AKHLAQ TASAWUF
disusun guna
memenuhi tugas mata kuliah Akhlaq Tasawuf
dengan
pengampu: Drs.A. Sulaeman M.S.I
Disusun oleh
kelompok
Anggota:
1.
DWIANTO 1206010012
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA
ISLAM
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada makalah ini, kami akan mencoba menguraikan sejarah singkat
perkembangan tasawuf. Dalam sejarah perkembangannya, ajaran kaum sufi dapat
dibedakan ke dalam beberapa periode. Setiap periode mempunyai karakteristik dan
tokoh masing-masing. Periode tersebut adalah
1. Abad pertama dan kedua Hijriah
2. Abad ketiga dan keempat Hijriah
3. Abad keenam, ketujuh, dan kedelapan Hijriah
4. Abad kesembilan, kesepuluh Hijriah dan
sesudahnya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja perkembangan tasawuf dalam dunia
Islam?
2. Siapa peletak utama dasar-dasar tasawuf?
3. Apa peranan utama tasawuf dalam usaha
penyebarluasan dakwah Islam?
C. TUJUAN
Untuk mengetahui bagaimana sejarah lahirnya tasawuf dan
perkembangan tasawuf dari masa ke masa.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Tasawuf
Dalam
mengajukan teori tentang pengertian tasawuf ,baik secara etimologi maupun
secara istilah ,para ahli berbeda pendapat. Secara etimologi , pengertian
tasawuf dapat dilihat menjadi beberapa macam pengertian,seperti di bawah ini.
Pertama, tasawuf berasal dari istilah yang dikonotasikan
dengan ahlu suffah ,yang berarti sekelompok orang pada masa Rasulullah
SAW.yang hidupnya berdiam di serambi-serambi masjid , mereka mengabdikan
hidupnya untuk beribadah kepada Allah SWT.
Kedua, Tasawuf
berasal dari kata shafa .kata shafa ini berbentuk fi’il mabdi majhul sehingga
menjadi isim mulhaq dengan huruf ya nisbah ,yang berarti nama
bagi orang-orang yang bersih atau suci. Maksudnya adalah orang-orang yang
menyucikan dirinya dihadapan Tuhan-Nya.
Ketiga, istilah
tasawuf berasal dari kata shaf .
Makna shaf ini dinisbahkan kepada
orang-orang yang ketika shalat selalu berada di saf yang paling depan.
Keempat, tasawuf
berasal dari kata shuf yang
berarti bulu domba atau wol.
Dari beberapa
pendapat di atas ,yang banyak di akui kedekatannya dengan makna tasawuf yang
dipahami sekarang ini adalah yang ke empat,yaitu terma shuf
Sedangkan
menurut istilah ilmu tasawuf adalah ilmu yang mempelajari usaha membersihkan
diri,berjuang memerangi hawa nafsu, mencari jalan kesucian dengan makrifat
menuju keabadian,saling mengingatkan antara manusia ,serta berpegang teguh pada
janji Allah SWT. Dan mengikuti syariat Rasulullah SAW dalam mendekatkan diri
dan mencapai keridaanNya.
B.
Sejarah Perkembangan Tasawuf dari
Masa ke Masa
1.
Perkembangan Tasawuf pada Abad
kesatu dan Kedua Hijriyah
a.
Aliran Madinah
Sejak masa awal,di Madinah telah
muncul para sufi. Mereka kuat berpegang teguh pada Al-Quran dan As-sunnah , dan
menetapka Rasulullah sebagai panutan kezuhudannya. Para sahabat dala
kehidupannya selalu mencontoh kehidupan Rasulullah SAW yang serba sederhana dan
hidupnya hanya diabdukan kepada Tuhannya.Para sahabat tersebut adalah sebagai
berikut.
1.
Abu Bakar Ash-Shiddiq (w. 13H)
Abu bakar pada mulanya adalah
seorang saudagar Quraisy yang kaya. Setelah masuk Islam , ia menjadi seorang
yang sangat sederhana.Diceritakan pula bahwa Abu Bakar hanya memiliki sehelai
pakaian.Ia berkata,’Jika seorang hamba begitu dipesonakan oleh hiasan
dunia,Allah SWT membencinya sampai meninggalkan hiasan itu.”Oleh karena itu
,Abu Bakar memilih takwa sebagai pakaiannya,ia menghiasi dirinya dengan
sifat-sifat rendah hati,santun,sabar dan selalu mendekatkan diri kepada Allah
SWT dengan ibadah dan dzikir.
2.
Umar bin Khatab (w. 23 H)
Umar bin Khatab merupakan sahabat Nabi Muhammad SWT terdekat dan
khalifah kedua Al-Khulafa Ar-Rasyidun. Ia termasuk oran yang tinggi kasih
sayangnya terhadap sesama manusia.Umar juga sangat takut mengambil harta kaum
muslim tanpa alas an yang kuat.
3.
Ustman bin Affan(w.35 H)
Ustman merupakan khalifah ketiga dan sahabat yang sangat
berjasa pada periode awal pengembangan islam, baik pada saat islam dikembangkan
secara sembunyi-sembunyi maupun secara terbuka. Pada diri Ustman terdapat jiwa-jiwa
sufi yang tidak tertarik pada kegemerlapan kekayaan dan kesenangan duniawi
4.
Ali bin Abi Thalib(w. 40H).
Ali merupakan khalifah ke empat dari Al- Khulafa’ Ar Rasyidin,orang
pertama yang masuk Islam dari kalangan anak-anak ,sepupu Nabi Muhammad SAW yang
kemudian menjadi menantunya.Ali dikenal sangat sederhana dan zahid dalam
kehidupan sehari-hari.Tidak tampak perbedaan dalam kehidupan rumah tangganya
antara sebelum dan sesudah diangkat sebagai khalifah.Sikap inilah yang
menandakan dirinya sebagai sufi
5.
Salman Al-Farisi (w. 32H)
Dikalangan ahli tasawuf, Salman Al-Farisi dikenal sebagai seorang
Sahabat yang suka hidup keras (menderita) dan zuhud ,bahkan dikatakan termasuk ahlnas-suffah (penganut tasawuf) dan
pendiri tasawuf yang dikaruniai ilmu laduni.
6.
Abu Dzar Al-Ghifary(w.22H)
Ia adalah seorang sufinyang selalu mengamalkan ajaran zuhud yang
telah dirintis oleh Abu Bakar dan Umar. Ia lebih senang memilih cara hidup
miskin dan tidak pernah menderita apabila ditimpa cobaan.
7.
Ammar bin Yassir
8.
Hudzaifah bin Al-Yaman(w. 36)
Ia tergolong pula sebagai alim yang bijaksana sehingga banyak orang
yang datang belajar tasawuf kepadanya.
Dalam mengajarkan tasawuf ,ia selalu mendapatkan bimbingan dari ali,terutama
cara mengajarkan ilmu itu kepada murid-muridnya.
9.
Al-Miqad bin Al Aswad(w. 33h)
Ia adalah seorang sufi yang berpegang teguh pada ajaran zuhud
,termasuk salah seorang ulama sufi yang sangat menentang kebijakan politik yang
dijalankan oleh khalifah usman
Dan antara
tokoh-tokoh ulama sufi pada masa tabi’in dari aliran madinah adalah:
1.
Sai’id ibn Al- Mussayab (w. 91H)
Menurut Ibnu Khallikan ,Ia adalah tokoh
tabi’in kelas pertama sebab padanya terpadu hadist,fiqh, kezahidan,ibadah dan
sikap rendah hati
2.
Salim bin ‘Abdullah
Urutan ini
menjelaskan bahwa aliran Madinah berpegang teguh pada ekstisme dan kerendah
hatian nabi Muhammad SAW . Selain itu,aliran ini tidak begitu terpengaruh oleh
perubahan-perubahan social yang berlangsung pada masa Dinasti Amawiyyah, dan
prinsip-prinsipnya tidak berubah sekalipun mendapat tekanan dari penguasa.
b.
Aliran Bashrah
Louis Massignon mengemukakan bahwa
pada abad kesatudan kedua Hijriah terdapat dua aliran asketisme islam yang
sangat menonjol yaitu Bashrah dan Kufah,diantara tokoh sufi yang menonjol dari
aliran Bashrah.
1.
Al –Hasan Al- Bashry(22H-110 H)
Ia mendapatkan ajaran tasawuf dari
Huzaifah bin Al-Yaman, sehingga ajaran itu memengaruhi sikap dan perilakunya
dalam kehidupannya sehari-hari ia dikenal sebagai ulama sufi yang sangat dalam
ilmunya tentang rahasia-rahasia yang terkandung dalam ajaran islam dan sangat menguasai
ilmu batin.
2.
Rabi;ah Al-Adawiyah (96 H-185)
3.
Malik bin Dinar (w. 131H)
Ibnu Khallikan menjelaskan bahwa
Malik adalah seorang ilmuwan yang asketis dan rendah hati. Bahkan ia tidak mau
makan kecuali dari hasil kerjanya sendiri.
c.
Aliran Kufah
Aliran kufah bercorak
idealistis,menyukai hal-hal aneh dalam nahwu ,imajinasi dalam puisi,dan harfiah
dalam hadist.Mereka cenderung pada aliran Syi’ah dan Murji’ah.Itu terjadi
karena karena Syi’ah adalah aliran Kalam yang pertama kali muncul di
Kufah.diantara tokoh-tokohnya adalah sebagai berikut.
1.
Sufyan Ats-Tsaury(715M-778M)
2.
Ar-Rabi’ bin Khatsim (w.67H)
3.
Sa’id bin Jubair(w. 95H)
4.
Thawus bin Kisan (w. 106H)
d.
Aliran Mesir
Diantara tokoh tokoh sufi aliran Mesir abad
pertama Hijriah adalah
1.Salim
bin ‘Atar At Tajibi(w 75H)
2.’Abdurrahman
bin Hujairah(w 69H)
3.
Nafi’ (w 117 H)
4.
Al Laits bin Sa’ad (w 175 H)
5.
‘Abdullah bin Wahab(w, 197H)
Ciri lain yang
terdapat pada perkembangan taswuf pada abad pertama dan kedua Hijriyah adalah kemurniannya
dibandingkan dengan kemurnian tasawuf pada abad-abad sesudahnya yangsudah
tercampur ajaran filsafat beserta tradisi agama dan kepercayaan yang dianut
oleh manusia sebelum Islam.
Secara umum
,tasawuf pada abad pertama dan kedua
Hijriyah memiliki karakteristik berikut.
1.
Berdasarkan ide menjauhi hal-hal
duniawi demi meraih pahala dan memelihara diri dari azab neraka.Ide ini berakar dari ajaran-ajaran Al Quran dan As
sunah dan sebagai dampak berbagai kondisi sosiopolitik yang berkembang dalam masyarakat
islam ketika itu.
2.
Bercorak praktis. Para tokohnya
tidak menaruh perhatia untuk menyusun teoritis atau tasawuf.
3.
Motivasi taswufnya adalah rasa
takut,yaitu rasa takut yang muncul dari landasan keagamaan secara
sungguh-sungguh.
4.
Ditandai dengan kedalaman membuat
analisis khususnya di Khurasan yang dipandang sebagai pendahuluan tasawuf
secara teoretis.
2.Perkembangan
Tasawuf abad ke Tiga dan Keempat Hijriah
1. Perkembangan Tasawuf Pada Abad
ketiga
Pada abad ketiga Hijriah, terlihat adanya peralihan konkret pada
asketisme Islam. Pada asketis masa itu tidak lagi dikenal dengan gelaran
tersebut, tetapi lebih dikenal dengan sebutan sufi. Mereka pun cenderung
memperbincangkan konsep-konsep yang sebelumnya tidak dikenal, misalnya tentang
moral, jiwa, tingkah laku, pembatasan arah yang harus ditempuh seorang penempuh
jalan menuju Allah SWT. Yang dikenal dengan istilah tingkatan (Maqam) dan
keadaan (hal), makrifat dan metode-metodenya, tauhid, fana, penyatu atau hulul.
Selain itu,
mereka pun menyusun prinsip-prinsip teoretis dari semua konsep diatas. Bahkan,
mereka menyusun aturan-aturan praktis bagi tarekat mereka. Mereka pun menyusun
bahasa simbolis khusus yang hanya dikenal dalam kalangan mereka, yang asing
bagi kalangan luar mereka. Sejak saat itulah, muncul karya-karya tentang
tasawuf. Para penulis pertama dalam bidanng ini adalah Al-Muhasibi (w. 243 H),
Al-Kharraz (w. 277 H), Al-Hakim At-Tirmidzi (w. 285 H), dan Al-Junaid (w. 297
H). Mereka adalah para sufi abad ketiga hijriah. Dapat dikatakan bahwa abad
ketiga adalah abad awal mula tersusunnya ilmu tasawuf dalam arti luas.
Menurut
At-Taftazani, terdapat dua aliran tasawuf pada abad ketiga dan keempat.
1) Aliran para sufi yang
pendapat-pendapatnya moderat (tasawuf Sunni). Tasawufnya selalu merujuk pada
Al-Qur’an dan As-Sunnah.
2) Aliran para sufi yang terpesona oleh
keadaan-keadaan fana’ (tasawuf semifilosofis). Mereka sering mengucapkan
kata-kata ganjil yang terkenal dengan sebutan syathahat.
Tokoh-tokoh
sufi yang terkenal pada abad ini, antara lain sbb:
a. Abu Sulaiman Ad-Darani (w. 215 H)
Nama lengkapnya adalah Abu Sulaiman Abdurrahman bin Utbah
Ad-Darani. Dia lahir di Daran, sebuah kampung di kawasan Damaskus. Ia meninggal
pada tahun 215 H/830 M. Dia adalah murid Ma’ruf dan merupakan tokoh sufi
terkemuka, seorang ‘arif dan hidupnya sangat wara’.
Ad-Darani
dikenal sebagai salah seorang sufi yang banyak membahas ma’rifah dan hakikah.
Ath-Thusi dalam kitabnya Al-Lima’ berkomentar, “Andaikan dulu aku tahu bahwa di
Mekah ada seorang tokoh yang bisa mengajarkanku
ilmu tersebut (maksudnya ma’rifah),
sekalipun hanya sekalimat, niscaya aku datangi dia dengan berjalan kaki
walau jauhnya seribu farsakh sehingga aku bisa menyimaknya.”
b. Ahmad bin Al-Hawary Ad-Damasqiy (w. 230
H)
Ia dilahirkan di Damaskus dan dikenal oleh penduduk negeri Syam
(Siria) sebagai ahli psikologi dan ilmu akhlak. Ia merupakan salah seorang
murid Sufyan bin Uyainah dan sahabat
dekat Abu Sulaiman Ad-Darani. Ketika salah seorang bertanya kepadanya tentang
ilmu akhlak dengan cara yang sopan, ia mennguraikan keterangannya, yang
didahului dengan perkataan, “Perbuatan ini tidak (dapat dikatakan baik), sampai
tampak kebaikan akhlakmu.”
c. Dzu An-Nun Al-Misri (155 H/770 M – 245
H/860 M)
Nama lengkapnya adalah Abu Al-Faid Sauban bin Ibrahim Dzu An-Nun
Al-Misri. Dia lahir di Ekhmim yang terletak di kawasan Mesir Hulu pada tahun
155 H/770 M. Pada tahun 214 H/829 M, dia ditangkap dengan tuduhan membuat
bid’ah dan dikirim ke kota Baghdad untuk dipenjarakan di sana. Setelah diadili,
khalifah memerintahkan agar ia dibebaskan dan dikembalikan ke Kairo. Di kota
ini, dia meninggal tahun 245 H/860 M.
d. Abu Yasid Al-Bustami (w. 261 H/874 M)
Ketika Abu Yazid masih kecil, ia bernama Taifur, dan ketika itu
mulai tampak kegemarannya untuk belajar berbagai ilmu pengetahuan. Ia mulai
belajar ilmu fiqh dari ulama yang bermadzhab Hanafi. Adapun ilmu tauhid dan
ilmu tasawuf yang didapatkan dari gurunya yang bernama Abu Ali As-Sindy, sangat
bertentangan dengan paha Sunni, sehingga ia dan murid-muridnya selalu diancam
hukuman atas permintaan ulama-ulama Sunni kepada penguasa penerintahan ketika
itu.
Dalam ajaran
tasawufnya, terkandung falsafah hulul dan itihad, yang kadang-kadang
diungkapkannya dalam cerita-cerita yang mengandung ibarat, misalnya, ia
mengatakan “Ular tak dapat dilihat zatnya; karena ia terbungkus dengan sifatnya
(kulitnya). Apabila ia terpisah dari kulitnya, barulah kelihatan ular yang
sebenarnya.” Maka ular itu dapat menngatakan, “Akulah ular. Tuhan merupakan
suatu zat, sedangkan manusia merupakan suatu sifat.” Sesudah manusia itu fana’,
yang ada hanya Tuhan, maka Ia mengatakan “Akulah Tuhan, sedangkan manusia tidak
dapat berkata bahwa ia ada karena hanya merupakan sifat belaka, sama halnya
dengan kulit ular.”
Perkataan semacam
inilah yang dianggap oleh ulama fiqh sebagai sesuatu yang membingungkan
masyarakat sehingga Abu Yazid sering dituduh menjadi musyrik. Akan tetapi,
murid-muridnya masih teguh mempertahankan dang mengembangkan ajarannya, melalui
perkumpulan tarekat yang dinamakan Thariqah Thaifuriyyah, yaitu suatu istilah
yang dinisabkan pada nama gurunya (thaifur).
e. Junaid Al-Baghdadi (w. 298 H)
Nama lengkapnya adalah Abu Al-Qasim Al-Junaid bin Muhammad
Al-Khazzaz An-Nihawandi. Dia adalah putra seorang barang pecah belah dan
keponakan Surri As-Saqti serta teman akrab Haris Al-Muhasibi. Dia meninggal di
Baghdad pada tahun 297 H/910 M.
Dia termasuk
seorang tokoh sufi yang luar biasa, teguh dalam menjalankan syariat agama,
sangat mendalam jiwa kesufiannya. Dia adalah seorang yang sangat fakih, sering
memberi fatwa sesuai madzhab Abu Tsauri, serta teman akrab Imam Asy-Syafi’i.
Di antara
ucapan-ucapannya yang mengandung keterangan taasawuf, antara lain, “Tuhan
menuangkan kebajikan-Nya ke dalam hati seseorang yang selalu menyediakan
ingatan kepada-Nya. Oleh karena itu, engkau jangan lupa melihat kesalahan
hatimu. Sebab, lupa kepada Tuhan lebih menakutkan daripada masuk ke dalam
neraka. Apabila engkau bertemu dengan seorang fakir, janganlah engkau mulai
dengan uraian ilmu pengetahuan, tetapi mulailah dengan sikapmu yang lemah
lembut terhadapnya. Hal ini karena ilmu itu membuat mereka menjadi liar;
sedangkan sikapmu yang lemah lembut membuat mereka menjadi jina.”
f. Al-Hallaj (lahir tahun 244 H/838 M)
Nama lengkapnya adalah Husein bin Muhammad Al-Hallaj. Ia dilahirkan
di sebuah desa bernama “Thur”, dekat desa Baidha’ di Persia. Dalam sejarah
tasawuf, dialah sufi yang paling terkenal kegigihan mempertahankan pendapatnya,
terutama falsafah al-hulul yang dianutnya sehingga melahirkan pernyataan yang
mengatakan “anal haq” (saya adalah Tuhan). Pernyataan itulah yang mengundang
protes para fuqaha, bahkan ahli tasawuf pun yang berbeda dengan pahamnya,
menuduh Al-Hallaj. Ketika dihadapkan dipengadilan untuk ditanyai tentang
falsafah hulul-nya, ia berkata, “Memang anasir manusia tetap sebagaimana
semula, tidak bercampur dengan Dzat Tuhan. Akan tetapi, apabila telah terjadi
protes hulul, unsur Ketuhanan (lahut) masuk ke dalam unsur kemanusiaan (nasut).
2. Perkembangan
Tasawuf pada Abad Keempat Hijriah
Abad ini ditandai dengan kemajuan ilmu tasawuf yang lebih pesat
dibandingkan dengan kemajuannya pada abad ketiga karena usaha maksimal para
ulama tasawuf untuk mengembangkan ajaran tasawufnya masing-masing. Kota Baghdad
sebagai satu-satunya kota yang terkenal sebagai pusat kegiatan tasawuf yang
paling besar sebelum masa itu, mulai tersaingi oleh kota-kota besar lainnya.
Upaya untuk
mengembangkan ajaran tasawuf di luar kota Baghdad, dipelopori oleh beberapa
ulama tasawuf yang terkenal kealimannya, antara lain:
a)
Musa Al-Anshary
mengajarkan ilmu tasawuf di Khurasan (Persia atau Iran), dan wafat di
sana pada tahun 320 H.
b) Abu Hamid bin Muhammad Ar-Rubazy;
mengajarkannya di salah satu kota di Mesir, dan wafat d I sana pada tahun 322
H.
c) Abu Zaid Al-Adamy;
mengajarkannya di Semenanjung Arabia, dan wafat di sana pada tahun 314 H.
d) Abu Ali Muhammad bin Abdil Wahhab
As-Saqafy; mengajarkannya di Naisabur san kota Syaraz,
hingga ia wafat tahun 328 H.
Di kota
Baghdad, penulisan kitab-kitab tasawuf sudah mulai bermunculan,misalnya Kitab
Qut Al-Qulub fi Mu’amalah Al-Mahbub wa Washf Thariq Al-Murid ila Maqam
At-Tauhid fi At-Tashawwuf, yang dikarang oleh Abu Thalib Al-Makky, meninggal di
Baghdad pada tahun 386 H.
Sistem
pengajaran tasawuf yang sering disebut tarekat, diberi nama dengan dinisbatkan
kepada nama penciptanya (gurunya), atau sering pula dinisbatkan pada lahirnya
kegiatan tarekat itu.
Ciri-ciri yang terdapat pada abad ini adalah semakin kuatnya unsur
filsafat yang mempengaruhi corak tasawuf karena banyaknya buku filsafat yang
tersebar di kalangan umat Islam dari hasil terjamahan orang-orang muslim sejak
permulaan Daulah Abbasiyah.
Perbedaan ilmu
zahir dan ilmu batin, yang dapat di bagi oleh ahli tasawuf menjadi empat macam:
a) Ilmu syariah
b) Ilmu tariqah
c) Ilmu haqiqah
d) Ilmu ma’rifah
Ma’rifah adalah kumpulan pengetahuan tentang syariah melalui
tariqah untuk mencapai haqiqah. Waliyullah adalah orang yang selalu mendapatkan
limpahan karunia Ilahi sehingga sanggup melakukan perbuatan yang luar biasa
yang dinamakan keramat (al-karamah).\
3.ABAD KELIMA HIJRIAH
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa pada abad ketiga dan
keempat muncul dua aliran tasawuf, yaitu aliran tasawuf Sunni dan tasawuf
semifilolosofis. Pada abad kelima, aliran yang pertama terus tumbuh berkembang.
Sebaliknya, aliran kedua mulai tenggelam
dan baru muncul kembali, dalam bentuk lain, yaitu pada pribadi - pribadi pada sufi yang juga filsuf abad
keenam dan setelahnya.
Di antara tokoh – tokoh tasawuf abad ini adalah sebagai berikut :
a. Al Qusyairi (376 - 465)
b. Al – Harawi (lahir 396 H)
Al – Haraw
adalah seorang penyusun teori kefanaan
dalam kesatuan, yang mirip teori Al – Junaid. Dalm kedudukannya sebagai seorang
penganut aliran Sunni, Al- Harawi melancarkan kritik terhadap para sufi yang
terkenal dengan keganjilan ungkapan –ungkapannya.Ia pun mengemukakan bahwa
tingkatan ketentraman yang timbul dari rida Allah AWT, sebagai pencegah
keganjilan ungkapan – ungkapan.
c. Al – Ghazali (450 -405 H)
Pada abad
inilah terlihat tanda - tanda semakin
dekatnya corak tasawuf denagan ajaran tasawuf yang diamalkan pada abad pertama Hijriah. Akan tetapi,pada
abad sesudahnya, kembali telihat ada tanda –tanda yang menjurus pada perbedaan
pendapat ahli tasawuf dengan fuqaha beserta mutakallim karena corak tasawuf falsafi yang telah diamalkan pada abad ketiga
dan keempat Hijriah kembali muncul di
kalangan umat Islam.
4.ABAD KEENAM
,KETUJUH, DAN KEDELAPAN HIJRIAH
1. Perkembangan Tasawuf pada Abad Keenam
Hijriah
Beberapa ulama
tasawuf yang sangat berpengaruh dalam perkembangan tasawuf abad ini, antara
lain sebagai berikut.
a. As – Suhrawardi Al –Maqtul (w.587 H / 1191 M)
Dalam ajaran
tasawufnya, ia berpendirian bahwa Allah SWT. adalah Nur (cahaya) dari segala
nur. Dari Dia - lah ke luar nur –nur
yang lain, baik alam fisik maupun alam
rohani.Ia menamai Alah) SWT.dengan istilah Nurul Anwar (cahaya dari segala cahaya),menamai
jasad al –jism) dengan istilah
jauharatul muzhlim (benda yang gelap).menamai roh (jiwa) dengan istilah anwarul
mujarradah (cahaya murni), dan menamai alam Barzah dengan istilah alamul ajsam,
serta pencipta ilmu pengetahuan dinamainya dengan istilah ahlul hikmah. Ia mengklasifiikasikan
pencipta ilmu pengetahuan itu menjadi tigamacam, yaitu :
1. Penganut hikmah dengan menggunakan akal
semata yang dinamainya filsuf.
2. Penganut hikmah yang bertujuan mencari
kebenaran Tuhan, yang dinamainya sufi;
3. Penganut hikmah yang menggunakan akal
dan mementingkan rasa untuk menadapatkan Tuhannya, yang dinamainya filsuf
Ketuhanan. Inilah yang dianggapnya sebagai nilai yang paling tinggi.
b. Al – Ghaznawy (w. 545 H /1151)
Ia merupakan
pelanjut ajaran tasawuf dari Abu Said Al – Khurasany yang dikenal sebagai sufi
yang aktif mengajarkan ilmu tasawuf pada abad kelima Hijriah. Berkembangnya
kembali ajaran Al - Hulul, Wihdatul
Wujud, dan Wihdatul Adyan dari Al – Hallaj dan Ibnu Arabi beserta Abdul
Fadhl,diimbangi dengan tumbuhanya lembaga – lembaga pendidikan Islam yang
mengajarkan tasawuf yang diamalkan dengan cara suluk. Perkembangan pendikan Islam yang mengajarkan tasawuf dan
mengamalkannya di tempat itu disebut tarekat, yang biasanya diberi nama dengan menisbatkan kepada syekhnya
(guruanya), antara lain:
1. Tarekat Qadiriyah, yang dinisbatkan
kepada pendirinya (gurunya) yang bernama Abdul Qadir Jailani yang
dilahirkan tahun 407 H dan wafat tahun
561 H.
2. Tarekat Rifa’iyyah, yang dinisbatkan
kepada pendirinya (gurunya) yang bernama Ahmad Abdul Hasan Ar –Rifa’i yang wafat pada tahun 507 H.
2.Perkembangan
Tawasuf Pada Abad ke Tujuh
Ada beberapa
ulama Tasawuf yang berpengaruh pada abad ini,antara lain.
a.
Ibnu Farid
Ibnu Farid lahir di Homat tahun 576H, Ia
adalah pelanjut dari ajaran Wihdatul Wujud yang telah diajarkan oleh Muhyyidin
Ibnu Arabi pada abad sebelumnya.
b.
Ibnu Sabi’in
Ibnu Sabi’in lahir di Mercial th 613 H. Semula
ia dikenal sebagai ulama fiqh,kemudian ia mengalihkan mengalihkan
perhatiannya.dalam ilmu Tasawuf.
Pemikiran-pemikiran yang telah di kemukakannya
, antara lain
1.
Mengapa Muhammad bin Abdullah
memepersempit alam yang luasa ini ,dengan mengatakan bahwa tidak ada lagi,nabi
sesudahnya.
2.
Orang-orang yang bertawaf di
sekeliling Kabah seperti keledai yang berputar-putar mengelilingi kilangan.
c.
Jalaluddin Ar-Rumy
Adapun tarekat
yang berdiri pada abad ni,antara lain:
1.
Tarekat Maulawiyah,yang dinisbatkan
kepada Maulana Jalaludin Ar-Rumy
2.
Tarekat Syadziliyah,yang
dinisbatkan kepada Asy-Syekh Abul Hasan Ali Bin Abdil Jabbar Asy-Syazaly
3.
Tarekat badawiyah,yang dinisbatkan
kepada Asy-Syekh Ahmad Al-Badawi
4.
Tarekat As-Suhrawardy
Pada abad ini
terjadi penurunan gairah masyarakat Islam mempelajari Tasawuf karena berbagai
factor,antara lain:
1.
Semakin gencarnya serangan ulama
syariat memerangi ahli tasawuf,yang diiringi dengan serangan golongan Syi’ah
yang menekuni ilmu kalam dan ilmu fiqh.
2.
Adanya tekad penguasa pada masa itu
untuk melenyapkan ajaran tasawuf di dunia Islam karena menganggap bahwa
kegiatan itulah yang menjadi sumber perpecahan umat Islam.
2.Perkembangan Tasawuf pada Abad ke Delapan
Hijriah
Pada abad ini
tidak terdengar lagi perkembangan dan perkembangan baru dalam tasawuf.
Pengarang-pengarang
kitab tasawuf pada abad ini,antara lain:
1.
Al-Kisany (w. 739H)
2.
Abdul Karim Al-Jily ,pengarang
kitab Al-Insan Al Kamil
Ajaran tasawuf
yang dominan ketika itu adalah ajaran tasawuf Ibnu Arabi,antara lain pemikiran
Wihdatul Wujud.Karena Ibnu Taimiyyah memandang bahwa ajaran tersebut banyak
menyesatkan ajaran islam,ia berupaya untuk memberantasnya,melalui kegiatan
belajar mengajar serta berbagai karyanya,antara lainkitabnya yang berjudul
Ar-Raddu ‘Ala Ibnu ‘aray.
5.ABAD
KESEMBILAN Dan KESEPULUH HIJRIAH SERTA SESUDAHNYA
Dalam beberapa
abad ini,ajaran tasawuf mulai memudar di dunia Islam.Nasibnya lebih buruk lagi
daripada keadaannya pada abad keenam,ketujuh,kedelapan Hijriah. Banyak diantara
peneliti muslim yang menarik kesimpulan bahwa dua factor yang sangat menonjol
yang menyebabakan runtuhnya pengaruh ajaran tasawuf di dunia Islam,yaitu:
1.
Ahli tasawuf sudah kehilangan
kepercayaan di kalangan masyarakat Islam sebab banyak diantara mereka yang
terlalu menyimpang dari ajaran Islam yang sebenarnya,misalnya tidak lagi
menjalankan shalat karena mereka sudah mencapai tingkat Ma’rifat.
2.
Penjajah bangsa Eropa yang beragama
Nasrani sudah menguasai seluruh negeri islam. Tentu saja paham-paham
sekulerisme dan materialism,selalu dibawa dan digunakan untuk menghancurkan
ajaran tasawuf yang sangat bertentangan dengan pahamnya.
Meskipun nasib ajaran tasawuf sangat menyedihkan dalam empat abad
tersebut di atas,tidak berarti bahwa ajaran tasawuf sama sekali hilang di atas
bumi Islam ditelan masa. Ini terlihat masih adanya ahli tasawuf yang
memunculkan ajarannya,dengan mengarang kitab-kitab yang memuat tasawuf,antara
lain:
1.
Abdul Wahab Asy- Sya’Rany.diantara
karangannya yang memuat ajaran tasawuf berjudul Al-Latha’if(kehalusan Hati)
2.
Abdul Abbas Ahmad bin Muhammad bin
Mukhtar At-Tijani.ia sebagai pendiri tarekat Tijaniyah.
3.
Sidi Muhammad bin Ali As-Sanusy.ia
sebagai pendiri tarekat Sanusiyah
4.
Asy-Syekh Muhammad Amin Al-Kurdi.Ia
sebagai pengarang kitab Tanwirul Qulub fi Mu’amalah ‘allam Al-Ghuyub,serta
termasuk pengikut tarekat Naqsyabandiyah.
Faktor-faktor
inilah yang menyebabkan tasawuf mengalami kemunduran hingga sekarang ini. Akan
tetapi, masih selalu diupayakan oleh pengikutnya dari berbagai macam aliran
tarekat untuk menyemarakan kembali.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Untuk melihat sejarah tasawuf,perlu
dilihat perkembangan Islam sejak Zaman Rasulullah SAW. Sebab, pada
hakikatnyakehidupan rohani itu telah ada pada dirinya sebagai panutan umat.
Kesederhanaan hidup dan upaya menghindari bentuk-bentuk kemewahan sudah tumbuh
sejak Islam datang,masa Rasulullah SAW.dan para sahabatnya hidup dalam suasana
kesederhanaan.
Dalam sejarah
perkembangannya,tasawuf dapat dibedakan kedalam beberapa periode,dan setip
periode mempunyai karakteristik dan tokohnya masing-masing.Periode tersebut
adalah
1.
Abad pertama dan kedua
Hijriyah,yaitu periode sahabat dan tabi’in.
2.
Abad ketiga dan keempat
Hijriyah,yaitu periode tabi tabi’in
3.
Abad keenam,ketujuh,dan kedelapan
Hijriyah
4.
Abad kesembilan ,kesepuluh Hijriyah
dan sesudahnya.
DAFTRA PUSTAKA
Anwar, Rosihon dan Muhtar Solihin,Akhlak
Tasawuf, Bandung:Pustaka Setia,2000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar