ?
3. Apa makna sibghah itu sendiri ?
C. Tujuan
Tujuan
disusunnya makalah ini guna dapat, menjadikan para pembaca,
1. Mengetahui
hakikat dalam toleransi dalam beragama dan batas-batsannya dalam toleransi
2. Memantapkan
Akidah (keyakinan)
3. Semangat
dalam berdakwah (para Da’i)
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Toleransi
Tolerance
(bahasa Inggris) artinya : lapang dada,
sabar, tahan terhadap dan dapat menerima (Jhon:1996:596). Toleransi dalam
bahasa Arab dikatakan ikhtimal, tasamuh menurut
arti bahasa adalah sama-sama berlaku baik, lemah lembut, saling memaafkan
Tasamuh
dalam pengertian umum adalah suatu sikap
akhlak terpuji dalam pergaulan dimana rasa saling menghargai antara sesama
manusia dalam batas-batas yang telah digariskan Islam
Dalam komunikasi
manusia, tasamuh dapat dibagi sebagai berikut:
1. Tasamuh antara
sesama muslim seperti; saling tolong menolong, saling harga-menghargai, saling
saying menyayangi, menjauhkan saling curiga-mencurigai.
2. Tasamuh terhadap
non-muslim, saling menghargai hak-hak mereka selaku manusia dan selaku sesame
anggota masyarakat dalam suatu Negara.
Toleran yang berarti membiarkan, tidak memaksa,
suatu budaya toleransi yang belum pernah dikenal oleh Eropa pada abad
pertengahan, dimana umat Yahudi dan Nasrani bebas menjalankan agamanya
masing-masing (M.Tholha H:2000:158).
Bagaimana
pendapat Thomas W. Arnold dalam bukunya, The
Preaching of Isla, mengatakan, “ kita dapat memastikan bahwa hubungan yang
sangat antara umat Islam dan Nasrani karena kekuatan dan kekuasaan yang
dimiliki umat Islam tidak digunakan secara fanatik untuk memaksa mengubah
kepercayaan orang lain kepada Islam.
Islam
memandang perbedaan keyakinan itu sunnatullah (hukum Allah) yaitu Allah jika
menghendaki bisa saja menjadi umat yang satu. Berarti keragaman di dalam
keyakinan merupakan petunjuk bagi kita untuk diuji kebenaran dan kebaikannya.
Dan Jikalau Tuhanmu
menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka
Apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang
beriman semuanya ? (Q.S Yunus : 99)
Apabila
dicermati keunggulan ajaran Islam sangat fitrah (sesuai dengan hati nurani)
manusia sehingga dalam kondisi apa pun menebarnya ajaran Islam, sangat menarik
untuk diikuti.
Bagaimana
cara dakwah menembus hati manusia di tengah kegelapan yang pahit ini. Bagaimana
setelah itu ia memuaskan hati orang-orang yang memandangnya karena
kebenarannya. Bagaimana ia menarik simpati mereka dan menundukkan (Sayyid:2000:19).
Kekuatan ajaran itu sekaligus keunggulannya tidak bersifat memaksa, pilihan
dalam kebebasan.
Inti
terdalam dari keberagamaan seseorang berada pada sikap batin yang secara
politis sosiologis, kita memang sering melihat fenomena pemaksaan atau
pembujukan kepada seseorang untuk memeluk agama tertentu.
Tetapi
sesungguhnya, keberagamaan yang demikian itu bukanlah keberagamaan yang
sejati.dan karena tidak sejati maka tidak akan tahan lama, tidak mendatangkan
ketentraman dan peningkatan spiritual melainkan mendatangkan kegundahan dan
serba kepura-puraan.
Dalam
hal ini Stoddard mengungkapkan dalam Dunia Baru Islam hal. 119= Islam pada masa
yang pertama adalah manifestasi tertinggi dari rakyat yang cinta kemerdekaan,
yang agamanya dengan sendirinya menampakkan padanya segala sifat kemerdekaan
yang mulia.
Jadi,
sikap menghargai pluralisme adalah sikap yang natural, logis dan merupakan
bagian perwujudan tingkat kedewasaan seseorang dalam menerima kenyataan
sejarah.
Kemerdekaan
di dalam keyakinan dalam ajaran Islam menjadi prinsip seperti yang tertera di
surah al-Baqarah ayat 256
Tidak ada paksaan untuk
(memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada
jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut[162] dan
beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali
yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha
mengetahui.
[162] Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah
s.w.t.
Pemahaman
ajaran demikian ini membuat penganutnya tidak memaksakan keyakinannya kepada
orang lain. Membiarkan orang dengan keyakinannya tanpa merasa beban dan hal ini
memberikan pesan yang toleran kepada orang lain. Sehingga apa yang dikemukakan
DR. Alwi Shihab dalam Islam Inklusif yang
mengungkapkan “ Sepanjang sejarah, kawan maupun lawan mengakui keunggulan
tingkat toleransi ummat Islam terdapat agama lain.
Perbedaan
pendapat dalam segala aspek kehidupan merupakan fenomena yang telah lahir dan
akan berkelanjutan bagi kehidupan. Dan hal ini juga dapat menjadi rahmat
apabila masing-masing saling menghormati keyakinan dan dapat saling memberikan
yang terbaik pada kehidupan. Seperti mengajar buta aksara dari agama non-muslim
yang diminta oleh Nabi Muhammad saw untuk mengajarkan orang-orang yang belum
pandai membaca. Namun, dalam hal keyakinan mereka dibiarkan tetap seperti yang
tertera pada surat al-Kafirun ayat 6:
“Untukmu agamamu, dan untukkulah,
agamaku."
B. Asas-asas
Toleransi
1. Prinsip
Ajaran Islam
Keimanan adalah hak
asasi manusia. Seperti dikemukakan oleh Sir Abdullah Archibald Hamilton,
negarawan dan bangsawan Inggris, “Saya memeluk Agama Islam, hanyalah untuk
memenuhi panggilan hati nurani saya, dan sejak
itu saya merasa telah
menjadi orang yg lebih baik dan lebih benar dari pada sebelumnya.”
Menurutnya tidak ada
satupun agama yang dimusuhi orang orang jahil dan berprasangka seperti agama
islam.padahal jika orang tahu Islam memberikan kekuatan pada orang yang lemah,
dan memberikan rasa kecukupan kepada orang yang miskin. Disini kemerdekaan
pilihan yang menjadi titik tekan pembahasanya.
Bagaimana kita
menghormati agama orang lain seperti mengucapkan selamat natal menurut
DR.Quraish Shihab “kalaupun non muslim memahami ucapan selamat natal sesuai
dengan keyakinanya maka biarlah demikian, karna muslim yang memahami akidahnya
akan mengucapkan sesuai garis keyakinanya. Memang kearifan dibutuhkan dalam
kerangka interaki social(Shihab:1992:51).”
Jelas sekali sejalannya
dengan perilaku tanpa merubah keyakinan. Begitu pula bagaimana kekuatan
toleransi itu di pilih seseorang. Diplomat, misionary dan tokoh masyarakan,
Muhammad Arman Hobohum, (jerman),
mengemukakan dalam “ soal lain yang menyebabkan orang orang luar tertarik oleh
islam ialah ketegasanya tentang toleransi, solat lima waktu waktu setiap hari,
mengertakan atau melatih supaya orang bersikap teliti dan puasa sebulan
menyebabkan orang mampu menguasai nafsu dirinya sendiri. Sedangkan ketelitian
dan disiplin pribadi merupakan tanda orang besar dan baik.”
Tokoh lain dari
irlandia menjelaskan “toleransi islam bertentangan dengan fanatisme
aliran-aliran kristen, ilmu pengetahuan dan kemajuan negri-negri Islam pada
abad pertengahan berlawanan dengan kebodohan dan khurafat yang merajai
negeri-negeri lain pada waktu yang sama.”
Ada empat hal yang perlu digaris
bawahi :
a. Beragama
atau berkeyakinan itu timbul dari hati nurani sendiri.
b.Kekuatan
Toleransi merupakan kedekatan kepada mencintai kebebasan.
c.Menghormati
Natal dengan keyakinan sendiri tanpa menjual keyakinan.
d.
Ketegasan ajaran Islam
merupakan daya tarik yang kuat.
e.Toleransi
membuka pikiran dan ilmu pengetahuan.
2.
Membiarkan/ Lapang
Dada/ Sabar/ Tahan terhadap Kekuatan Ajaran
Mengumpulkan
pendapat-pendapat orang cerdik masuk islam, yang dipilih dan dipelajarinya
dengan teliti karena panggilan hati nurani. Mencari kepuasan, mencari pedoman,
dan sikap dari penganut ajaran Islam sendiri yang banyak dihargai oleh umat
yang memilih Islam sebagai jalan hidup. Menurut mereka, ajaran Islam itu:
a. Mudah,
Rasional, dan Praktis
b. Bersatunya
benda dan rohani
c. Jalan
hidup yang sempurna
d. Ada
keseimbangan perorangan dan masyarakat
e. Universal
dan kemanusiaan
f. Stabil
dan berkembang
g. Ajaran
terpelihara dari perubahan
Bandingkan dengan Islam di mata WNI (M.Yunus
Yahya, di Indonesia) :
1)
Tidak bersahabat dengan
etnik China
2)
Sulit dikuasai karena
harus paham bahasa arab, terlalu banyak peraturan tabu dan larangan, ini wajib,
itu boleh, itu tidak yang sulit dikerjakan dan ditaati
3)
Mengandung resiko
mundur dari ekonomi karena bisa dikucilkan oleh keluarga dan didiskriminasi
sesama etnis china dalam bisnis
4)
Pilihan yang tidak
mudah karena bisa dianggap “bunglon” oleh khalayak ramai
Apabila
pada ungkapan yang pertama mereka meyakini dengan sadar bahwa dunia ini tempat
ujian. Pada ungkapan yang kedua situasi dan kondisinya silahkan dibahas.
Dalam
dunia baru Islam L. Stoddard mengemukakan bahwa gereja Abbisinia Purba yang
selama ini merupakan pos terdepan dalam menahan islam menjadi berbahaya sekali
kedudukannya lantaran menghebatnya banjir kebangkitan Islam, tidak oleh
penakluk perang, tetapi oleh perembesan secara damai orang orang Abbisinia
masuk islam. Suku suku yang 50 tahun atau 60 tahun yang lalu hampir tidak
ada seorang islam dikalangan mereka,
kini sebagian atau seluruhnya hidup dalam ajaran islam.
Menurut
Dr.Sayid al-Wakil :
“mendakwah
mengumpulkan hati dengan cinta dan ikhlas. Dakwah membekali penganutnya dengan
sabar dan berani dan ia menghujam dalam dada sebagai akidah yang dinamis dan
menggemuruh.”
Ungkapan
Dr.Sayid al-Wakil menunjukan bagaimana penebaran dakwah dan perembesan dakwah
secara damai berjalan seperti air yang mengalir. Yang juga di ungkapkan oleh
negarawan bangsawan inggris Sir jalaluddin Wonder Brunton, “sungguh saya merasa sangat bahagia dapat
menjelaskan mengapa saya memilih islam, agama yang hak / benar, agama yang
mudah dan penuh toleransi, agama yang penuh keikhlasan dan cinta mencintai
dalam persaudaraan. Padahal ia di lahirkan dari keluarga kristen.
Masih
menurut Stoddard, “di Tiongkok gerakan Islam dalam abad ke-19 juga mengalami
kemajuan pesat luar biasa dan sekaligus terjadi kawin campur dengan wanita
Tionghoa. Muslim Tionghoa berpusat di provinsi selatan Yunann.
Di
sisi lain ada pertanyaan mengapa Islam memerangai pasukan Tartar komentar Dr.
Sayid al-Wakil, “setiap Muslim berkewajiban mempertahankan wilayah tanah airnya
jika ia diganggu oleh kelompok manapun.”
Dari
pembahasan diatas dapat dijelaskan di saat kapan dan di mana dakwah itu
merembesdengan perdamaian dan orang-orang non muslimdengan mencari sendiri,
berfikir sendiri, mengolah sendiri, mempelajari sendiri penampilan penganut
yang mengajak mereka untuk mendapatkan hidayah Allah dan di sisi lain pergi ke
Tiongkok dan melakukan perkawinan dengan penduduk setempat dan disaat kapan mereka
harus waspada dan melawan apabila diserang sangat bergantung bergantung.
3.
Dialog
Salah
satu cara dari toleransi ialah mengajak berdialog untuk menghilangkan
kefanatikan, mengurangai keterbatasan dan cara pandang yang sempit hingga
penganut ajaran perlu diajak memperluas cara pandang antara berbagai agama
dibahas lebih jauh. Antara orang yang berbeda keyakinan perlu didialogkan
hingga menemukan titik temu dan titik rawan. Biasanya kepicikan dan kelicikan
tidak mengangkat martabat penganutnya. Penganut yang bermartabat tidak
melakukan hal-hal-hal yang tidak terpuji karena bertentangan dengan ajarannya.
Oleh sebab itu, toleran yang digambarkan oleh ajaran Islam merupakan metode
keunggulan dari ajaran islam itu sendiri.
Sorang
bangsawan negarawan pengarang dan diplomat All Hajj Lord Headly al-Faruki
mengemukaka, “saya banyak mengetahui aliran Protestan tyang fanatik yang
berpendapat bahwa kewajiban mereka Adalah mendatangi rumah-rumah orang katolik
romawi untuk mengusahakan supaya kawan-kawan seluruhnya bertaubat. tidak bisa
diragukan lagi bahwa tindakan yang menyolok ini adalah suatu tindakan yang
tidak jujur. Bahwa setiap jiwa yang murni akan mengutuknya.
Ada
hal yang tidak mengagetkan apabila kit melihat upaya lain yang di luar agama
sendiri. Menurut Alwi Shihab, “Titik temu Kristen-Islam dalam meredam konflik
agama bahwa pemeluk agama bahwa pemeluk agama perlu mendialoggan titik temu dan
titik rawan.
Kerjasama
pemeluk agama Kristen dan Islam perlu banyak menanggulangi problem manusia
modern masa kini, yaitu penanggulangan aneka rupa eksploitasi, penindasan,
ketidakadilan, kemrosotan moral, kemiskinan dan kebodohan adalah prioritas
agenda kelompok tersebut.
Menurut
Paul Kritter, “pengkristenan bukanlah tujuan akhir gereja, tetapi yang lebih
penting untuk menganggkat derajat manusia agar lebih dekat kepada Allah SWT.
Dan upaya yang dilakukan secara kolektif dan kooperatif oleh sesama penganut
agama.”
4.
Action Penganut
Karena
toleransi mengandalkan keragaman meeng hormati hak-hak oranga lain, melindungi
penganut ajaran lain sesuia perjanjian, cinta kasih dan toleransi jangan
diartikan lemah dalam beragama. Sebaliknya, hanya mereka yg memiliki
kepercayaan diri akan kebenaran agamanya serta kekuatan ilmu yang bsa berbuat
toleran dan kasih sayang pada kelompok lain seperti yang di contohkan oleh
Rasulullah dan sahabatnya.
Oleh
sebab itu sikap in-toleransi, keras kepala, memaksa, degil, selalu tidak
menerima kekalahan, merasa kalah dan rendah bila pendapat orang yang di terima
suatu ciri tidak dewasa dalam sikap bragama.
Merealisasikan
toleransi tanpa menjual keyakinan sebagai uummat Islam pengertiannya adalah
akidah yang kita yakini tidak boleh kabur karena alasan toleransi. Toleransi
dalam Islam tidak mengenal kompromi dan akidah. Berarti ukuran toleransi dalam sikap
penganut dapat tegas dan jelas berdasarkan kebijakan dan keyakinannya.
C. Makna
Sibghah
Shibghah
Allah dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari pada Allah? dan hanya
kepada-Nya-lah Kami menyembah. (al-Baqarah : 138)
Sibghah
memiliki arti berarti warna celupan dan
Agama(Mahmud:cit:211).
Contoh sederhana
mengenai sibgah: Analogi mudah yang saya ingin bawakan,
Kalau contoh kita secebis kain, kemudian kita
celup dalam air nila yang warnanya biru. Apa jadi pada kain tu? Warna biru!
Pandai. mestilah dia jadi warna biru
jadi biru, kita akan dapati seluruh kain itu menjadi warna biru hingga
ke urat-urat kain tersebut.
Sedangkan situsi kedua kita ambil plastik
kemudian celupkan ke dalam air nila tadi. Apa plastik menyerap nila tersebut?
Semestinya tidak akan. Jadi plastik tersebut masih lagi tegar dengan sifatnya
yang kalis air dan mengekalkan warna asalnya. Kalau plastik warna putih, putih
la juga.
Bagaimana dengan sibgah Allah?
Sesungguhnya sibgah Allah itu adalah yang
paling sempurna dan tiada yang lebih baik berbanding celupan agama Allah. Tiada
saduran amal kehidupan yang terbaik melainkan celupan Islam. Apabila kita
mencelupkan diri kita ke dalam celupan Nya, kita akan menjadikan seluruh hidup
kita hanya keranaNya semata-mata. Menjalankan segala perintahNya sebaiknya
serta meninggalkan segala laranganNya. Itulah dia mukmin yang tercelup.
Tercelup seperti tercelupnya kain ke dalam nila (menggapaihusnulkhotimah:2011:01)
Menurut ulama tafsir tersohor Imam al-Razi, Islam dinamakan
sibghah Allah atau acuan Allah kerana berdasarkan dua sebab; iaitu pertama,
seperti acuan, Islam itu mesti meresap dan bersebati hingga membekas ke lubuk
hati yang paling jauh dan dalam. Kedua, seperti acuan juga, Islam itu mampu
membentuk dan menjana manusia menjadi Muslim yang memiliki jatidiri, peribadi
dan citranya yang khas kerana iman dan ketundukannya yang pemuh tulus ke hadrat
Allah.
Dalam hal ini adalah
agama Islam sebagai dasar dan tuntutan hidup, fungsinya warna dan celupan
tersebut mencermelangkan barang yang diberi celupan tersebut. Apabila dikaitkan
ajaran itu kepada jiwa ia akan bersinar memancar yang dalam realisasinya tampil
dalam bentuk semangat, taat, peduli, dan toleran.
Apabila ia dilekatkan
kepada penganut ia menjadi beriman, beramal dan menjadi ihsan sejauh mana
tampil dalam perilaku menunjukkan
kualitasnya. Perlu disimak pernyataan S. A. Board (Amerika Serikat) pada waktu
kaum muslim datang ke Spanyol negeri itu masih merupakan “hutan belantara”
kemudian mereka membangunnya menjadi “ kebun mawar yang indah “. Itulah
Andalusia. Sibghah dapat berarti mempekakan hati nurani, mencerdaskan akal, dan
memuliakan akhlak.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Agama
Islam adalah agama rahmatanlil ‘alamin, yang
berarti merahmati, mengasihi, menyayangi dan bersikap tasamuh sesama muslim dengan saling mengingatkan dalam kebajikan maupun non-muslim yaitu dengan menghargai
hak-haknya selaku manusia dan masyarakat.
Islam
mengajarkan sikap toleransi dalam beragama, tanpa kehilangan sibghah yang
berarti tidak mengorbankan keyakinan atau kepercayan(akidah), yang kita
lafalkan setiap harinya pada waktu sholat misalnya, dan tanpa kehilangan
kemandirian dan prinsip – prinsip maupun unsur-unsur Islam dalam bertoleransi.
B. Saran
1.
Kepada semua pembaca bila mendapat kekeliruan dalam makalah ini harap bisa meluruskannya.
2.
Untuk supaya bisa membaca kembali literatur-literatur yang berkenaan dengan
pembahasan ini sehingga diharapkan akan bisa lebih menyempurnakan kembali
pembahasan materi dalam makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Wakil Dr. M. Sayyid. 2000, Wajah Dunia Islam, Al-Kautsar: Buku Islam Utama.
Echos Jhon A. 1996, Kamus Inggris- Indonesia, : Gramedia Pustaka Utama
Hasan M. Tholha. 2000, Islam dalam Perspektif Sosial Kultur, Lantabora Press, cet-2
MA, M. Munir, S.AG. 2009, Metode Dakwah. Jakarta : Kencana Prenada Media Group
Shihab Dr. Quraish. 1992, Membumikan Al-Qur’an,: Mizan
http://menggapaihusnulkhotimah.blogspot.com/2011/01
Tidak ada komentar:
Posting Komentar