Selasa, 13 September 2016

TUGAS AKHLAK TASAWUF 1



AKHLAQ TASAWUF

disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Akhlaq Tasawuf
dengan pengampu: Drs.A. Sulaeman M.S.I

Disusun oleh kelompok
Anggota:
1.      DWIANTO     1206010012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada makalah ini, kami akan mencoba menguraikan sejarah singkat perkembangan tasawuf. Dalam sejarah perkembangannya, ajaran kaum sufi dapat dibedakan ke dalam beberapa periode. Setiap periode mempunyai karakteristik dan tokoh masing-masing. Periode tersebut adalah
1.   Abad pertama dan kedua Hijriah
2.   Abad ketiga dan keempat Hijriah
3.   Abad keenam, ketujuh, dan kedelapan Hijriah
4.   Abad kesembilan, kesepuluh Hijriah dan sesudahnya.

B. RUMUSAN MASALAH
1.   Apa saja perkembangan tasawuf dalam dunia Islam?
2.   Siapa peletak utama dasar-dasar tasawuf?
3.   Apa peranan utama tasawuf dalam usaha penyebarluasan dakwah Islam?

C. TUJUAN
Untuk mengetahui bagaimana sejarah lahirnya tasawuf dan perkembangan tasawuf dari masa ke masa.





BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pengertian Tasawuf
Dalam mengajukan teori tentang pengertian tasawuf ,baik secara etimologi maupun secara istilah ,para ahli berbeda pendapat. Secara etimologi , pengertian tasawuf dapat dilihat menjadi beberapa macam pengertian,seperti di bawah ini.
Pertama, tasawuf  berasal dari istilah yang dikonotasikan dengan ahlu suffah ,yang berarti sekelompok orang pada masa Rasulullah SAW.yang hidupnya berdiam di serambi-serambi masjid , mereka mengabdikan hidupnya untuk beribadah kepada Allah SWT.
Kedua, Tasawuf berasal dari kata shafa .kata shafa ini berbentuk fi’il mabdi majhul sehingga menjadi isim mulhaq dengan huruf ya nisbah ,yang berarti nama bagi orang-orang yang bersih atau suci. Maksudnya adalah orang-orang yang menyucikan dirinya dihadapan Tuhan-Nya.
Ketiga, istilah tasawuf berasal dari kata shaf  . Makna shaf  ini dinisbahkan kepada orang-orang yang ketika shalat selalu berada di saf yang paling depan.
Keempat, tasawuf berasal dari kata shuf  yang berarti bulu domba atau wol.
Dari beberapa pendapat di atas ,yang banyak di akui kedekatannya dengan makna tasawuf yang dipahami sekarang ini adalah yang ke empat,yaitu terma shuf
Sedangkan menurut istilah ilmu tasawuf adalah ilmu yang mempelajari usaha membersihkan diri,berjuang memerangi hawa nafsu, mencari jalan kesucian dengan makrifat menuju keabadian,saling mengingatkan antara manusia ,serta berpegang teguh pada janji Allah SWT. Dan mengikuti syariat Rasulullah SAW dalam mendekatkan diri dan mencapai keridaanNya.
B.   Sejarah Perkembangan Tasawuf dari Masa ke Masa

1.     Perkembangan Tasawuf pada Abad kesatu dan Kedua Hijriyah
a.     Aliran Madinah
Sejak masa awal,di Madinah telah muncul para sufi. Mereka kuat berpegang teguh pada Al-Quran dan As-sunnah , dan menetapka Rasulullah sebagai panutan kezuhudannya. Para sahabat dala kehidupannya selalu mencontoh kehidupan Rasulullah SAW yang serba sederhana dan hidupnya hanya diabdukan kepada Tuhannya.Para sahabat tersebut adalah sebagai berikut.
1.      Abu Bakar Ash-Shiddiq (w. 13H)
Abu bakar pada mulanya adalah seorang saudagar Quraisy yang kaya. Setelah masuk Islam , ia menjadi seorang yang sangat sederhana.Diceritakan pula bahwa Abu Bakar hanya memiliki sehelai pakaian.Ia berkata,’Jika seorang hamba begitu dipesonakan oleh hiasan dunia,Allah SWT membencinya sampai meninggalkan hiasan itu.”Oleh karena itu ,Abu Bakar memilih takwa sebagai pakaiannya,ia menghiasi dirinya dengan sifat-sifat rendah hati,santun,sabar dan selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan ibadah dan dzikir.
2.      Umar bin Khatab (w. 23 H)
Umar bin Khatab merupakan sahabat Nabi Muhammad SWT terdekat dan khalifah kedua Al-Khulafa Ar-Rasyidun. Ia termasuk oran yang tinggi kasih sayangnya terhadap sesama manusia.Umar juga sangat takut mengambil harta kaum muslim tanpa alas an yang kuat.
3.      Ustman bin Affan(w.35 H)
Ustman merupakan  khalifah ketiga dan sahabat yang sangat berjasa pada periode awal pengembangan islam, baik pada saat islam dikembangkan secara sembunyi-sembunyi maupun secara terbuka. Pada diri Ustman terdapat jiwa-jiwa sufi yang tidak tertarik pada kegemerlapan kekayaan dan kesenangan duniawi
4.      Ali bin Abi Thalib(w. 40H).
Ali merupakan khalifah ke empat dari Al- Khulafa’ Ar Rasyidin,orang pertama yang masuk Islam dari kalangan anak-anak ,sepupu Nabi Muhammad SAW yang kemudian menjadi menantunya.Ali dikenal sangat sederhana dan zahid dalam kehidupan sehari-hari.Tidak tampak perbedaan dalam kehidupan rumah tangganya antara sebelum dan sesudah diangkat sebagai khalifah.Sikap inilah yang menandakan dirinya sebagai sufi
5.      Salman Al-Farisi (w. 32H)
Dikalangan ahli tasawuf, Salman Al-Farisi dikenal sebagai seorang Sahabat yang suka hidup keras (menderita) dan zuhud ,bahkan dikatakan  termasuk ahlnas-suffah (penganut tasawuf) dan pendiri tasawuf yang dikaruniai ilmu laduni.
6.      Abu Dzar Al-Ghifary(w.22H)
Ia adalah seorang sufinyang selalu mengamalkan ajaran zuhud yang telah dirintis oleh Abu Bakar dan Umar. Ia lebih senang memilih cara hidup miskin dan tidak pernah menderita apabila ditimpa cobaan.
7.      Ammar bin Yassir
8.      Hudzaifah bin Al-Yaman(w. 36)
Ia tergolong pula sebagai alim yang bijaksana sehingga banyak orang yang datang belajar tasawuf  kepadanya. Dalam mengajarkan tasawuf ,ia selalu mendapatkan bimbingan dari ali,terutama cara mengajarkan ilmu itu kepada murid-muridnya.
9.      Al-Miqad bin Al Aswad(w. 33h)
Ia adalah seorang sufi yang berpegang teguh pada ajaran zuhud ,termasuk salah seorang ulama sufi yang sangat menentang kebijakan politik yang dijalankan oleh khalifah usman
Dan antara tokoh-tokoh ulama sufi pada masa tabi’in dari aliran madinah adalah:
1.      Sai’id ibn Al- Mussayab (w. 91H)
Menurut Ibnu Khallikan ,Ia adalah tokoh tabi’in kelas pertama sebab padanya terpadu hadist,fiqh, kezahidan,ibadah dan sikap rendah hati
2.      Salim bin ‘Abdullah
Urutan ini menjelaskan bahwa aliran Madinah berpegang teguh pada ekstisme dan kerendah hatian nabi Muhammad SAW . Selain itu,aliran ini tidak begitu terpengaruh oleh perubahan-perubahan social yang berlangsung pada masa Dinasti Amawiyyah, dan prinsip-prinsipnya tidak berubah sekalipun mendapat tekanan dari penguasa.
b.    Aliran Bashrah
Louis Massignon mengemukakan bahwa pada abad kesatudan kedua Hijriah terdapat dua aliran asketisme islam yang sangat menonjol yaitu Bashrah dan Kufah,diantara tokoh sufi yang menonjol dari aliran Bashrah.
1.      Al –Hasan Al- Bashry(22H-110 H)
Ia mendapatkan ajaran tasawuf dari Huzaifah bin Al-Yaman, sehingga ajaran itu memengaruhi sikap dan perilakunya dalam kehidupannya sehari-hari ia dikenal sebagai ulama sufi yang sangat dalam ilmunya tentang rahasia-rahasia yang terkandung dalam ajaran islam dan sangat menguasai ilmu batin.
2.      Rabi;ah Al-Adawiyah (96 H-185)
3.      Malik bin Dinar (w. 131H)
Ibnu Khallikan menjelaskan bahwa Malik adalah seorang ilmuwan yang asketis dan rendah hati. Bahkan ia tidak mau makan kecuali dari hasil kerjanya sendiri.
c.      Aliran Kufah
Aliran kufah bercorak idealistis,menyukai hal-hal aneh dalam nahwu ,imajinasi dalam puisi,dan harfiah dalam hadist.Mereka cenderung pada aliran Syi’ah dan Murji’ah.Itu terjadi karena karena Syi’ah adalah aliran Kalam yang pertama kali muncul di Kufah.diantara tokoh-tokohnya adalah sebagai berikut.
1.      Sufyan Ats-Tsaury(715M-778M)
2.      Ar-Rabi’ bin Khatsim (w.67H)
3.      Sa’id bin Jubair(w. 95H)
4.      Thawus bin Kisan (w. 106H)
d.    Aliran Mesir
Diantara tokoh tokoh sufi aliran Mesir abad pertama Hijriah adalah
            1.Salim bin ‘Atar At Tajibi(w 75H)
            2.’Abdurrahman bin Hujairah(w 69H)
            3. Nafi’ (w 117 H)
            4. Al Laits bin Sa’ad (w 175 H)
            5. ‘Abdullah bin Wahab(w, 197H)
Ciri lain yang terdapat pada perkembangan taswuf pada abad pertama dan kedua Hijriyah adalah kemurniannya dibandingkan dengan kemurnian tasawuf pada abad-abad sesudahnya yangsudah tercampur ajaran filsafat beserta tradisi agama dan kepercayaan yang dianut oleh manusia sebelum Islam.
Secara umum ,tasawuf  pada abad pertama dan kedua Hijriyah memiliki karakteristik berikut.
1.      Berdasarkan ide menjauhi hal-hal duniawi demi meraih pahala dan memelihara diri dari azab neraka.Ide ini  berakar dari ajaran-ajaran Al Quran dan As sunah dan sebagai dampak berbagai kondisi sosiopolitik yang berkembang dalam masyarakat islam ketika itu.
2.      Bercorak praktis. Para tokohnya tidak menaruh perhatia untuk menyusun teoritis atau tasawuf.
3.      Motivasi taswufnya adalah rasa takut,yaitu rasa takut yang muncul dari landasan keagamaan secara sungguh-sungguh.
4.      Ditandai dengan kedalaman membuat analisis khususnya di Khurasan yang dipandang sebagai pendahuluan tasawuf secara teoretis.

2.Perkembangan Tasawuf abad ke Tiga dan Keempat Hijriah
            1. Perkembangan Tasawuf Pada Abad ketiga    
Pada abad ketiga Hijriah, terlihat adanya peralihan konkret pada asketisme Islam. Pada asketis masa itu tidak lagi dikenal dengan gelaran tersebut, tetapi lebih dikenal dengan sebutan sufi. Mereka pun cenderung memperbincangkan konsep-konsep yang sebelumnya tidak dikenal, misalnya tentang moral, jiwa, tingkah laku, pembatasan arah yang harus ditempuh seorang penempuh jalan menuju Allah SWT. Yang dikenal dengan istilah tingkatan (Maqam) dan keadaan (hal), makrifat dan metode-metodenya, tauhid, fana, penyatu atau hulul.
Selain itu, mereka pun menyusun prinsip-prinsip teoretis dari semua konsep diatas. Bahkan, mereka menyusun aturan-aturan praktis bagi tarekat mereka. Mereka pun menyusun bahasa simbolis khusus yang hanya dikenal dalam kalangan mereka, yang asing bagi kalangan luar mereka. Sejak saat itulah, muncul karya-karya tentang tasawuf. Para penulis pertama dalam bidanng ini adalah Al-Muhasibi (w. 243 H), Al-Kharraz (w. 277 H), Al-Hakim At-Tirmidzi (w. 285 H), dan Al-Junaid (w. 297 H). Mereka adalah para sufi abad ketiga hijriah. Dapat dikatakan bahwa abad ketiga adalah abad awal mula tersusunnya ilmu tasawuf dalam arti luas.
Menurut At-Taftazani, terdapat dua aliran tasawuf pada abad ketiga dan keempat.
1)         Aliran para sufi yang pendapat-pendapatnya moderat (tasawuf Sunni). Tasawufnya selalu merujuk pada Al-Qur’an dan As-Sunnah.
2)         Aliran para sufi yang terpesona oleh keadaan-keadaan fana’ (tasawuf semifilosofis). Mereka sering mengucapkan kata-kata ganjil yang terkenal dengan sebutan syathahat.
Tokoh-tokoh sufi yang terkenal pada abad ini, antara lain sbb:
a.         Abu Sulaiman Ad-Darani (w. 215 H)
Nama lengkapnya adalah Abu Sulaiman Abdurrahman bin Utbah Ad-Darani. Dia lahir di Daran, sebuah kampung di kawasan Damaskus. Ia meninggal pada tahun 215 H/830 M. Dia adalah murid Ma’ruf dan merupakan tokoh sufi terkemuka, seorang ‘arif dan hidupnya sangat wara’.
Ad-Darani dikenal sebagai salah seorang sufi yang banyak membahas ma’rifah dan hakikah. Ath-Thusi dalam kitabnya Al-Lima’ berkomentar, “Andaikan dulu aku tahu bahwa di Mekah ada seorang tokoh yang bisa  mengajarkanku ilmu tersebut (maksudnya ma’rifah),  sekalipun hanya sekalimat, niscaya aku datangi dia dengan berjalan kaki walau jauhnya seribu farsakh sehingga aku bisa menyimaknya.”
b.         Ahmad bin Al-Hawary Ad-Damasqiy (w. 230 H)
Ia dilahirkan di Damaskus dan dikenal oleh penduduk negeri Syam (Siria) sebagai ahli psikologi dan ilmu akhlak. Ia merupakan salah seorang murid Sufyan bin Uyainah dan sahabat dekat Abu Sulaiman Ad-Darani. Ketika salah seorang bertanya kepadanya tentang ilmu akhlak dengan cara yang sopan, ia mennguraikan keterangannya, yang didahului dengan perkataan, “Perbuatan ini tidak (dapat dikatakan baik), sampai tampak kebaikan akhlakmu.”
c.         Dzu An-Nun Al-Misri (155 H/770 M – 245 H/860 M)
Nama lengkapnya adalah Abu Al-Faid Sauban bin Ibrahim Dzu An-Nun Al-Misri. Dia lahir di Ekhmim yang terletak di kawasan Mesir Hulu pada tahun 155 H/770 M. Pada tahun 214 H/829 M, dia ditangkap dengan tuduhan membuat bid’ah dan dikirim ke kota Baghdad untuk dipenjarakan di sana. Setelah diadili, khalifah memerintahkan agar ia dibebaskan dan dikembalikan ke Kairo. Di kota ini, dia meninggal tahun 245 H/860 M.
d.         Abu Yasid Al-Bustami (w. 261 H/874 M)
Ketika Abu Yazid masih kecil, ia bernama Taifur, dan ketika itu mulai tampak kegemarannya untuk belajar berbagai ilmu pengetahuan. Ia mulai belajar ilmu fiqh dari ulama yang bermadzhab Hanafi. Adapun ilmu tauhid dan ilmu tasawuf yang didapatkan dari gurunya yang bernama Abu Ali As-Sindy, sangat bertentangan dengan paha Sunni, sehingga ia dan murid-muridnya selalu diancam hukuman atas permintaan ulama-ulama Sunni kepada penguasa penerintahan ketika itu.
Dalam ajaran tasawufnya, terkandung falsafah hulul dan itihad, yang kadang-kadang diungkapkannya dalam cerita-cerita yang mengandung ibarat, misalnya, ia mengatakan “Ular tak dapat dilihat zatnya; karena ia terbungkus dengan sifatnya (kulitnya). Apabila ia terpisah dari kulitnya, barulah kelihatan ular yang sebenarnya.” Maka ular itu dapat menngatakan, “Akulah ular. Tuhan merupakan suatu zat, sedangkan manusia merupakan suatu sifat.” Sesudah manusia itu fana’, yang ada hanya Tuhan, maka Ia mengatakan “Akulah Tuhan, sedangkan manusia tidak dapat berkata bahwa ia ada karena hanya merupakan sifat belaka, sama halnya dengan kulit ular.”
Perkataan semacam inilah yang dianggap oleh ulama fiqh sebagai sesuatu yang membingungkan masyarakat sehingga Abu Yazid sering dituduh menjadi musyrik. Akan tetapi, murid-muridnya masih teguh mempertahankan dang mengembangkan ajarannya, melalui perkumpulan tarekat yang dinamakan Thariqah Thaifuriyyah, yaitu suatu istilah yang dinisabkan pada nama gurunya (thaifur).
e.         Junaid Al-Baghdadi (w. 298 H)
Nama lengkapnya adalah Abu Al-Qasim Al-Junaid bin Muhammad Al-Khazzaz An-Nihawandi. Dia adalah putra seorang barang pecah belah dan keponakan Surri As-Saqti serta teman akrab Haris Al-Muhasibi. Dia meninggal di Baghdad pada tahun 297 H/910 M.
Dia termasuk seorang tokoh sufi yang luar biasa, teguh dalam menjalankan syariat agama, sangat mendalam jiwa kesufiannya. Dia adalah seorang yang sangat fakih, sering memberi fatwa sesuai madzhab Abu Tsauri, serta teman akrab Imam  Asy-Syafi’i.
Di antara ucapan-ucapannya yang mengandung keterangan taasawuf, antara lain, “Tuhan menuangkan kebajikan-Nya ke dalam hati seseorang yang selalu menyediakan ingatan kepada-Nya. Oleh karena itu, engkau jangan lupa melihat kesalahan hatimu. Sebab, lupa kepada Tuhan lebih menakutkan daripada masuk ke dalam neraka. Apabila engkau bertemu dengan seorang fakir, janganlah engkau mulai dengan uraian ilmu pengetahuan, tetapi mulailah dengan sikapmu yang lemah lembut terhadapnya. Hal ini karena ilmu itu membuat mereka menjadi liar; sedangkan sikapmu yang lemah lembut membuat mereka menjadi jina.”
f.          Al-Hallaj (lahir tahun 244 H/838 M)
Nama lengkapnya adalah Husein bin Muhammad Al-Hallaj. Ia dilahirkan di sebuah desa bernama “Thur”, dekat desa Baidha’ di Persia. Dalam sejarah tasawuf, dialah sufi yang paling terkenal kegigihan mempertahankan pendapatnya, terutama falsafah al-hulul yang dianutnya sehingga melahirkan pernyataan yang mengatakan “anal haq” (saya adalah Tuhan). Pernyataan itulah yang mengundang protes para fuqaha, bahkan ahli tasawuf pun yang berbeda dengan pahamnya, menuduh Al-Hallaj. Ketika dihadapkan dipengadilan untuk ditanyai tentang falsafah hulul-nya, ia berkata, “Memang anasir manusia tetap sebagaimana semula, tidak bercampur dengan Dzat Tuhan. Akan tetapi, apabila telah terjadi protes hulul, unsur Ketuhanan (lahut) masuk ke dalam unsur kemanusiaan (nasut).

2.       Perkembangan Tasawuf pada Abad Keempat Hijriah
Abad ini ditandai dengan kemajuan ilmu tasawuf yang lebih pesat dibandingkan dengan kemajuannya pada abad ketiga karena usaha maksimal para ulama tasawuf untuk mengembangkan ajaran tasawufnya masing-masing. Kota Baghdad sebagai satu-satunya kota yang terkenal sebagai pusat kegiatan tasawuf yang paling besar sebelum masa itu, mulai tersaingi oleh kota-kota besar lainnya.
Upaya untuk mengembangkan ajaran tasawuf di luar kota Baghdad, dipelopori oleh beberapa ulama tasawuf yang terkenal kealimannya, antara lain:
a)                  Musa Al-Anshary
mengajarkan ilmu tasawuf  di Khurasan (Persia atau Iran), dan wafat di sana pada tahun 320 H.
b)         Abu Hamid bin Muhammad Ar-Rubazy; mengajarkannya di salah satu kota di Mesir, dan wafat d I sana pada tahun 322 H.
c)         Abu Zaid Al-Adamy; mengajarkannya di Semenanjung Arabia, dan wafat di sana pada tahun 314 H.
d)         Abu Ali Muhammad bin Abdil Wahhab As-Saqafy; mengajarkannya di Naisabur san kota Syaraz, hingga ia wafat tahun 328 H.
Di kota Baghdad, penulisan kitab-kitab tasawuf sudah mulai bermunculan,misalnya Kitab Qut Al-Qulub fi Mu’amalah Al-Mahbub wa Washf Thariq Al-Murid ila Maqam At-Tauhid fi At-Tashawwuf, yang dikarang oleh Abu Thalib Al-Makky, meninggal di Baghdad pada tahun 386 H.
Sistem pengajaran tasawuf yang sering disebut tarekat, diberi nama dengan dinisbatkan kepada nama penciptanya (gurunya), atau sering pula dinisbatkan pada lahirnya kegiatan tarekat itu.
Ciri-ciri yang terdapat pada abad ini adalah semakin kuatnya unsur filsafat yang mempengaruhi corak tasawuf karena banyaknya buku filsafat yang tersebar di kalangan umat Islam dari hasil terjamahan orang-orang muslim sejak permulaan Daulah Abbasiyah.
Perbedaan ilmu zahir dan ilmu batin, yang dapat di bagi oleh ahli tasawuf menjadi empat macam:
a)         Ilmu syariah
b)         Ilmu tariqah
c)         Ilmu haqiqah
d)         Ilmu ma’rifah
Ma’rifah adalah kumpulan pengetahuan tentang syariah melalui tariqah untuk mencapai haqiqah. Waliyullah adalah orang yang selalu mendapatkan limpahan karunia Ilahi sehingga sanggup melakukan perbuatan yang luar biasa yang dinamakan keramat (al-karamah).\
3.ABAD  KELIMA  HIJRIAH
Sebagaimana  telah dijelaskan bahwa pada abad ketiga dan keempat muncul dua aliran tasawuf, yaitu aliran tasawuf Sunni dan tasawuf semifilolosofis. Pada abad kelima, aliran yang pertama terus tumbuh berkembang. Sebaliknya, aliran kedua mulai tenggelam  dan baru muncul kembali, dalam bentuk lain, yaitu pada pribadi  - pribadi pada sufi yang juga filsuf  abad  keenam dan setelahnya. 
Di antara tokoh – tokoh tasawuf  abad ini adalah sebagai berikut :
a.         Al Qusyairi (376 - 465)
b.         Al – Harawi (lahir 396 H)     
Al – Haraw adalah seorang penyusun teori  kefanaan dalam kesatuan, yang mirip teori Al – Junaid. Dalm kedudukannya sebagai seorang penganut aliran Sunni, Al- Harawi melancarkan kritik terhadap para sufi yang terkenal dengan keganjilan ungkapan –ungkapannya.Ia pun mengemukakan bahwa tingkatan ketentraman yang timbul dari rida Allah AWT, sebagai pencegah keganjilan ungkapan – ungkapan.
c.         Al – Ghazali (450 -405 H)
Pada abad inilah terlihat tanda -  tanda semakin dekatnya corak tasawuf denagan ajaran tasawuf yang diamalkan  pada abad pertama Hijriah. Akan tetapi,pada abad sesudahnya, kembali telihat ada tanda –tanda yang menjurus pada perbedaan pendapat ahli tasawuf dengan fuqaha beserta mutakallim karena corak tasawuf  falsafi yang telah diamalkan pada abad ketiga dan keempat  Hijriah kembali muncul di kalangan umat Islam.

4.ABAD KEENAM ,KETUJUH, DAN KEDELAPAN  HIJRIAH
1. Perkembangan Tasawuf pada Abad Keenam Hijriah
Beberapa ulama tasawuf yang sangat berpengaruh dalam perkembangan tasawuf abad ini, antara lain sebagai berikut.

a.         As – Suhrawardi Al –Maqtul  (w.587 H / 1191 M)

Dalam ajaran tasawufnya, ia berpendirian bahwa Allah SWT. adalah Nur (cahaya) dari segala nur. Dari Dia - lah ke luar  nur –nur yang lain, baik  alam fisik maupun alam rohani.Ia menamai Alah) SWT.dengan istilah Nurul Anwar  (cahaya dari segala cahaya),menamai jasad  al –jism) dengan istilah jauharatul muzhlim (benda yang gelap).menamai roh (jiwa) dengan istilah anwarul mujarradah (cahaya murni), dan menamai alam Barzah dengan istilah alamul ajsam, serta pencipta ilmu pengetahuan dinamainya dengan  istilah ahlul hikmah. Ia mengklasifiikasikan pencipta ilmu pengetahuan itu menjadi tigamacam, yaitu :
1.         Penganut hikmah dengan menggunakan akal semata yang dinamainya filsuf.
2.         Penganut hikmah yang bertujuan mencari kebenaran Tuhan, yang dinamainya  sufi;
3.         Penganut hikmah yang menggunakan akal dan mementingkan rasa untuk menadapatkan Tuhannya, yang dinamainya filsuf Ketuhanan. Inilah yang dianggapnya sebagai nilai yang paling tinggi.

b.  Al – Ghaznawy (w. 545 H /1151)
Ia merupakan pelanjut ajaran tasawuf dari Abu Said Al – Khurasany yang dikenal sebagai sufi yang aktif mengajarkan ilmu tasawuf pada abad kelima Hijriah. Berkembangnya kembali ajaran Al - Hulul, Wihdatul  Wujud, dan Wihdatul Adyan dari Al – Hallaj dan Ibnu Arabi beserta Abdul Fadhl,diimbangi dengan tumbuhanya lembaga – lembaga pendidikan Islam yang mengajarkan tasawuf yang diamalkan dengan cara suluk. Perkembangan  pendikan Islam yang mengajarkan tasawuf dan mengamalkannya di tempat itu disebut tarekat, yang biasanya diberi nama  dengan menisbatkan kepada syekhnya (guruanya), antara lain:
1.         Tarekat Qadiriyah, yang dinisbatkan kepada pendirinya (gurunya) yang bernama Abdul Qadir Jailani yang dilahirkan  tahun 407 H dan wafat tahun 561 H.
2.         Tarekat Rifa’iyyah, yang dinisbatkan kepada pendirinya (gurunya) yang bernama Ahmad Abdul Hasan Ar –Rifa’i  yang wafat pada tahun 507 H. 

                        2.Perkembangan Tawasuf Pada Abad ke Tujuh
Ada beberapa ulama Tasawuf yang berpengaruh pada abad ini,antara lain.
a.      Ibnu Farid
Ibnu Farid lahir di Homat tahun 576H, Ia adalah pelanjut dari ajaran Wihdatul Wujud yang telah diajarkan oleh Muhyyidin Ibnu Arabi pada abad  sebelumnya.
b.      Ibnu Sabi’in
Ibnu Sabi’in lahir di Mercial th 613 H. Semula ia dikenal sebagai ulama fiqh,kemudian ia mengalihkan mengalihkan perhatiannya.dalam ilmu Tasawuf.
Pemikiran-pemikiran yang telah di kemukakannya , antara lain
1.      Mengapa Muhammad bin Abdullah memepersempit alam yang luasa ini ,dengan mengatakan bahwa tidak ada lagi,nabi sesudahnya.
2.      Orang-orang yang bertawaf di sekeliling Kabah seperti keledai yang berputar-putar mengelilingi kilangan.
c.       Jalaluddin Ar-Rumy
Adapun tarekat yang berdiri pada abad ni,antara lain:
1.      Tarekat Maulawiyah,yang dinisbatkan kepada Maulana Jalaludin Ar-Rumy
2.      Tarekat Syadziliyah,yang dinisbatkan kepada Asy-Syekh Abul Hasan Ali Bin Abdil Jabbar Asy-Syazaly
3.      Tarekat badawiyah,yang dinisbatkan kepada Asy-Syekh Ahmad Al-Badawi
4.      Tarekat As-Suhrawardy
Pada abad ini terjadi penurunan gairah masyarakat Islam mempelajari Tasawuf karena berbagai factor,antara lain:
1.      Semakin gencarnya serangan ulama syariat memerangi ahli tasawuf,yang diiringi dengan serangan golongan Syi’ah yang menekuni ilmu kalam dan ilmu fiqh.
2.      Adanya tekad penguasa pada masa itu untuk melenyapkan ajaran tasawuf di dunia Islam karena menganggap bahwa kegiatan itulah yang menjadi sumber perpecahan umat Islam.

2.Perkembangan Tasawuf pada Abad ke Delapan Hijriah
Pada abad ini tidak terdengar lagi perkembangan dan perkembangan baru dalam tasawuf.
Pengarang-pengarang kitab tasawuf pada abad ini,antara lain:
1.      Al-Kisany (w. 739H)
2.      Abdul Karim Al-Jily ,pengarang kitab Al-Insan Al Kamil
Ajaran tasawuf yang dominan ketika itu adalah ajaran tasawuf Ibnu Arabi,antara lain pemikiran Wihdatul Wujud.Karena Ibnu Taimiyyah memandang bahwa ajaran tersebut banyak menyesatkan ajaran islam,ia berupaya untuk memberantasnya,melalui kegiatan belajar mengajar serta berbagai karyanya,antara lainkitabnya yang berjudul Ar-Raddu ‘Ala Ibnu ‘aray.
            5.ABAD KESEMBILAN Dan KESEPULUH HIJRIAH SERTA SESUDAHNYA
Dalam beberapa abad ini,ajaran tasawuf mulai memudar di dunia Islam.Nasibnya lebih buruk lagi daripada keadaannya pada abad keenam,ketujuh,kedelapan Hijriah. Banyak diantara peneliti muslim yang menarik kesimpulan bahwa dua factor yang sangat menonjol yang menyebabakan runtuhnya pengaruh ajaran tasawuf di dunia Islam,yaitu:
1.      Ahli tasawuf sudah kehilangan kepercayaan di kalangan masyarakat Islam sebab banyak diantara mereka yang terlalu menyimpang dari ajaran Islam yang sebenarnya,misalnya tidak lagi menjalankan shalat karena mereka sudah mencapai tingkat Ma’rifat.
2.      Penjajah bangsa Eropa yang beragama Nasrani sudah menguasai seluruh negeri islam. Tentu saja paham-paham sekulerisme dan materialism,selalu dibawa dan digunakan untuk menghancurkan ajaran tasawuf yang sangat bertentangan dengan pahamnya.
Meskipun nasib ajaran tasawuf sangat menyedihkan dalam empat abad tersebut di atas,tidak berarti bahwa ajaran tasawuf sama sekali hilang di atas bumi Islam ditelan masa. Ini terlihat masih adanya ahli tasawuf yang memunculkan ajarannya,dengan mengarang kitab-kitab yang memuat tasawuf,antara lain:
1.      Abdul Wahab Asy- Sya’Rany.diantara karangannya yang memuat ajaran tasawuf berjudul Al-Latha’if(kehalusan Hati)
2.      Abdul Abbas Ahmad bin Muhammad bin Mukhtar At-Tijani.ia sebagai pendiri tarekat Tijaniyah.
3.      Sidi Muhammad bin Ali As-Sanusy.ia sebagai pendiri tarekat Sanusiyah
4.      Asy-Syekh Muhammad Amin Al-Kurdi.Ia sebagai pengarang kitab Tanwirul Qulub fi Mu’amalah ‘allam Al-Ghuyub,serta termasuk pengikut tarekat Naqsyabandiyah.
Faktor-faktor inilah yang menyebabkan tasawuf mengalami kemunduran hingga sekarang ini. Akan tetapi, masih selalu diupayakan oleh pengikutnya dari berbagai macam aliran tarekat untuk menyemarakan kembali.












BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan

Untuk melihat sejarah tasawuf,perlu dilihat perkembangan Islam sejak Zaman Rasulullah SAW. Sebab, pada hakikatnyakehidupan rohani itu telah ada pada dirinya sebagai panutan umat. Kesederhanaan hidup dan upaya menghindari bentuk-bentuk kemewahan sudah tumbuh sejak Islam datang,masa Rasulullah SAW.dan para sahabatnya hidup dalam suasana kesederhanaan.
Dalam sejarah perkembangannya,tasawuf dapat dibedakan kedalam beberapa periode,dan setip periode mempunyai karakteristik dan tokohnya masing-masing.Periode tersebut adalah
1.      Abad pertama dan kedua Hijriyah,yaitu periode sahabat dan tabi’in.
2.      Abad ketiga dan keempat Hijriyah,yaitu periode tabi tabi’in
3.      Abad keenam,ketujuh,dan kedelapan Hijriyah
4.      Abad kesembilan ,kesepuluh Hijriyah dan sesudahnya.




















DAFTRA PUSTAKA



Anwar, Rosihon dan Muhtar Solihin,Akhlak Tasawuf, Bandung:Pustaka Setia,2000

Tidak ada komentar:

Posting Komentar