Nabi Ya’qub
Nabi Ya’qub adalah
keturunan dari Nabi Ishaq dan cucu dari Nabi Ibrahim. Beliau diutus Allah SWT
untuk memimpin umat di Negri Kan’an,beliau disana bercocok tanam dan memelihara
ternak,beliau memiliki 2 orang istri yang keduanya bersaudara seayah dan seibu
namanya layya dan rahil pada zaman itu belum ada larangan menikahi 2 orang yang
bersaudara kandung.sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an:
“diharamkan kepadamu
mengawini 2 orang bersaudara kecuali pada masa silam”
Layya dan rahil mempunyai 2 orang
sahaya yang namanya zulfah dan Balhah,keduanya dikawini pula oleh Nabi Ya’kub.
Putra Nabi Ya’kub ada 12 orang sebagaimana yang diisyaratkan dalam Surat Yusuf
ayat 4:
Artinya: “(ingatlah),ketika Yusuf berkata kepada
ayahnya:”wahai ayahku,sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas
bintang,matahari dan bulan;kulihat semuanya sujud kepadaku.”(QS.Yusuf:4)
Salah satunya adalah Nabi Yusuf AS.
Didalam Al-Qur’an tidak disebutkan nama-nama para anak Ya’qub yang 12 orang
itu.
Sebutan untuk mereka semua adalah Al-Asbaath
artinya qabilah Bani Israil,israil berarti abdullah,terdiri
dari kata isr yang berarti abdun,dan Il yang berarti
Allah.
Nabi Ya’qub adalah seorang ayah yang patut
dijadikan teladan, dimana beliau mendidik anak-anaknya dengan pendidikan yang
baik, memberikan nasihat kepada mereka dan menyelesaikan masalah mereka. Namun
selanjutnya, saudara-saudara Yusuf dihasut oleh setan untuk berlaku jahat
kepada Yusuf ketika mereka mengetahui perhatian ayahnya kepada Yusuf.
Sampai-sampai mereka hendak membunuh Yusuf, namun kemudian sebagian mereka
mengusulkan untuk melempar Yusuf ke sumur yang jauh agar dibawa oleh kafilah
yang lewat dan menjadi budak mereka. Ketika Yusuf tidak kunjung pulang, maka
Nabi Ya’qub bersedih dengan kesedihan yang dalam karena berpisah dengan
puteranya, bahkan ia sampai menderita buta karena rasa sedih yang begitu dalam.
Kemudian Allah Subhaanahu wa Ta’ala menjadikannya dapat melihat
kembali.
Setelah berlalu waktu yang cukup lama, Nabi Ya’qub ‘alaihissalam
pun sakit, ia kumpulkan anak-anaknya dan berpesan kepada mereka agar tetap
beribadah kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala, demikian juga tetap
beriman dan beramal saleh. Allah Ta’ala berfirman:
“Adakah
kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata
kepada anak-anaknya, “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab,
“Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan
Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha esa dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.”
(QS. Al Baqarah: 133)
Nabi Yusuf
Nabi Yusuf adalah putera ke tujuh
daripada dua belas putera-puteri Nabi Ya’qub. Ia dengan adiknya yang bernama
Benyamin adalah beribukan Rahil, saudara sepupu Nabi Ya’qub. Ia dikurniakan
Allah rupa yang bagus, paras tampan dan tubuh yang tegap yang menjadikan idaman
setiap wanita dan kenangan gadis-gadis remaja. Ia adalah anak yang dimanjakan
oleh ayahnya, lebih disayang dan dicintai dibandingkan dengan
saudara-saudaranya yang lain, terutamanya setelah ditinggalkan yaitu wafatnya
ibu kandungnya Rahil semasa ia masih berusia dua belas tahun.
Perlakuan yang diskriminatif dari
Nabi Ya’qub terhadap anak-anaknya telah menimbulkan rasa iri-hati dan dengki di
antara saudara-saudara Yusuf yang lain, yang merasakan bahawa mereka
dianak-tirikan oleh ayahnya yang tidak adil sesama anak, memanjakan Yusuf lebih
daripada yang lain. Rasa jengkel mereka terhadap kepada ayahnya dan iri-hati
terhadap Yusuf membangkitkan rasa setia kawan antara saudara-saudara Yusuf,
persatuan dan rasa persaudaraan yang akrab di antara mereka.
Saudara-saudara Yusuf mengadakan
pertemuan
Dalam pertemuan rahasia yang mereka
adakan untuk merundingkan nasib yang mereka alami dan mengatur aksi yang harus
mereka lakukan bagi menyedarkan ayahnya, menuntut perlakuan yang adil dan
saksama, berkata salah seorang drp mrk:” Tidakkah kamu merasakan bahawa
perlakuan terhadap kita sebagai anak-anaknya tidak adil dan berat sebelah? Ia
memanjakan Yusuf dan mencintai serta menyayangi lebih daripada kita,
seolah-olah Yusuf dan Benyamin sajalah anak-anak kandungnya dan kita anak-anak
tirinya , padahal kita adalah lebih tua dan lebih cakap daripada mereka berdua
serta kitalah yang selalu mendampingi ayah,mengurus segala keperluannya dan
keperluan rumah tangganya. Kita merasa hairan mengapa hanya Yusuf dan Benyamin
saja yang menjadi keistimewaan disisi ayah. Apakah ibunya lebih dekat kepada
hati ayah berbanding dengan ibu kita? Jika memang itu alasannya ,maka apakah
salah kita? Bahwa kita lahir daripada ibu yang mendapat tempat kedua di hati
ayah ataukah paras Yusuf yang lebih tampan dan lebih cekap drp paras dan wajah
kita yang memang sudah demikian diciptakan oleh Tuhan dan sesekali bukan
kehendak atau hasil usaha kita? Kita amat sesalkan atas perlakuan dan tindakan
ayah yang sesal dan keliru ini serta harus melakukan sesuatu untuk mengakhiri
keadaan yang pincang serta menjengkelkan hati kami semua.”
Seorang saudara lain berkata
menyambung:” Soal cinta atau benci simpati atau antipati adalah soal hati yang
tumbuh laksana jari-jari kita, tidak dapat ditanyakan mengapa yang satu lebih
rendah dari yang lain dan mengapa ibu jari lebih besar dari jari kelingking.
Yang kita sesalkan ialah bahwa ayah kita tidak dpt mengawal rasa cintanya yang
berlebih-lebihan kepada Yusuf dan Benyamin sehingga menyebabkannya berlaku
tidak adil terhadap kami semua selaku sesama anak kandungnya. Keadaan yang
pincang dalam hubungan kita dengan ayah tidak akan hilang, jika penyebab
utamanya tidak kita hilangkan. Dan sebagaimana kamu ketahui bahwa penyebab
utamanya dari keadaan yang menjengkel hati ini ialah adanya Yusuf di
tengah-tengah kita. Dia adalah penghalang bagi kita untuk dapat menerobos ke
dalam lubuk hati ayah kita dan dia merupakan dinding tebal yang memisahkan kita
dari ayah kita yang sangat kita cintai. Maka jalan satu-satunya untuk
mengakhiri kerisauan kita ini ialah dengan melenyapkannya dari tengah-tengah
kita dan melemparkannya jauh-jauh dari pergaulan ayah dan keluarga kita. Kita
harus membunuh dengan tangan kita sendiri atau mengasingkannya di suatu tempat
di mana terdpt binatang-binatang buas yang akan melahapnya sebagai mangsa yang
empuk dan lazat. Dan kita tidak perlu meragukan lagi bahwa bila Yusuf sudah
lenyap dari mata dan pergaulan ayah , ia akan kembali menyintai dan menyayangi
kita sebagai anak-anaknya yang patut mendapat perlakuan adil dan saksama dari
ayah dan suasana rumahtangga akan kembali menjadi rukun, tenang dan damai,
tiada sesuatu yang merisaukan hati dan menyesakkan dada.”
Berkata Yahudza, putera keempat dari
Nabi Ya’qub dan yang paling cakap dan bijaksana di antara sesama saudaranya:”
Kita semuanya adalah putera-putera Ya’qub pesuruh Allah dan anak dari Nabi
Ibrahim pesuruh dan kekasih Allah. Kami semua adalah orang-orang yang beragama
dan berakal waras. Membunuh adalah sesuatu perbuatan yang dilarang oleh agama
dan tidak diterima oleh akal yang sehat, apa lagi yang kami bunuh itu atau
serahkan jiwanya kepada binatang buas itu adalah saudara kita sendiri ,
sekandung, sedarah , sedaging yang tidak berdosa dan tidak pula pernah
melakukan hal-hal yang menyakitkan hati atau menyentuh perasaan. Dan bahwa ia
lebih dicntai dan disayangi oleh ayah, itu adalah suatu yang berada di luar
kekuasaannya dan sesekali tidak dpt ditimpakan dosanya kepadanya. Maka menurut
fikiran saya kata Yahudza melanjutkan bahasnya ialah dengan jalan yang terbaik
untuk melenyapkan Yusuf ialah melemparkannya ke dalam sebuah sumur yang kering
yang terletak di sebuah persimpangan jalan tempat kafilah-kafilah dan para
musafir berhenti beristirahat memberi makan dan minum kepada binatang-binatang
kendaraannya. Dengan cara demikian ada kemungkinan bahwa salah seorang daripada
musafir itu menemukan Yusuf, mengangkatnya dari dalam sumur dan membawanya
jauh-jauh sebagai anak pungut atau sebagai hamba sahaya yang akan
diperjual-belikan .Dengan cara aku kemukakan ini ,kami telah dapat mencapai
tujuan kami tanpa melakukan pembunuhan dan merenggut nyawa adik kami yang tidak
berdosa.”
Fikiran dan cadangan yang dikemukakan
oleh Yahudza itu mendapat sambutan baik dan disetujui bulat oleh
saudara-saudaranya yang lain dan akan melaksanakannya pada waktu dan kesempatan
yang tepat. Pertemuan secara rahasia janji dari masing-masing saudara hadir,
akan menutup mulut dan merahasiakan rencana jahat ini seketat-ketatnya agar
tidak bocor dan tidak didengar oleh ayah mereka sebelum pelaksanaannya.
Nabi Yusuf bermimpi
Pada malam di mana para saudaranya
mengadakan pertemuan sulit yang mana untuk merancangkan muslihat dan rancangan
jahat terhadap diri adiknya yang ketika itu Nabi Yusuf sedang tidur nyenyak ,Pada
malam Nabi Yusuf melihat dalam mimpinya seakan-akan sebelas bintang, matahari
dan bulan yang berada di langit turun dan sujud di depannya. Terburu-buru
setelah bangun dari tidurnya, ia datang menghampiri ayahnya , menceritakan
kepadanya apa yang ia lihat dan alami dalam mimpi. Tanda gembira segera tampak
pada wajah Ya’qub yang berseri-seri ketika mendengar cerita mimpi Yusuf,
puteranya. Ia berkata kepada puteranya:” Wahai anakku! Mimpimu adalah mimpi
yang berisi dan bukan mimpi yang kosong. Mimpimu memberikan tanda yang membenarkan
firasatku pada dirimu, bahwa engkau dikurniakan oleh Allah kemuliaan ,ilmu dan
kenikmatan hidup yang mewah.Mimpimu adalah suatu berita gembira dari Allah
kepadamu bahwa hari depanmu adalah hari depan yang cerah penuh kebahagiaan,
kebesaran dan kenikmatan yang berlimpah-limpah.Akan tetapi engkau harus
berhati-hati, wahai anakku ,janganlah engkau ceritakan mimpimu itu kepada
saudaramu yang aku tahu mereka tidak menaruh cinta kasih kepadamu, bahkan
mereka mengiri kepadamu karena kedudukkan yang aku berikan kepadamu dan kepada
adikmu Benyamin. Mereka selalu berbisik-bisik jika membicarakan halmu dan
selalu menyindir-nyindir dalam percakapan mereka tentang kamu berdua. Aku
khuatir, kalau engkau ceritakan kepada mrk kisah mimpimu akan makin meluaplah
rasa dengki dan iri-hati mereka terhadapmu dan bahkan tidak mungkin bahwa
mereka akan merancang perbuatan jahat terhadapmu yang akan membinasakan engkau.
Dan dalam keadaan demikian syaitan tidak akan tinggal diam, tetapi akan makin
mambakar semangat jahat mereka dan mengorbankan rasa dengki dan iri hati yang
bersemayam dalam dada mrk. Maka berhati-hatilah, hai anakku, jangan sampai
cerita mimpimu ini bocor dan didengar oleh mereka.”
Yusuf dimasukan kedalam sumur
Pada esok harinya setelah semalam
suntuk saudara kandung Yusuf bertemu berundingkan siasat dan merancangkan
penyingkiran adiknya yang merupakan saingan yang berat dalam merebut hati si
ayah, datanglah mereka menghadapi Nabi Ya’qub ayahnya meminta izin membawa
Yusuf berekreasi bersama mereka di luar kota. Berkata juru cakap mereka kepada
si ayah: ” Wahai ayah yang kami cintai! Kami ingin berekreasi di luar kota bersama-sama
dan ingin sekali membawa adik kami Yusuf dan tidak ketinggalan , menikmati
udara yang cerah di bawah langit biru yang bersih. Kami akan bawa bekal makanan
dan minuman yang cukup untuk santapan kami selama sehari berada di luar kota
untuk bersenang-senang ,menghibur hati dan melapangkan dada yang sesak, serta
mempertebal rasa persaudaraan dan semangat kerukunan di antara sesama saudara.”
Berkata Ya’qub kepada
putera-puteranya: ” Sesungguhnya akan sangat mengganggu fikiranku bila Yusuf
berada jauh dari jangkauan mataku ,apalagi akan turut serta bersamamu keluar
kota ,di lapangan terbuka, yang menurut pendengaranku banyak binatang buas
seperti serigala yang banyak berkeliaran di sana .Aku khawatir bahwa kamu akan
lengah menjaganya ,karena kesibukan kamu bermain-main sendiri sehingga menjadikannya
mangsa bagi binatang-binatang buas itu. Alangkah sedihnya aku bila hal itu
terjadi. Kamu mengetahui betapa sayangnya aku kepada Yusuf yang telah
ditingglkan oleh ibunya.”
Putera-puteranya menjawab:” Wahai
ayah kami! tidak masuk di akal, bahwa Yusuf akan diterkam oleh serigala atau
lain binatang buas di depan mata kami sekumpulan ini? Padahal tidak ada di
antara kami yang bertubuh lemah atau berhati penakut. Kami sanggup menolak
segala gangguan atau serangan dari mana pun datangnya, apakah itu binatang buas
atau makhluk lain. Kami cukup kuat serta berani dan kami menjaga Yusuf
sebaik-baiknya, tidak akan melepaskannya dari pandangan kami walau sekejap pun.
Kami akan mempertaruhkan jiwa raga kami semua untuk keselamatannya dan di
manakah kami akan menaruh wajah kami bila hal-hal yang mengecewakan ayah
mengenai diri Yusuf.”
Akhirnya Nabi yusuf tidak ada alasan
untuk menolak permintaan anak-anaknya membawa Yusuf berekreasi melepaskan Yusuf
di tangan saudara-saudaranya yang diketahui mrk tidak menyukainya dan tidak
menaruh kasih sayang kepadanya. Ia berkat kepada anak anaknya:” Baiklah jika
kamu memang sanggup bertanggungjawab atas keamanan dan keselamtannya sesuai
dengan kata-kata kamu ucapkan itu, maka aku izinkan Yusuf menyertaimu, semoga
Allah melindunginya bersama kamu sekalian.”
Pada esok harinya berangkatlah
rombongan putera-putera Ya’qub kecuali Benyamin, menuju ke tempat rekreasi atau
yang sebenarnya menuju tempat di mana menurut rancangan, Yusuf akan
ditinggalkan. Setiba mereka disekitar sumur yang menjadi tujuan , Yusuf segera
ditanggalkan pakaiannya dan dicampakkannya di dalam sumur itu tanpa
menghiraukan jeritan tangisnya yang sedikit pun tidak mengubah hati saudara-saudaranya
yang sudah kehilangan rasa cinta kepada adik yang tidak berdosa itu. Hati
mereka menjadi lega dan dada mereka menjadi lapang karena rencana busuknya
telah berhasil dilaksanakan dan dengan demikian akan terbukalah Hati Ya’qub
seluas-luasnya bagi mereka, dan kalaupun tindakan mereka itu akan menyedihkan
ayahnya ,maka lama-kelamaan akan hilanglah kesedihan itu bila mereka pandai
menghiburnya untuk melupakan dan melenyapkan bayangan Ysuf dari ingatan
ayahnya.
Pada petang hari pulanglah mreka
kembali ke rumah tanpa Yusuf yang di tinggalkan seorang diri di dasar sumur
yang gelap itu, dengan membawa pakaiannya setelah disirami darah seekorg
kelinci yang sengaja dipotong untuk keperluan itu , mereka menghadap Nabi
Ya’qub serta menangis mencucurkan air mata seakan-akan sedih hati, berkatalah mereka
kepada ayahnya:” Wahai ayah! Alangkah sial dan kasihannya hari ini bagi kami
,bahwa kekhawatiran yang ayah kemukakan kepada kami tentang Yusuf kepada kami
telah terjadi dan menjadi kenyataan bahwa firasat ayah yang tajam itu tidak
meleset. Yusuf telah diterkam oleh seekor serigala dikala kami bermain dan
meninggalkan Yusuf seorang diri menjaga pakaian. Kami cukup hati-hati menjaga
adik kami sesuai dengan pesanan ayah, namun karena menurut pengamatan kami pada
saat itu, tidak ada tanda-tanda atau jejak binatang-binatang buas disekitar
tempat kami bermain, kami sesekali tidak melihat adanya bahaya dengan
meninggalkan Yusuf sendirian menjaga pakaian kami yang tidak dari tempat kami
bermain bahkan masih terjangkau oleh pandangan mata kami. Akan tetapi serigala yang
rupanya sudah mengintai adik kami Yusuf itu, bertindak begitu cepat menggunakan
kesempatan lengahnya kami, waktu bermain sehingga tidak keburu kami menolong
menyelamatkan jiwa adik kami yang sangat kami sayangi dan cintai itu. Oh ayah!
Kami sangat sesalkan diri kami yang telah gagal menempati janji dan kesanggupan
kami kepada ayah ketika kami minta izin mambawa Yusuf, namun apa yang hendak
dikatakan bila takdir memang menghendaki yang demikian. Inilah pakaian Yusuf
yang berlumuran dengan darah sebagai bukti kebenaran kami ini, walau pun kami
merasakan bahawa ayah tidak akan mempercayai kami sekalipun kami berkata yang
benar.”
Nabi Ya’qub yang sudah memperolehi
firasat tentang apa yang akan terjadi keatas diri Yusuf putera kesayangannya
dan mengetahui bagaimana sikap abang-abangnya terhadap Yusuf adiknya, tidak
dapat berbuat apa-apa selain berpasrah kepada takdir Illahi dan seraya menekan
rasa sedih, cemas dan marah yang sedang bergelora di dalam dadanya, berkatalah
beliau kepada putera-puteranya:” Kamu telah memperturutkan hawa nafsumu dan
mengikut apa yang dirancangkan oleh syaitan kepadamu. Kamu telah melakukan
suatu perbuatan yang akan kamu akan rasa sendiri akibatnya kelak jika sudah
terbuka tabir asapnya yang patut dimintai pertolong-Nya dalam segala hal dan
peristiwa.
Yusuf dijual sebagai budak
Yusuf sedang berada di dalam sumur
itu seorang diri, diliputi oleh kegelapan dan kesunyian yang mencekam. Ia
melihat ke atas dan ke bawah ke kanan dan ke kiri memikirkan bagaimana ia dapat
mengangkatkan dirinya dari sumur itu , namun ia tidak melihat sesuatu yang dapat
menolongnya. Ia hanya dapat melihat bayangan tubuhnya dalam air yang cetek di
bawah kakinya. Sungguh suatu ujian yang amat berat bagi seorang semuda Yusuf
yang masih belum banyak pengalaman nya dalam kehidupan, baru pertama kali ia
berpisah dari ayahnya yang sangat menyayangi dan memanjakannya. Lebih-lebih
terasa beratnya uijian itu ialah karena yang melemparkannya ke dasar sumur itu
adalah saudara-saudaranya sendiri, putera-putera ayahnya.
Yusuf di samping memikirkan nasibnya
yang sedang dialami, serta bagaimana ia menyelamatkan dirinya dari bahaya
kelaparan sekiranya ia lama tidak tertolong, ia selalu mengenangkan ayahnya
ketika melihat kakak-kakaknya kembali pulang ke rumah tanpa dirinya.
Tiga hari berselang, sejak Yusuf dilemparkan ke dalam sumur, dan belum nampak tanda-tanda yang memberi harapan baginya dapat keluar dari kurungannya, sedangkan bahaya kelaparan sudah mulai membayangi dan sudah nyaris berputus asa ketika sekonyong-konyong terdengar olehnya suara sayup-sayup, suara aneh yang belum pernah didengarnya sejak ia dilemparkan ke dalam sumur itu. Makin lama makin jelaslah suara-suara itu yang akhirnya terdengar seakan anjing menggonggong suara orang-orang bercakap dan tertawa terbahak-bahak dan suara jejak kaki manusia dan binatang sekitar sumur itu.
Tiga hari berselang, sejak Yusuf dilemparkan ke dalam sumur, dan belum nampak tanda-tanda yang memberi harapan baginya dapat keluar dari kurungannya, sedangkan bahaya kelaparan sudah mulai membayangi dan sudah nyaris berputus asa ketika sekonyong-konyong terdengar olehnya suara sayup-sayup, suara aneh yang belum pernah didengarnya sejak ia dilemparkan ke dalam sumur itu. Makin lama makin jelaslah suara-suara itu yang akhirnya terdengar seakan anjing menggonggong suara orang-orang bercakap dan tertawa terbahak-bahak dan suara jejak kaki manusia dan binatang sekitar sumur itu.
Ternyata apa yang terdengar oleh
Yusuf, ialah suara-suara yang timbul oleh sebuah kafilah yang sedang berhenti
di sekitar sumur, di mana ia terkurung untuk beristirahat sambil mencari air
untuk diminum bagi mereka dan binatang-binatang mereka. alangkah gembiranya
Yusuf ketika ia sedang memasang telinganya dan menengar suara ketua kafilah
memerintahkan orangnya melepaskan gayung mengambil air dari telaga itu. Sejurus
kemudian dilihat oleh Yusuf Sebuah gayung turun ke bawah dan begitu terjangkau
oleh tangannya dipeganglah kuat-kuat gayung itu yang kemudian ditarik ke atas
oleh sang musafir seraya berteriak mengeluh karena beratnya gayung yang ditarik
itu.
Para musafir yang berada di kafilah
itu terperanjat dan takjub ketika melihat bahwa yang memberatkan gayung itu
bukannya air, tetapi manusia hidup berparas tampan, bertubuh tegak dan berkulit
putih bersih. Mereka berunding apa yang akan diperbuat dengan hamba Allah yang
telah diketemukan di dalam dasar perigi itu, dilepaskannya di tempat yang sunyi
itu atau dikembalikan kepada keluarganya. Akhirnya bersepakatlah mrk untuk
dibawa ke Mesir dan dijual di sana sebagai hamba sahaya dengan harga, yang
menurut tafsiran mrk akan mencapai harga yang tinggi, karena tubuhnya yang baik
dan parasnya yang tampan.
Setibanya kafilah itu di Mesir,
dibawalah Yusuf di sebuah pasar khusus , di mana manusia diperdagangkan dan
diperjual-belikan sebagai barang dagangan atau sebagai binatang-binatang
ternakan. Yusuf lalu ditawarkan di depan umum dilelangkan. Dan karena para
musafir yang membawanya itu khuatir akan terbuka pertemuan Yusuf maka mereka
enggan memepertahankan sampai mencapai harga yang tinggi, tetapi melepaskannya
pada tawaran pertama dengan harga yang rendah dan tidak memadai. Padahal
seorang seperti nabi Yusuf tidak dapat dinilai dengan uang bahkan dengan emas
seisi bumi pun tidak seimbang sebagai manusia yang besar dan makhluk Allah yang
agung seperti Nabi Yusuf yang oleh Allah telah digariskan dalam takdirnya
bahawa ia akan melaksanakan missi yang suci dan menjalankan peranan yang
menentukan dalam pengaulan hidup umat manusia.
Nabi Yusuf dalam pelelangan itu
dibeli oleh ketua polisi Mesir bernama Fathifar sebagai penawar pertama , yang
merasa berbahagia memperoleh seorang hamba yang berparas bagus, bertubuh kuat
dan air muka yang memberi kesan bahwa dalam manusia yang dibelikan itu
terkandung jiwa yang besar, hati suci bersih dan bahawa ia bukanlah dari kualitas
manusia yang harus diperjual-belikan. Kata Fathifar kepada isterinya ketika
mengenalkan Yusuf kepadanya:” Inilah hamba yang aku baru beli dari pelelangan.
Berilah ia perlakuan dan layanan yang baik kalau-kalau kelak kami akan
memperoleh manfaat dripadanya dan memungutnya sebagai anak kandung kita. Aku
dapat firasat dari paras mukanya dan gerak-gerinya bahwa ia bukanlah dari
golongan yang harus diperjual-belikan, bahkan mungkin sekali bahwa ia adalah
dari keturunan keluarga yang berkedudukan tinggi dan orang-orang yang beradab.
istri Fathifar, isteri Ketua Polisi
Mesir menerima Yusuf di rumahnya, sesuai dengan pesanan suaminya. dilayani
sebagai salah seorang daripada anggota keluarganya dan sesekali tidak
diperlakukannya sebagai hamba belian. Yusuf pun dapat menyesuaikan diri dengan
keadaan rumahtangga Fathifar. Ia melakukan tugas sehari-harinya di rumah dengan
penuh semangat dan dengan kejujuran serta disiplin yang tinggi. Segala
kewajiban dan tugas yang diperintahkan kepadanya, diurus dengan senang hati
seolah-olah dari perintah oleh orang tuanya sendiri. Demikianlah, maka makin
lama makin disayanglah akan Yusuf di rumah Ketua Polis Mesir itu sehingga
merasa seakan-akan berada di rumah keluarga dan orang tuanya sendiri.
Isteri Ketua Polisi Mesir. Pada
hari-hari pertama Yusuf berada di tengah-tengah keluarga , istri Futhifar tidak
menganggapnya dan memperlakukannya lebih dari sebagai pembantu rumah yang cakap,
tangkas, giat dan jujur, berakhlak dan berbudi pekerti yang baik. Ia hanya
mengagumi sifat-sifat luhurnya itu serta kecakapan dan ketangkasan kerjanya
dalam menyelesaikan urusan dan tugas yang dipasrahkan kepadanya. Akan tetapi
memang rasa cinta itu selalu didahului oleh rasa simpati.
Simpati dan kekaguman istri Futhifar
terhadap cara kerja Yusuf, lama-kelamaan berubah menjadi simpati dan kekaguman
terhadap bentuk banda dan paras mukanya. Gerak-gerik dan tingkah laku Yusuf
diperhatikan dari jauh dan diliriknya dengan penuh hati-hati. Bunga api cinta
yang masih kecil di dalam hati istri Futhifar terhadap Yusuf makin hari makin
membesar dan membara tiap kali ia melihat Yusuf berada dekatnya atau mendengar
suaranya dan suara langkah kakinya. Walaupun ia berusaha memandamkan api yang
membara di dadanya itu dan hedak menyekat nafsu berahi yang sedang bergelora
dalam hatinya, untuk menjaga marahnya sebagai majikan dan mepertahankan sebagai
isteri Ketua Polisi, namun ia tidak berupaya menguasai perasaan hati dan hawa
nasfunya dengan kekuatan akalnya. Bila ia duduk seorang diri, maka terbayanglah
di depan matanya akan paras Yusuf yang elok dan tubuhnya yang bagus dan tetaplah
melekat bayangan itu di depan mata dan hatinya, sekalipun ia berusaha untuk
menghilangkannya dengan mengalihkan perhatiannya kepada urusan dan kesibukan
rumahtangga. Dan akhirnya menyerahlah istri Futhifar itu kepada kehendak dan panggilan hati dan nafsunya
yang mendapat dukungan syaitan dan iblis dan diketepikanlah semua
pertimbangannya.
Istri Futhifar menggunakan taktik,
mamancing-mancing Yusuf agar ia lebih dahulu mendekatinya dan bukannya dia dulu
yang mendekati Yusuf demi menjaga kehormatan dirinya sebagai isteri Ketua Polisi.
Ia selalu berdandan dan berhias rapi, bila Yusuf berada di rumah, merangsangnya
dengan wangi-wangian dan dengan memperagakan gerak-gerik dan tingkah laku
sambil menampakkan, seakan-akan dengan tidak sengaja bahagian tubuhnya yang
biasanya menggiurkan hati orang lelaki. Yusuf yang tidak sadar bahwa Zulaikha,
isteri Futhifar, mencintai dan mengandung nafsu syahwat kepadanya, menganggap
perlakuan manis dan pendekatan Zulaikha kepadanya adalah hal biasa sesuai
dengan pesanan Futhifar kepada isterinya ketika dibawa pulang dari tempat
perlelangan. Ia berlaku biasa sopan santun dan bersikap hormat dan tidak
sedikit pun terlihat dari haknya sesuatu gerak atau tindakan yang menandakan
bahwa ia terpikat oleh gaya dan aksi Zulaikha yang ingin menarik perhatiannya
dan mengiurkan hatinya.
Yusuf sebagai calon Nabi telah
dibekali oleh Allah dengan iman yang mantap, akhlak yang luhur dan budi pekerti
yang tinggi. Ia tidak akan terjerumus melakukan sesuatu maksiat yang sekaligus
merupakan perbuatan atau suatu tindakan khianat terhadap orang yang telah
mempercayainya memperlakukannya sebagai anak dan memberinya tempat di
tengah-tengah keluarganya.Sikap dingin dan acuh tak acuh dari Yusuf terhadap
rayuan dan tingkah laku Zulaikha yang bertujuan membangkitkan nafsu syahwatnya
menjadikan Zulaikha bahkan tambah panas hati dan bertekad dkan berusaha terus
sampai maksudnya tercapai. Jika aksi samar-samar yang ia lakukan tetap tidak
dimengertikan oleh Yusuf Yang dianggapkannya yang berdarah dingin itu, maka
akan dilakukannya secara berterus terang dan kalau perlu dengan cara paksaan
sekalipun.
Zulaikha tidak tahan lebih lama
menunggu reaksi dari Yusuf yang tetap bersikap dingin , acuh tak acuh terhadap
rayuan dan ajakan yang samar-samar daripadanya. Maka kesempatan ketika si suami
tidak ada di rumah, masuklah Zulaikha ke tempat tidurnya seraya berseru kepada
Yusuf agar mengikutinya. Yusuf segera mengikutinya dan masuk ke tempat tidur di
belakang Zulaikha, sebagaimana ia sering melakukannya bila dimintai pertolongannya
melakukan sesuatu di dalam tempat tidur. Sekali-kali tidak terlintas daalm
fikirannya bahwa perintah Zulaikha kali itu kepadanya untuk masuk ke tempat
tidurnya bukanlah perintah biasa untuk melakukan sesuatu yang biasa
diperintahkan kepadanya. Ia baru sadar ketika ia berada di dalam tempat tidur,
pintu dikunci oleh Zulaikha,
Tirai dibuka dengan berbaring berkatalah ia kepada Yusuf: ”
Ayo, hai Yusuf! Inilah aku sudah siap bagimu, aku tidak tahan menyimpan lebih
lama lagi rasa rinduku kepadamu. Inilah aku kuserahkan kepadamu, berbuatlah
sekehendak hatimu.” dengan memalingkan wajahnya ke arah lain, berkatalah
Yusuf:” Semoga Allah melindungiku dari godaan syaitan. Tidak mungkin wahai tuan
puteriku aku akan melakukan maksiat dan memenuhi kehendakmu. Jika aku melakukan
apa yang tuan puteri kehendaki, maka aku telah mengkhianati tuanku, suami tuan
puteri, yang telah melimpahkan kebaikannya dan kasih sayangnya kepadaku.
Kepercayaan yang telah dilimpahkannya kepadaku, adalah suatu amanat yang tidak
patut aku cederai. Sesekali tidak akanku balas budi baik tuanku dengan
perkhianatan dan penodaan nama baiknya. Selain itu Allah pun akan murka
kepadaku dan akan mengutukku bila bila aku lakukan apa yang tuan puteri
mintakan daripadaku. Allah Maha Mengetahui segala apa yang diperbuat oleh
hambanya.
Segera
mata Zulaikha melotot dan wajahnya menjadi merah, tanda marah yang meluap-luap,
akibat penolakan Yusuf tehadap ajaknya. Yusuf melihat mata Zulaikha yang
melotot dan wajahnya yang menjadi merah, menjadi takut akan terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan, dan segera lari menuju pintu yang tertutup, namun
Zulaikha cepat-cepat bangun dari tempat tidurnya mengejar Yusuf yang sedang
berusaha membuka pintu, ditariknyalah kuat-kuat oleh Zulaikha bagian belakang
kemejanya sehingga terkoyak. Tepat pada waktu mereka berada di belakang pintu
sambil tarik menarik, datanglah Futhifar mendapati mereka dalam keadaan yang
mencurigakan itu.
Berkatalah
Zulaikha cepat-cepat kepada suaminya yang masih berdiri tercengang memandang kepada
kedua orang kepercayaan itu:” Inilah dia Yusuf , hamba yang engkau puja dan
puji itu telah berani secara kurang ajar masuk ke bilikku dan memaksaku
memenuhi nafsu syahwatnya. Berilah ia ganjaran yang setimpal dengan perbuatan
biadabnya. Orang yang tidak mengenal budi baik kami ini harus dipenjarakan dan
diberika seksaan yang pedih.” Berkatalah Yusuf kepada majikannya, Futhifar:”
Sesungguhnya dialah yang menggodaku, memanggilkan aku ke tempat tidurnya, lalu
memaksaku memenuhi nafsu syahwatnya. Aku menolak tawarannya itu dan lari
menyingkirinya, namun ia mengejarku dan menarik kemejaku dari belakang sehingga
terkoyak.” , berkatalah saudaranya:” Lihatlah, bila kemeja Yusuf terkoyak
bahgian belakangnya, maka ialah yang benar dan isterimu yang dusta. Sebaliknya
bila koyak kemejanya di bahagian hadapan maka dialah yang berdusta dan isterimu
yang berkata benar.”
Berdoalah
Nabi Yusuf memohon kepada Allah agar memberi ketetapan iman dan keteguhan tekad
kepadanya spy tidak tersesat oleh godaan syaitan dan tipu muslihat kaum wanita
yang akan menjerumuskannya ke dalam lembah kemaksiatan dan perbuatan mungkar.
Yusuf dalam penjara
Yusuf di masukkan ke dalam penjara
bukannya karena ia telah melakukan kesalahan atau kejahatan, tetapi karena
sewenang-wenangnya penguasa yang memenjarakannya untuk menutupi dosanya sendiri
dengan menempelkan dosa itu kepada orang yang dipenjarakan. Akan tetapi bagi Nabi
Yusuf, penjara adalah tempat yang aman untuk menghindari segala godaan dan tipu
daya yang akan menjerumuskannya ke dalam kemaksiatan dan perbuatan mungkar.
Yusuf dibebaskan dari penjara
Pada suatu hari berkumpullah di
istana raja Mesir, para pembesar, penasihat dan para arif bijaksana yang
sengaja diundang untuk memberi takbir mimpi yang telah meresahkan dan
menakutkan hatinya. Ia bermimpi seakan-akan melihat tujuh ekor sapi betina lain
yang kurus-kurus. Disamping itu ia melihat pula dalam mimpinya tujuh butir
gandum hijau disamping tujuh butir yang lain kering. Tidak seorang daripada
para pembesar-pembesar yang didatangkan itu yang dapat memberi tafsiran takbir
bagi mimpi Raja bahkan sebahagian drp mrk menganggapkannya sebagai mimpi kosong
yang tiada bererti dan menganjurkan kepada Raja melupakan saja mimpi itu dan
menghilangkannya dari fikirannya.
pemuda teman Yusuf dalam penjara,
pada masa pertemuan Raja dengan para tetamunya, lalu teringat olehnya pesan Nabi
Yusuf kepadanya sewaktu ia akan dikeluarkan dari penjara dan bahwa takbir yang
diberikan oleh Nabi Yusuf bagi mimpinya adalah tepat, telah terjadi sebagaimana
telah ditakdirkan. Ia lalu memberanikan diri menghampiri Raja dan berkata:”
Wahai Paduka Tuanku! Hamba mempunyai seorang teman kenalan di dalam penjara
yang pandai menakbirkan mimpi. Ia adalah seorang yang cekap, ramah dan berbudi
pekerti luhur. Ia tidak berdosa dan tidak melakukan kesalahan apa pun. Ia
dipenjara hanya atas fitnahan dan tuduhan palsu belaka. Ia telah memberi takbir
bagi mimpiku sewaktu hamba berada dalam tahanan bersamanya dan ternyata
takbirnya tepat dan benar sesuai dengan apa yang hamba alami. Jika Paduka Tuan
berkenan, hamba akan pergi mengunjunginya di penjara untuk menanyakan dia
tentang takbir mimpi Paduka Tuan.”
Dengan izin Raja, pergilah pelayan
mengunjungi Nabi Yusuf dalam penjara. Setibanya pelayan raja dan
menyampaikannya pada Nabi Yusuf maka berucaplah Nabi Yusuf menguraikan
takbirnya bagi mimpi Raja:” Negara akan menghadapi masa makmur, subur selama
tujuh tahun, di mana tumbuh-tumbuhan dan semua tanaman gandum, padi dan sayur
mayur akan mengalami masa menuai yang baik yang membawa hasil makanan
berlimpah-ruah, kemudian masuk musim kemarau selama tujuh tahun berikutnya
dimana sungai Nil tidak memberi air yang cukup bagi ladang-ladang yang kering,
tumbuh-tumbuhan dan tanaman rusak dimakan hama sedang persediaan bahan makanan,
hasil tuaian tahun-tahun subur itu sudah habis dimakan. Akan tetapi, Nabi Yusuf
melanjutkan keterangannya, setelah mengalami kedua musim tujuh tahun itu akan
tibalah tahun basah di mana hujan akan turun dengan lebatnya menyirami
tanah-tanah yang kering dan kembali menghijau menghasilkan bahan makanan dan
buah-buahan yang lazat yang dapat dipanen.”
”
Maka jika takbirku ini menjadi kenyataan ,” Nabi Yusuf berkata lebih lanjut,”
seharusnya kamu menyimpan baik-baik apa yang telah dihasilkan dalam tahun-tahun
subur, serta berhemat dalam pemakaiannya untuk persiapan menghadapi masa
kering, supaya terhindarlah rakyat dari bencana kelaparan dan kesengsaraan.” Maka
disuruhnyalah kembali si pelayan ke penjara untuk membawa Yusuf menghadap
kepadanya di istana. Hal mana menurut fikiran Raja menandakan kejujurannya,
kesucian hatinya dan kebesaran jiwanya bahwa ia tidak ingin dibebaskan atas
dasar pengampunan tetapi ingin dibebaskan karena ia bersih dan tidak bersalah
serta tidak berdosa. . Maka atas, perintah Raja, dikeluarkanlah Nabi Yusuf dari
penjara secara hormat, bersih dari segala tuduhan. Ia pergi langsung ke istana
Raja memenuhi undangannya.
Pertemuan Yusuf A.S dengan
saudara-saudaranya
Kemudian datanglah orang
berduyun-duyun dari kota dan desa-desa pinggiran Mesir, bahkan dari
negara-negara yang berhampiran Mesir yang sudah kekurangan bhn makanan bagi
rakyatnya. Mereka datang bagi mengharapkan pertolongan Nabi Yusuf untuk memberi
kesempatan membeli gandum serta lain-lain bhn mknan yang masih tersedia dalam
gudang-gudang pemerintah. Di antara para pendatang yang ingin berbelanja di
Mesir terdapat rombongan orang-orang Palestin, termasuk di antara mereka ialah
saudara-saudara Nabi Yusuf sendiri, ialah penyebab utama bagi penderitaan yang
telah di alaminya. Nabi Yusuf segera mengenal mereka tetapi sebaliknya merek
tidak mengenal akan Nabi Yusuf yang pernah dilemparkan ke dalam sumur. Bahkan
tidak terlintas dalam fikiran mereka bahwa Yusuf masih hidup, apa lagi menjadi
orang besar memimpin negara Mesir sebagai wakil Raja yang berkuasa mutlak.
Kemudian Nabi Yusuf memerintahkan
pegawai-pegawainya mengisi karung-karung saudaranya dengan gandum dan bahan
makanan yang mereka perlu. Sedang barang-barang emas dan perak yang mereka bawa
untuk harga gandum dan bahan makanan itu, dimasukan kembali ke dalam
karung-karung mereka secara diam-diam tanpa mereka ketahui. Ketika
karung-karung yang dibawa kembali dari Mesir dibongkar, ternyata didalamnya
terdpt barang-barang emas dan perak yang telah mereka bayarkan untuk harga
gandum yang dibeli. Maka seraya tercengang bercampur gembira, berlari-larilah
mrk menyampaikan keheranan mereka kepada ayahnya.
Yusuf menahan Benyamin sebagai
tahanan
Yusuf menerima saudara-saudaranya
sebagai tamu selama tiga hari tiga malam. Setelah selesai masa bertamu
bersiap-siaplah mrk untuk pulang kembali ke negerinya, sesudah karung-karung
mrk diisi dengan penuh {gandum} dam bhn-bhn makanan lain yang mrk perlukan. Setelah
berjabat tangan, meminta diri dari Yusuf, bergeraklah kafilah mereka menuju
pintu gerbang ke luar kota. Tetapi sebelum kafilah sempat melewati batas kota,
tiba-tiba beberapa pengawal istana yang berkuda mengejar merek dan memerintah
agar berhenti dan dilarang meneruskan perjalanan, sebelum diadakan pemeriksaan
terhadap barang-barang mereka bawa. Para pengawal mengatakan bahwa sebuah piala
gelas minum raja telah hilang dan mungkin salah seorang dari mereka yang
mencurinya. Bertanya pemimpin rombongan kepada pengawal, dari mana mrk dptkan
piala itu. Mereka menujukan kepada salah satu bagasi, yang ternyata bahwa
bagasi itu adalah kepunyaan adik bungsu mereka Benyamin.
Berangkatlah kafilah Ya’qub kembali
ke tanah airnya dengan hanya terdiri dari sembilan orang, meninggalkan di
belakang mereka kakak sulungnya Yahudza dan adik bungsunya Benyamin. Setibanya
mereka di rumah hanya dengan sembilan orang dan menghadap ayahnya menceritakan
apa yang telah terjadi pada diri Benyamin dan Yahudza. Nabi Ya’qub berkata
dengan berpaling dari mereka dan mengusap dada: “ alangkah sedihnya hatiku
karena hilangnya Yusuf yang masih terbayang wajahnya di depan mataku. Kini kamu
tambah lagi penderitaanku dengan meninggalkan Benyamin di negeri orang untuk
kedua kalinya kamu melanggar janjimu dan sumpahmu sendiri dan untuk kedua
kalinya aku kehilangan putera yang sangat aku sayangi dan hanya dirimu
sendirilah yang memandang baik perbuatan itu. Semoga Allah memberi kesabaran
kepadaku dan mempertemukan ku kembali dengan anak-anakku semuanya.”
Pertemuan kembali keluarga Yaq’ub
Sejak kembalinya kafilah
putera-puteranya dari Mesir tanpa Benyamin dan Yahudza, maka duka dan kesedihan
Ya’qub makin mendalam dan menyayat hati. Ia tidak merasakan tidur bermalam-malam,
mengenangkan ketiga puteranya yang tidak berketentuan tenpat dan nasibnya. Ia
hanya terasa terhibur bial ia sedang menghadap kepada Allah, bersholat,
bersujud seraya memohon kepada Allah agar diberikan kesabaran dan keteguhan
iman menghadapi ujian dan percobaan yang sedang ia alami.
Tibalah kafilah putera-putera Ya’qub
di Mesir untuk ketiga kalinya dan dalam pertemuan mereka dengan Yusuf, wakil
raja Mesir yang berkuasa, berkatalah juru bicara mereka: “Wahai Paduka Tuan!
Keadaan hidup yang sukar dan melarat di negeri kami yang disebabkan oleh krisis
bahan makanan yang belum teratasi memaksa kami datang kembali untuk ketiga
kalinya mengharapkan bantuan dan murah hati paduka tuan, kedatangan kami kali
ini juga untuk mengulang permohonan kami kepada paduka tuan kiranya adik bungsu
kami Benyamin dilepaskan untuk kami bawa kembali kepada ayahnya yang sudah buta
kurus kering dan sakit-sakit sejak Yusuf, abang Benyamin hilang. Kami sangat
mengharapkan kebijaksanaan paduka tuan agar melepaskan permohonan kami ini,
kalau-kalau dengan kembalinya Benyamin kepada pangkuan ayahnya dapat
meringankan penderitaan batinnya serta memulihkan kembali kesehatan badannya
yang hanya tinggal kulit melekat pada tulangnya.”
Yusuf menjawab “Masih ingatkah kamu
apa yang telah kamu lakukan terhadap adikmu Yusuf, tatkala kamu memperturutkan
hawa nafsu melemparkannya ke dalam sumur di suatu tempat yang terpencil? Dan
masih ingatkah olehmu saat seorang darimu memegang Yusuf dengan tangannya yang
kuat, menanggalkan pakaiannya dari tubuhnya lalu dalam keadaan telanjang bulat
ditinggalkannya ia seorang diri di dalam sumur yang gelap dan kering itu, lalu
tanpa menghiraukan ratap tangisnya, kamu kembali pulang ke rumah dengan rasa
puas seakan-akan kamu telah membuang sebuah benda atau seekor binatang yang
tidak patut dikasihani dan dihiraukan nasibnya?” Lalu berbisik-bisiklah mereka
dan sejurus kemudian keluarlah dari mulut mereka secara serentak suara teriakan
: “Engkaulah Yusuf”.
Yusuf menjawab, “Akulah Yusuf dan
ini adalah adikku setunggal ayah dan ibu, Benyamin. Allah dengan rahmat-Nya
telah mengakhiri segala penderitaanku dan segala ujian berat yang telah aku
alami dan dengan rahmat-Nya pula kami telah dikurniai nikmat rezeki yang
melimpah ruah dan penghidupan yang sejahtera. Demikianlah barangsiapa yang
bersabar, bertaqwa serta bertawakkal tidaklah akan luput dari pahala dan
ganjarannya.” Maka berangkatlah kafilah putera-putera Ya’qub dengan diliputi
rasa haru bercampur gembira, kembali menuju ke Palestina membawa berita gembira
bagi ayah mereka yang sedang menanti hasil usaha pencarian Yusuf yang
disarankannya. kemudian berhentilah kafilah di depan pintu rumah turunlah
putera-putera Ya’qub dari atas unta masing-masing, beramai-ramai masuk ke dalam
rumah dan berpeluknyalah ayah sambil mengusapkan baju kemeja Yusuf pada kedua
belah matanya. Seketika itu pula terbuka lebarlah kedua belah mata Ya’qub,
bersinar kembali memandang wajah putera-puteranya dan mendengar kisah
perjalanan putera-puteranya.
Disampaikan kepada ayah undangan
Yusuf agar semua sekeluarga berhijrah ke Mesir dan bergabung menjadi satu di
dalam istananya. Dan segera berkemas-kemaslah Ya’qub sekeluarga menyiapkan diri
untuk berhijrah ke Mesir. Dirangkulnya si ayah oleh Yusuf sdengan mencucurkan
air mata setiba Ya’qub di halaman istana bersama seluruh keluarga. Demikian
pula ayah tidak ketinggalan mencucurkan air mata, namun kali ini adalah air
mata suka dan gembira.
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Rifai,Riwayat 25 Nabi
dan Rasul,Semarang:Toha Putra,1976
Yunahar Ilyas,Kisah Para Rasul
Tafsir Tematik,Suara Muhammadiyah,2006
http://www.dakwatuna.com/2013/01/27326/kisah-terbaik-dalam-al-quran-nabi-yusuf-as/#ixzz2OAy8jMLi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar