A.
Latar Belakang
Remaja adalah masa transisi dari periode anak ke dewasa. Secara psikologis kedewasaan adalah keadaan dimana sudah ada ciri – ciri psikologis tertentu pada seseorang. Dalam pembagian tahap perkembangan manusia, masa remaja menduduki tahap progesif.
Sejalan dengan perkembangan jasmani dan rohaninya maka agama pada remaja turut dipengaruhi perkembangn itu. Penghayatan pada remaja terhadap ajaran agama dan tindak keagamaan yang tampak pada para remaja banyak berkaitan dengan factor – factor perkembangan tersebut.
Maka dari itu penulis ingin membahas lebih lanjut lagi mengenai masa remaja ini, dengan batas bahasan meliputi apa pengertian dari remaja, bagaimana psikologi remaja dan bagaimana perkembangan jiwa keagamaan para remaja itu sendiri. Dengan harapan supaya bias menambah pengetahuan mengenai hal ini.
Judul
Remaja adalah masa transisi dari periode anak ke dewasa. Secara psikologis kedewasaan adalah keadaan dimana sudah ada ciri – ciri psikologis tertentu pada seseorang. Dalam pembagian tahap perkembangan manusia, masa remaja menduduki tahap progesif.
Sejalan dengan perkembangan jasmani dan rohaninya maka agama pada remaja turut dipengaruhi perkembangn itu. Penghayatan pada remaja terhadap ajaran agama dan tindak keagamaan yang tampak pada para remaja banyak berkaitan dengan factor – factor perkembangan tersebut.
Maka dari itu penulis ingin membahas lebih lanjut lagi mengenai masa remaja ini, dengan batas bahasan meliputi apa pengertian dari remaja, bagaimana psikologi remaja dan bagaimana perkembangan jiwa keagamaan para remaja itu sendiri. Dengan harapan supaya bias menambah pengetahuan mengenai hal ini.
Judul
Upaya
Meningkatkan Prestasi Kalimat Thayyibah Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak
Dengan Menerapkan Metode Pembelajaran Joyfull Learning Pada Siswa Kelas I Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU Sunyalangu
Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas Tahun
Pelajaran 2014/2015
A. Latar
Belakang
Mata pelajaran Aqidah-Akhlak di Madrasah
Ibtidaiyah adalah salah satu mata pelajaran PAI yang berisi tentang pelajaran
yang dapat mengarahkan kepada pencapaian kemampuan dasar peserta didik untuk
dapat memahami rukun iman dengan sederhana serta pengamalan dan pembiasaan
berakhlak Islami secara sederhana pula, untuk dapat dijadikan perilaku dalam
kehidupan sehari-hari serta sebagai bekal untuk jenjang pendidikan berikutnya
(SKL SK & KD : 2014 : 3)
Mengenal dan meyakini rukun iman dari iman kepada Allah sampai iman kepada
Qadha dan Qadar melalui pembiasaan
dalam mengucapkan kalimat-kalimat thayyibah, pengenalan, pemahaman sederhana,
dan penghayatan terhadap rukun iman dan al-Asma’ al-Husna, serta pembiasaan
dalam pengamalan akhlak terpuji & adab Islami dan menjauhi akhlak tercela
dalam perilaku sehari-hari.
Akidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu
mata pelajaran PAI yang mempelajari tentang rukun iman yang dikaitkan dengan
pengenalan dan penghayatan terhadap al-asma’
al-husna, serta penciptaan suasana keteladanan dan pembiasaan dalam
mengamalkan akhlak terpuji dan adab Islami melalui pemberian contoh-contoh
perilaku dan cara mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Secara substansial mata
pelajaran Aqidah-Akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada
peserta didik untuk mempraktikkan al-akhlaqul karimah dan adab Islami dalam
kehidupan sehari-hari sebagai manifestasi dari keimanannya kepada Allah,
malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, hari akhir, serta Qadla
dan Qadar.
Salah satu kompetensi dasar mata pelajaran Akidah
Akhlak Kelas I di tingkat MI adalah memahami
kalimat thayyibah. Di antara faktor yang mendukung pemahaman yang
terkait dengan kalimat thayyibah tersebut, langkah awal yang dilakukan adalah
siswa dapat menghafal kalimat thayyibah. Namun,
kenyataan di lapangan tidak demikian. Banyak siswa kelas I yang tidak hafal
terhadap kalimat thayyibah apalagi
kompeten dalam memahami kalimat thayyibah. Siswa
kurang berminat memahami kalimat thayyibah hanya dengan
metode ceramah saja apalagi disuruh menghafal tanpa dilagukan. Hal itu dianggap
sulit dan memerlukan waktu cukup lama. Dengan demikian, masalah penguasaan terhadap
kompetens pemahaman kalimat thayyibah menjadi
masalah pendidikan dan pembelajaran Akidah Akhlak kelas I Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU Sunyalangu yang
bersifat penting dan mendesak untuk segera dipecahkan.
Memahami kalimat
thayyibah yang dimaksud dalam Kompetensi Dasar ini adalah
menghafal macam-macam kalimat thayyibah. Macam-macam kalimat thayyibah tersebut menjadi
penting untuk dihafal dikarenakan sebagaian besar siswa kelas I belum mampu
mengingat macam-macam kalimat thayyibah tersebut, padahal dalam Standar Kompetensinya Siswa dituntut untuk
mampu meningkatkan pemahaman terhadap kalimat
thayyibah tersebut. Dengan demikian, kemampuan siswa
memahami kalimat thayyibah melalui metode bernyanyi akan mampu meningkatkan
pemahaman mereka terhadap kalimat thayyibah. Untuk itulah
pentingnya menghafal macam-macam kalimat thayyibah melalui metode bernyanyi (cipta lagu).
Selama ini, kemampuan siswa terhadap kompetensi pemahaman terhadap kalimat thayyibah tergolong rendah. Dari 21 siswa yang berada di kelas I, hanya 45 % (siswa) saja
yang memiliki ketuntasan nilai pada ulangan harian tentang pemahaman kalimat thayyibah. Rendahnya nilai tersebut
diakibatkan oleh sulitnya menghafal macam-macam
kalimat thayyibah tersebut. Dari wawancara yang
dilakukan kepada beberapa siswa, diketahui bahwa mereka merasa kesulitan
menghafal macam-macam kalimat thayyibah apalagi dengan menghafal urutannya. ditambah metode guru
dalam pembelajaran selama ini masih terbatas pada metode ceramah, tanya jawab
dan penugasan. Penggunaan metode bernyanyi (joyful
learning) yang sesuai dengan usia anak belum dilakukan.
Dunia anak identik dengan dunia bermain, bercerita, dan menyanyi. Karena
itulah, upaya pembelajaran yang sesuai dengan minat dan usia anak perlu terus
menerus diujicobakan sehingga belajar menjadi menyenangkan dan mengasyikkan.
Siswa akan merasa nyaman dan senang untuk belajar (joyfull learning).
Pembelajaran yang memiliki karakteristik seperti inilah yang digalakkan dalam
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM).
Lagu – lagu yang bernuansa islami memang sering terdengar, namun yang terkait
dengan macam-macam kalimat thayyibah khususnya pada Kompetensi Dasar pemahaman tentang kalimat thayyibah masih belum banyak kalau boleh dikatakan belum pernah ada, sekaligus
merupakan upaya mengenalkan macam-macam kalimat thayyibah yang wajib diketahui kepada anak sedini mungkin. Sehingga anak-anak diharapkan mau
melaksanakan ajaran-ajarannya dalam kehidupan sehari-hari. Selama ini pelajaran
yang terkait dengan kalimat thayyibah terasa menjemukan karena berhubungan dengan pengamalan kehidupan sehari-hari yang sulit dimengerti siswa.
Kalimat-kalimat thayyibah ini bukan tanpa arti, melainkan memiliki arti
yang tajam maknanya. Ini dapat terjadi andai kita tahu kapan kalimat-kalimat
ini harus kita ucapkan. Dengan selalu mengucapkan kalimat-kalimat yang baik dan
dapat menempatkannya sesuai keadaan yang dihadapi maka kita sudah termasuk
hamba-Nya yang bersyukur atas nikmat apapun yang telah Allah SWT berikan kepada
kita.
Dalam kehidupan sehari-hari hendaknya kita senantiasa mengingat Allah SWT dengan berdzikir serta memuji-Nya dengan
kalimat-kalimat thayyibah. Namun banyak terjadi pada kehidupan kita, jarang
sekali kita mengucapkan kalimat-kalimat ini. AIlah SWT merupakan satu-satunya
Tuhan yang wajib disembah, dipuja, ditakuti, dan dicintai terutama oleh kita
sebagai Umat Islam. Ketika kita membaca kalimat-kalimat ini, maka resapkanlah
ke dalam hati setelah kita meresapkannya, berarti kita telah mengumandangkan
kemerdekaan sebagai seorang hamba, lepas dari perbudakan terhadap setan dan
hawa nafsu. Kita beribadah hanya kepada Allah semata.
Penanaman al-akhlak
al-karimah
terutama dalam pengamalan kalimat thayyibah ini sangat penting untuk dipraktikkan dan
dibiasakan sejak dini oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, terutama
dalam rangka mengantisipasi dampak negatif dari era globalisasi dan krisis
multidimensional yang melanda bangsa dan Negara Indonesia.
Akhlak
merupakan tujuan akhir diturunkannya Islam, tujuan Islam diturunkan ialah agar
manusia berperilaku baik (berakhlak)
bukan hanya untuk menjadikan manusia sebagai ahli ibadah yang mereka tidak
mengenal kehidupan sosial disekitarnya (Wahid Ahmadi, 2004: 39-40).
Mengingat begitu pentingnya dan begitu
perhatiannya Islam terhadap akhlak, sudah seharusnya seorang guru terlebih bagi
guru “Pendidikan Agama Islam“ lebih memperhatikan pembelajaran aqidah akhlak
terhadap peserta didiknya pada kesuksesan yang disertai dengan akhlak yang
baik.
Gurulah yang
menjadi tumpuan tanggung jawab atas keberhasilan ilmu pendidikan di dunia
pendidikan baik itu guru pendidikan umum maupun guru pendidikan Islam yang
didalamnya termasuk pendidikan akhlak (Moh. Roqib, 2009: 99). Hal tersebut
berarti bahwa guru tidak hanya bertanggung jawab dalam menyampaikan materi saja
tetapi juga bertanggung jawab untuk mengarahkan, membina sekaligus memberikan
contoh yang baik bagi peserta didiknya.
Guru yang baik
seharusnya mempunyai berbagai macam cara agar tanggungjawabnya bisa terlaksana
dengan baik dan memperoleh hasil yang diinginkan. Keberhasilan tersebut memang
tidak akan bisa
lepas dari adanya pengaruh
penggunaan metode yang diterapkan
oleh seorang guru (Armai Arief, 2002:
40). Penerapan metode pembelajaran yang baik akan menunjang keberhasilan suatu
tujuan pembelajaran secara lebih efektif dan efisien (Basyirudin Usman, 2002:
4-5). Oleh karena itu seorang guru hendaknya tidak mengajar hanya dengan satu
metode itu-itu saja agar peserta didik tidak merasa bosan dan peserta didik
bisa tertarik untuk mengikuti apa-apa yang disampaikan oleh guru sehingga
mereka bisa bertambah pengetahuannya.
Kenyataan itu menuntut kreativitas guru untuk
menangani pembelajaran secara profesional dalam rangka membangun sikap positif
anak terhadap pelajaran tentang
pemahaman kalimat thayyibah.
Harapannya, siswa menjadi suka dengan materi tentang pemahaman kalimat thayyibah dan berimplikasi pada kesenangan untuk mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Pencerahan pembelajaran tentang pemahaman kalimat thayyibah untuk anak tergantung
pada profesionalisme guru serta metode yang digunakan. Untuk itu, guru dituntut
memahami karakteristik anak didiknya dan memiliki ketrampilan khusus dalam
mengajar sesuai dengan bidang keahliannya. Di antaranya adalah keterampilan
dalam memilih materi dan menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan
karakter siswa, sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dalam situasi
yang menarik dan menyenangkan. Dengan demikian, tanpa disadari anak diharapkan
akan memperoleh apa yang menjadi tujuan dari pembelajaran tersebut. Di antara
metode yang menarik dan menyenangkan bagi anak-anak adalah menyanyi (mencipta
lagu).
Senada dengan hal
tersebut Imam Ghazali pernah mengatakan sebagaimana dikutip oleh Arifin bahwa
agar seorang guru memperoleh kesuksesan dalam tugasnya sebaiknya seorang guru
bisa menerapkan metode yang tepat dalam pembelajaran (1993: 101), oleh sebab
itu penerapan metode dalam setiap pembelajaran termasuk pembelajaran aqidah
akhlak sangat diperlukan guna menunjang keberhasilan dalam pembelajaran aqidah akhlak
itu sendiri.
Penerapan Metode dalam pembelajaran
akhlak memang penting dilakukan untuk bisa membawa kemajuan dalam segala hal,
secara fungsional dapat merealisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam
pembelajaran akhlak (Armai Arief, 2002: 40). Jika pembelajaran aqidah akhlak bisa berhasil
tentu peserta didik akan terbentuk menjadi anak yang bisa membedakan mana yang
benar dan mana yang salah.
Penerapan metode pembelajaran akhlak juga diharapkan
bisa membentuk pribadi-pribadi muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah
dan Rasul-Nya, hormat kepada Ibu Bapak dan sayang kepada semua makhluk Tuhan
(Abuddin Nata, 2009: 157). Apabila peserta didik sebagai generasi penerus
bangsa sudah bisa dididik untuk menjadi anak yang berakhlak maka kelak para
penerus bangsa ini adalah mereka anak-anak yang dapat menegakan kebaikan dalam
segala hal, dan setidaknya bangsa ini
tidak akan ada lagi krisis moral yang bisa menghambat kemajuan bangsa.
Ahmad Sulaiman
mengatakan sebagaimana dikutip oleh Abu Amr Ahmad Sulaiman bahwa metode
Pendidikan Agama Islam pada anak usia dini merupakan pondasi dalam pembangunan
pendidikan islam (2005: xi). Oleh karena itu metode dalam pendidikan islam
termasuk metode dalam pembelajaran aqidah
akhlak sangat tepat bila diterapkan pada peserta
didik khususnya di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU Sunyalangu Kecamatan Karanglewas
Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU Sunyalangu adalah sekolah dasar berbasis
Islam yang di dalamnya terdapat mata pelajaran Aqidah Akhlak. Madrasah Ibtidaiyah
Ma’arif NU Sunyalangu merupakan salah satu lembaga pendidikan yang berada di
bawah naungan Kementrian Agama Kabupaten Banyumas yang menyelenggarakan
pembelajaran aqidah akhlak yang menjadi salah satu ciri khusus dari sekolah
yang berciri khas Pendidikan Agama Islam. Dengan adanya pembelajaran aqidah
akhlak ini, diharapkan para siswa di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU Sunyalangu
dapat memahami dan melaksanakan pembelajaran aqidah akhlak dengan baik dalam
kehidupan sehari-hari.
Oleh karena
itu, Penelitian Tindakan Kelas tentang Upaya Meningkatkan Pemahaman Kalimat
Thayyibah Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak Dengan Menerapkan Metode
Pembelajaran Joyfull Learning Pada Siswa Kelas I Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU Sunyalangu
Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2014/2015 ini dilaksanakan.
B. Perumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka
permasalahan umum penelitian tindakan kelas ini adalah bagaimanakah upaya meningkatkan kemampuan memahami kalimat thayyibah pada
mata pelajaran akidah akhlak dengan menerapkan metode pembelajaran joyfull learning
pada siswa kelas I Madrasah Ibtidaiyah
Ma’arif NU Sunyalangu Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas Tahun
Pelajaran 2014/2015
Adapun fokus masalah dalam
penelitian ini secara khusus adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah proses peningkatkan
kemampuan memahami kalimat thayyibah pada
mata pelajaran akidah akhlak pada siswa kelas I
Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU Sunyalangu Kecamatan Karanglewas
Kabupaten Banyumas dengan menerapkan metode pembelajaran joyfull learning ?
- Bagaimanakah hasil peningkatkan kemampuan memahami kalimat thayyibah pada mata pelajaran akidah akhlak pada siswa kelas I Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU Sunyalangu Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas dengan menerapkan metode pembelajaran joyfull learning ?
C. Tujuan
Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini secara umum bertujuan
untuk mendapatkan deskripsi objektif tentang peningkatkan kemampuan
memahami kalimat thayyibah pada mata pelajaran akidah
akhlak pada siswa kelas I Madrasah
Ibtidaiyah Ma’arif NU Sunyalangu Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas
dengan menerapkan metode pembelajaran joyfull learning.
Adapun tujuan penelitian secara khusus adalah
mendapatkan gambaran objektif tentang dua hal berikut:
- Proses peningkatkan kemampuan memahami kalimat thayyibah pada mata pelajaran akidah akhlak pada siswa kelas I Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU Sunyalangu Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas dengan menerapkan metode pembelajaran joyfull learning
- Hasil peningkatan kemampuan memahami pemahaman kalimat thayyibah pada mata pelajaran akidah akhlak pada siswa kelas I Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU Sunyalangu Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas dengan menerapkan metode pembelajaran joyfull learning
Proses penelitian ini
dikatakan berhasil jika 80% siswa dapat menghafal macam-macam kalimat thayyibah
melalui metode bernyanyi (joyfull learning). Hasil penelitian ini dikatakan
berhasil jika 80% dari siswa yang diberi perlakuan mengalami peningkatan dalam
hal ketuntasan belajar (dengan nilai minimal 75).
D. Manfaat
Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini bermanfaat, baik bagi
guru, siswa, maupun pihak-pihak lain yang terkait. Bagi guru Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU Sunyalangu Kecamatan
Karanglewas Kabupaten Banyumas, penelitian ini bermanfaat untuk
meningkatkan kompetensinya dalam mengatasi masalah pembelajaran yang berkaitan
dengan pembelajaran tentang pemahaman kalimat
thayyibah. Bagi siswa kelas I Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU Sunyalangu Kecamatan Karanglewas Kabupaten
Banyumas agar mampu memahami dan memperoleh hasil sesuai KKM
yang ditetapkan yaitu 75.
Disamping itu, penelitian ini bermanfaat karena proses
belajar keseharian siswa di kelas menjadi tambah menyenangkan dengan membuat
dan menyanyikan lagu sesuai dengan materi pelajaran. Pembelajaran yang
dilakukan dengan menyenangkan merupakan faktor penting memperoleh ilmu secara
alamiah. Anak akan belajar sambil bernyanyi dan menyanyi sambil belajar. Metode
menyanyi ini juga mendorong siswa untuk berlomba berbuat yang terbaik di dalam
kelas, memotivasi mereka untuk aktif dan kreatif dalam rangka meningkatkan
kompetensinya karena pembelajaran dilakukan dengan menyenangkan. Para siswa akan termotivasi untuk belajar karena
mereka juga tertuntut untuk bertanggung jawab terhadap suksesnya pembelajaran.
Bagi pihak-pihak terkait, misalnya lembaga sekolah,
penelitian ini penting dilakukan karena dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran Akidah Akhlak di Madrasah
Ibtidaiyah Ma’arif NU Sunyalangu Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas. Penelitian
ini juga mendorong bagi guru mata pelajaran lain untuk memperlakukan siswa
dengan kegiatan serupa sehingga kualitas pembelajaran akan meningkat pula.
E. Tinjauan
Pustaka
1.
Kalimat
Thayyibah
a. Pengertian kalimat thayyibah
Secara umum Kalimat Thayyibah berarti semua
perkataan atau ucapan yang diridhai oleh Allah dan pengucapannya mengingatkan
kepada keagungan Allah SWT ( Depag RI : 2009 : 92)
Kalimat thayyibah atau sering dikenal dengan
perkataan-perkataan baik akan menghantarkan dan menemani usaha-usaha baik yang
dilakukan untuk mendapatkan yang diinginkan. Selain sebagai doa, kalimat
thayyibah adalah ungkapan dzikir yang akan selalu mengingat pembacanya kepada
Allah Sang Pencipta yang harus disembah dan diminta serta menolak bentuk-bentuk
ketuhanan yang lain. Oleh karena itu, kalimat-kalimat thayyibah harus sering
diucapkan dengan sepenuh hati sehingga kehadiran Allah akan selalu dirasakan.
Dengan demikian akan terbentuk manusia bebas dan terjaga dari bisikan syetan dan
egonya sendiri untuk melakukan hal-hal yang tidak diridhai Allah SWT.
Secara bahasa kalimat thayyibah berarti perkataan yang
baik. Dalam syariat Islam kalimat thayyibah didevinisikan sebagai ucapan yang
mengandung kebenaran dan segala ucapan lainnya yang mengandung seruan kebajikan
yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain, serta mengandung perbuatan
ma’ruf dan pencegahan dari perbuatan mungkar (Mahrus : 2009 :95)
Khusus berkenaan dengan kalimat thayyibah, kalimat ini
ditemukan dalam Al-Qur’an Surat Ibrahim ayat 24-25 yang berbunyi :
Artinya : Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah
membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh
dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada Setiap
musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk
manusia supaya mereka selalu ingat.
Menurut Ibn Abbas : kalimat thayyibah pada ayat di
atas adalah untuk mengingatkan seseorang
untuk senantiasa mengucapkan kalimat tersebut dengan segenap penghayatan hati
supaya keimanan akan keesaan Allah tertanam kuat tidak tergoyahkan dalam hati
dan jiwa.
Kalimat thayyibah yang diucapkan dengan penuh penghayatan
juga akan produktif membuahkan hasil yang baik, bermanfaat dan terpuji. Orang
yang biasa mengingat Alloh dengan dzikir tahlil akan berguna bagi orang sekitar
dan lingkungannya. Dia bisa memberi keteduhan yang menyejukkan dan
mententramkan, menjadi penopang dan sandaran yang kokoh.
Perlu
diketahui, ucapan yang baik, sangat dipengaruhi oleh pribadi dan keimanan kita.
Dalam hal ini, hati sangat mendominasi. Kalau hati kita baik, maka yang keluar
dari lisan kita, tindak tanduk kita adalah sesuatu yang baik. Juga sebaliknya,
kalau hati kita dipenuhi dengan hasad dan kedengkian atau segala macam yang
mengotori hati, maka yang keluar adalah kata-kata dan tindak tanduk maksiat.
Ketika kalimat yang baik diucapkan, yang mendengarnya pun akan senang. Dakwah
Rasulullah tidak akan sampai kepada umat hingga di zaman sekarang ini jika
tidak menggunakan kalimat yang baik dengan hikmah.
Zat yang
paling suci di alam semesta ini hanyalah Allah, maka sesuai dengan artinya,
kalimat ini mengandung makna penyucian nama dan Zat Allah. Nama Allah harus
tetap suci dari segala bentuk kemusyrikan dan kekurangan. Karena Allah-lah
pemilik segala kesempurnaan. Semua yang ada di langit dan di bumi bertasbih
kepada Allah, memuji kebesaran Allah, Firman Allah:
Artinya:
“Senantiasa bertasbih
kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Raja, yang Maha
Suci, yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. Al-Jumu'ah: 1)
b.
Ragam kalimat
thayyibah
Menurut Mahrus (2009 : 102) mengungkapkan bahwa ragam
kalimat thayyibah adalah sebagai berikut :
1.
Takbir (اکبر الله)
Kalimat Allah Akbar (Allah Maha Besar) lebih dikenal
dengan bacaan takbir. Kalimat ini mempunyai arti yang sangat agung sebagaimana
arti bahasanya. Keagungan makna itu tercermin dalam kedua kata, Allah dan
Akbar. Allah adalah Dzat Yang Maha Ada. Keberadaan-Nya tidak tergantung dan
menjadi sumber adanya yang lain. Kata Akbar sendiri adalah bentuk superlatif
kata kabir (besar) yang menjadi salah satu Husna Asma’ul (nama-nama indah
Allah).
Kalimat takbir yang artinya, “Allah Maha Besar” mengandung arti ungkapan
penetapan akan keagungan atau kebesaran Allah SWT. dan tidak ada yang melebihi
kebesaran-Nya. Kalimat ini diucapkan tatkala kagum akan sesuatu dan untuk
mengakui kekuasaan Allah SWT. yang tanpa batas, tidak ada yang mampu
mengalahkan-Nya. Merasa diri kecil, tidak ada apa-apanya, tidak punya kuasa
apapun dibandingkan kebesaran Allah SWT.
2.
Tahmid/ hamdalah
Hamdalah adalah ungkapan rasa syukur dan terima kasih
kepada Allah. Sesungguhnya pancaran perasaan syukur adalah energi kehidupan
yang sangat besar bagi manusia. Dengan mengucapkan kalimat ini setiap selesai
melakukan satu pekerjaan, manusia seakan menguatkan keyakinannya bahwa tak akan
pernah terjadi sesuatupun tanpa campur tangan Allah.
Kalimat
Tahmid/hamdalah yang artinya “Segala puji hanya milik Allah, Tuhan semesta
alam” diucapkan setiap mengakhiri suatu perbuatan atau setiap mendapatkan
anugerah dari Allah SWT. Allah SWT. menjanjikan dua hal bagi orang yang
mendapat nikmat dengan penambahan dan penyiksaan bagi yang tidak bersyukur
“Jika kamu bersyukur maka Aku akan tambah nikmat kamu tetapi jika kamu kufur
maka azabku amatlah pedih” (QS Ibrahim 7).
Rosulullah
saw, bersabda: “Apabila kamu ucapkan,
‘Alhamdulillahi robbil alamin’, berarti engkau telah bersyukur kepada
Allah, dan Dia niscaya akan menambahkan nikmat-Nya kepadamu.”
Bacaan
hamdalah atau tahmid diucapkan setiap mengakhiri pekerjaan atau setiap
mendapatkan anugerah dari Allah Swt. Bacaan hamdalah ini dimaksudkan sebagai rasa syukur kepada Allah Swt.
Sungguh, penting bagi kita untuk bersyukur kepada Allah Swt. agar semakin
ditambah nikmat yang diberikan kepada kita.
3. Istighfar (استغفر الله العظيم )
Kalimat istighfar yang artinya, “Saya memohon ampun kepada Allah Yang
Maha Agung” dimaksudkan sebagai ungkapan memohon ampun kepada Allah SWT.
Sungguh, setiap dari kita tidak ada yang terlepas dari dosa sama sekali, baik
dosa besar maupun kecil. Oleh karena itu, hendaknya kita sering berdzikir
kepada Allah Swt. dengan bacaan istighfar.
Istighfar merupakan kalimat thayyibah yang berfungsi
untuk permintaan maaf dan permohonan ampun kepada Allah SWT. Segala bentuk
kesalahan dan dosa diampuni oleh Allah kecuali syirik, menyekutukan Allah
dengan yang lain dan dosa antar manusia sampai orang yang disalahi memberikan
maaf dan merelakannya.
Sungguh Maha Suci Allah Yang Maha Sempurna.
Setelah Dia menciptakan manusia sebagai makhluk hidup yang secara sunnatullah
bisa berbuat khilaf, sekaligus Dia menyediakan 'obat' bagi kekhilafan tersebut.
Bagi mereka yang pandai meminum obat ini, maka mereka tak akan terserang
penyakit hati yang lebih serius. Allah Maha Pengampun, terutama bagi siapapun
yang segera bertaubat dan sadar setelah berbuat kekhilafan. Umat Islam harus
membasahkan bibir mereka dengan Istighfar ini, sehingga noda-noda dosa yang
sempat menempel sedikit demi sedikit setiap hari tidak segera menompok menjadi
noktah hitam yang tebal. Semakin banyak noda-noda ini, akan menjadi semakin
sulit untuk menghilangkannya. Maka benarlah bahawa kebanyakan kesalahan besar
bermula dari kekeliruan-kekeliruan kecil yang tidak dibenarkan. Sayangnya,
seringkali manusia terlambat menyedari kekhilafannya itu. Untuk menghindari
kelambatan taubat, maka dianjurkan untuk istiqamah mengucapkan zikir ini setiap
hari, terutama setelah shalat, walau dirasakan tak ada kesalahan yang
diperbuat. Rasulullah SAW. sendiri, yang sudah dijamin ma'sum, (terpelihara
dari dosa), dalam sehari mengucap Istighfar sekurang-kurangnya 70 kali.
4.
Istinsya ( اللّهُ ء شَآ نْ اِ)
Kalimat Insya Allah yang artinya, “Jika Allah menghendaki” diucapkan ketika seseorang berniat hendak
melakukan sesuatu di masa yang akan datang. Zikir ini akan mengingatkan kita, bahwa kehendak
Allah SWT. adalah di atas segalanya. Tak seorangpun mengetahui apa yang akan
terjadi detik setelah ini. Itu sebabnya, tak akan pernah ada janji yang dapat
dipenuhi secara pasti oleh manusia, kecuali dengan menambahkan kalimat, Insya
Allah.
Sayangnya, banyak orang mempergunakan kalimat ini secara keliru, hingga
berkembang anggapan bahwa kalimat mulia ini diucapkan sebagai kelonggaran untuk
tidak menepati janji. Perbuatan umum ini banyak menggejala dalam sebagian
masyarakat, sehingga membuat banyak orang dapat memandang negatif kalimat ini.
Sudah menjadi tanggung jawab kita bersama, Kaum Muslimin, untuk meluruskan
pandangan ini. Dimulai dengan diri kita sendiri. Mari kita buktikan bahwa
ucapan Insya Allah bukan berarti niat untuk melanggar, akan tetapi sebagai
ikatan janji yang sudah pasti akan ditepati secara logika manusia, disertai
tawakkal kepada Allah SWT.
Istinsya termasuk kalimat thayyibah yang sering terdengar
di lingkungan orang-orang muslim. Insya Allah diucapkan saat seseorang ingin
melakukan sesuatu atau berjanji atau berniat hendak melakukan sesuatu di masa
yang akan datang. Allah Maha Berkehendak dan kehendak-Nya tidak bisa dihalangi
oleh siapa-pun. Orang-orang Muslim dianjurkan untuk membiasakan diri untuk mengucapkan
kalimat Insya Allah dalam setiap pembuatan janji dan rencana.
5.
Hauqalah (لاَ هَوْلَ وَلاَ قُوَّتَ اِلاَّبِاللّهِ)
Arti kalimat hauqalah adalah tidak ada upaya dan daya
kecuali dengan bantuan Allah. Dia adalah sumber kekuatan dan daya segala
sesuatu dimuka bumi ini. Dengan kalimat ini, orang yang mengucap- kan akan
merasa memiliki kekuatan lebih untuk melakukan sesuatu yang berat dan sikap
rendah hati, dia tidak menyombongkan kesukses-an usahanya karena usaha yang
dikerahkannya bukanlah murni dari dirinya melainkan Allah
Kalimat Hauqalah adalah ucapan zikir yang
merupakan pengakuan terhadap kefanaan manusia dan kekuasaan Allah SWT. ini
diucapkan ketika seseorang mengambil keputusan (berazam). Kalimat Thayyibah ini
adalah pancaran dari sikap tawakal seseorang. Setelah dipertimbangkan dengan
sewajarnya dan keputusan diambil, kita hendaklah bertawakkal kepada Allah SWT.,
yang dinyatakan dalam sikap menerima resiko apapun yang akan terjadi nanti
akibat keputusan tersebut.
6.
Tasbih
Kalimat “Subhanallah” dikenal dengan nama bacaan tasbih.
Kalimat tasbih sangat erat hubungannya dengan kalimat tauhid karena kalimat
yang pertama berfungsi memurnikan segala bentuk sangkaan atau anggapan tentang
Allah yang Maha Esa dari kalimat yang ke dua.
Kalimat Tasbih yang artinya, “Maha Suci Allah” dimaksudkan untuk mengakui
kesucian Allah SWT. dari segala hal yang tidak layak bagi-Nya. Bacaan tasbih
ini juga untuk mengakui bahwa Allah SWT. suci dari segala kekurangan. Kalimat
Tasbih juga sering kali diucapkan ketika kita melihat sesuatu yang luar biasa
yang Allah ciptakan.
Kegunaan Bacaan Tasbih adalah:
a.
Mengakui kesucian Allah SWT. yang terbebas dari segala hal yang
dipersekutukan oleh kaum kafir.
b.
Sebagai pengingkaran terhadap sifat-sifat buruk yang dituduhkan oleh
orang-orang kafir.
c. Menyatakan keaguman terhadap ciptaan Allah SWT. dan
terhadap apa yang ditetapkan Allah SWT.
d. Menyatakan rasa syukur dengan mengagungkan nama Allah SWT.
d. Menyatakan rasa syukur dengan mengagungkan nama Allah SWT.
7.
Tarji’/ Istirja’
Kalimat ini berarti “Sesungguhnya kita dari Allah dan
kepada-Nya kita kembali. Orang yang mengucapkan kalimat ini dengan segenap hati
akan diselimuti rasa tenang, sabar, dan tidak mudah stress untuk menghadapi
berbagai persoalan hidup, kerja dan belajar. Kalimat ini juga bisa menenangkan
hati orang-orang yang gundah-gulana ketika kehilangan sesuatu dan membuat hati
tabah menerima segala bentuk cobaan dan musibah.
Kalimat Tarji’/ Istirja’ diucapkan
ketika kita mendapat musibah. Kalimat ini biasa diucapkan saat ada di antara
keluarga, teman, kerabat, tetangga, maupun orang lain meninggal dunia, dapat
juga diucapkan ketika kita terkena halangan atau rintangan. Dengan mengucapkan
kalimah tarji’ berarti kita telah bersabar dan ikhlas dengan apa yang telah
ditentukan Allah.
2.
Aqidah Akhlak
a.
Pengertian
Menurut Hasan al- Banna : Aqidah adalah
beberapa perkara yang diyakini kebenarannya oleh hati(mu), mendatangkan
ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikit pun dengan
keragu raguan. ( Yunahar Ilyas : 2009 : 1). Berdasarkan pengertian di atas dapat
dirumuskan bahwa aqidah adalah dasar-dasar pokok kepercayaan atau
keyakinan hati seorang muslim yang bersumber dari ajaran Islam yang
wajib dipegangi oleh setiap muslim sebagai sumber keyakinan
yang mengikat. Jadi
pada dasarnya aspek Aqidah adalah
menekankan pada kemampuan memahami dan mempertahankan keyakinan/keimanan yang
benar serta menghayati dan mengamalkan nilai-nilai al-asma’ al-husna.
Sedangkan Akhlak adalah istilah yang berasal
dari bahasa Arab yang diartikan tingkah laku, perangai tabi’at, watak,
moral atau budi pekerti. Kepribadian yang dimiliki
seseorang akan berpengaruh terhadap akhlak orang tersebut ketika berinteraksi
dan berkomunikasi dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari dimanapun ia
berada ( Sjarkawi : 2008: 34 ).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, akhlak dapat diartikan budi
pekerti, kelakuan. Jadi, akhlak merupakan sikap yang telah melekat pada
diri seseorang dan secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku
atau perbuatan. Jika tindakan spontan itu baik menurut pandangan akal
dan agama, maka disebut akhlak yang baik atau akhlaqul karimah,
atau akhlak mahmudah. Akan tetapi apabila tindakan spontan itu
berupa perbuatan-perbuatan yang jelek, maka disebut akhlak tercela
atau akhlakul madzmumah.
Jadi aspek Akhlak menekankan pada pembiasaan
dan perilaku yang memancarkan akhlak mulia atau budi pekerti luhur dan menjauhi akhlak tercela
dalam kehidupan sehari-hari.
Al-Akhlak al-karimah ini
sangat penting untuk dipraktikkan dan dibiasakan sejak dini oleh peserta didik
dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam rangka mengantisipasi dampak
negatif dari era globalisasi dan krisis multidimensional yang melanda bangsa
dan Negara Indonesia.
Akhlak merupakan
tujuan akhir diturunkannya Islam, tujuan Islam diturunkan ialah agar
manusia berperilaku baik (berakhlak)
bukan hanya untuk menjadikan manusia sebagai ahli ibadah yang meraka tidak
mengenal kehidupan sosial disekitarnya (Wahid Ahmadi, 2004: 39-40).
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pelajaran
aqidah akhlak adalah pelajaran yang
dapat mengarahkan kepada pencapaian kemampuan dasar peserta didik untuk dapat
memahami rukun iman dengan sederhana serta pengamalan dan pembiasaan berakhlak
Islami secara sederhana pula, untuk dapat dijadikan perilaku dalam kehidupan
sehari-hari serta sebagai bekal untuk jenjang pendidikan berikutnya.
b.
Tujuan pelajaran Aqidah Akhlak
Dalam
setiap pembelajaran di lembaga manapun tujuan merupakan suatu hal pokok yang
semestinya ada. Dengan adanya tujuan berarti proses pembelajaran tersebut
memiliki arah dan target yang jelas akan apa yang dicapai, terlepas baik
tidaknya proses yang berlangsung dalam pembelajaran tersebut.
Berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Standar
Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) (2014 : 1) Mata pelajaran Aqidah
Akhlak bertujuan untuk:
1. Menumbuh kembangkan akidah melalui
pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan,
pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang aqidah Islam sehingga
menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketaqwaannya kepada
Allah SWT;
2.
Mewujudkan manusia
Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan
sehari-hari baik dalam kehidupan
individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai aqidah
Islam.
3.
Metode Bernyanyi (joyfull learning)
Menurut Everret dalam bukunya yang berjudul “A Popular
Song as a Teaching Instrument” yang dikutip oleh Nyai Raudhotul Janah, Beliau berpendapat bahwa “ Pada umumnya, anak- anak memiliki karakter yang khas.
Mereka senang belajar sesuatu dengan melakukan sesuatu (learning by doing),
seperti belajar sambil bermain atau sebaliknya bermain sambil belajar.
Dalam suasana yang alami tersebut, mereka dapat menyerap informasi dan mengubah perilaku secara alamiah atau di
bawah sadar, sehingga rasa bosan dan rasa tertekan di dalam belajar bisa
dihindari, dan motivasi untuk mengikuti kegiatan belajar berikutnya tetap
tinggi”.
Siswa kelas I berada dalam usia antara 6-7 tahun.
Menurut teori psikologi pendidikan, anak yang berada dalam usia ini termasuk dalam
kategori concrete operational. Pada tahap ini, anak memerlukan banyak ilustrasi, model,
gambar dan kegiatan-kegiatan lain, maka metode bernyanyi merupakan salah satu
alternatif untuk memecahkan masalah yang sedang berlangsung.
Metode bernyanyi (joyfull learning), sesuai dengan teori PAKEM (pembelajaran aktif kreatif
efektif dan menyenangkan) yang digalakkan penerapannya pada kurikulum berbasis
kompetensi. Teori PAKEM ini seiring pula dengan pemberlakuan quantum teaching and learning, yaitu
pembelajaran yang dilakukan dengan suasana yang menyenangkan. Pembelajaran quantum
berpegang pada semboyan “bawalah
dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka”.
Seorang guru hendaknya memasuki dunia murid (bernyanyi) terlebih dahulu untuk
memudahkan guru memasukkan pengetahuan dalam benak mereka. Menurut DePorter, dkk.
Dalam bukunya yang berjudul “Quantum Teaching” yang dikutip pula oleh Nyai Raudhotul Janah.
Dunia anak identik dengan dunia bermain, bercerita, dan menyanyi. Oleh
sebab itulah, para guru terus melakukan usaha untuk menemukan metode pengajaran
yang cocok untuk kelompok umur tertentu dan mengusahakan agar pengalaman
belajar menjadi pengalaman yang mengasyikan.
F. Metode
Penelitian
1. Jenis
Penelitian
Jenis
penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas. Istilah
Penelitian Tindakan Kelas berasal dari barat
yang dikenal dengan istilah Classroom Action Research (CAR)(Supardi :
2008 : 2).
Menurut McNiff (1992:1) dalam bukunya yang berjudul Action Research Principles
and Practice yang dikutip oleh Supardi “ memandang PTK sebagai bentuk
penelitian reflektif yang dilakukan oleh pendidik sendiri terhadap kurikulum,
pengembangan sekolah, meningkatkan prestasi belajar, pengembangan keahlian
mengajar dan sebagainya”.
Ada tiga kata yang membentuk pengertian tersebut yaitu
Penelitian, Tindakan, Kelas. Maka dari keterangan tersebut dapat diterangkan
sebagai berikut:
Ø Penelitian adalah suatu kegiatan mencermati suatu objek
dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data
atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik
minat dan penting bagi peneliti.
Ø Tindakan adalah sesuatu gerak kegiatan yang sengaja
dilakukan dengan tujuan tertentu.
Ø Kelas adalah terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi
dalam pengertian yang lebih spesifik
Dengan menggabungkan pengertian tiga kata inti dapat
disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan
terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindan, yang sengaja dimunculkan dan
terjadi dalam sebuah kelas secara bersama
2. Tempat
Dan Waktu Penelitian
Tempat
yang digunakan untuk penelitian adalah Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU Sunyalangu yang
beralamat di Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas sedangkan waktu
penelitian adalah semester genap tahun ajaran 2014/ 2015.
3. Subjek
Penelitian
Subjek dalam
penelitian ini adalah siswa-siswi Madrasah
Ibtidaiyah Ma’arif NU Sunyalangu Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas kelas I yang berjumlah 21 siswa, yaitu 8 siswa laki-laki dan 13 siswi
perempuan. Penelitian ini terdiri atas dua siklus yang masing-masing terdiri
atas 4 tahapan, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan
(observasi), dan refleksi. Hasil refleksi siklus I dijadikan pijakan untuk
pelaksanaan siklus II. Artinya, pelaksanaan tindakan pada siklus I didasarkan
pada proses peningkatan pemahaman kalimat
thayyibah melalui hasil cipta lagu dan menyanyikan lagu di depan
kelas. Sedangkan pada siklus II didasarkan pada hasil uji kompetensi melalui
tes tulis tentang pemahaman kalimat thayyibah dalam upaya
peningkatan kualitas pembelajaran agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU Sunyalangu Kecamatan Karanglewas Kabupaten
Banyumas secara lebih baik.
DAFTAR
PUSTAKA
-
Abuddin Nata, 2009.
Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
-
Armai Arief, 2002. Pengantar
ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers.
-
Basyirudin Usman,
2005. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat Pers.
-
H. M. Arifin, 1993.
Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara.
-
Moh Roqib,
Nurfuadi. 2009. Kepribadian Guru. Yogyakarta: Grafindo Litera Media.
-
Wahid Ahmadi, 2004.
Risalah Akhlak Panduan prilaku Muslim Moderen. Solo: Era Inter Media.
-
Sjarkawi, 2008. Pembentukan
Kepribadian Anak. Jakarta: PT Bumi Aksara.
-
Yunahar Ilyas, 2009. Kuliah Aqidah Islam.
Yogyakarta: LPPI UMY.
-
Supardi, 2008. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.
-
Makrus, 2009.
Aqidah. Jakarta Pusat: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI
-
Mohamad Taufiq, Qur’an in Word Ver 1.3. http://www.geocities.com /mtaufiq.rm/quran.html
-
Nyai Roudhotul Janah, 2013. Metode Bernyanyi (Joyfull Learning),
(online) diakses di http://nyairaodatuljanah.blogspot.com/2013/01/my-ptk.html/ pada tanggal 2 Mei 2015
emaja adalah masa transisi dari periode anak ke dewasa. Secara
psikologis kedewasaan adalah keadaan dimana sudah ada ciri – ciri psikologis
tertentu pada seseorang. Dalam pembagian tahap perkembangan manusia, masa
remaja menduduki tahap progesif.
Sejalan dengan perkembangan jasmani dan rohaninya maka agama pada remaja turut dipengaruhi perkembangn itu. Penghayatan pada remaja terhadap ajaran agama dan tindak keagamaan yang tampak pada para remaja banyak berkaitan dengan factor – factor perkembangan tersebut.
Maka dari itu penulis ingin membahas lebih lanjut lagi mengenai masa remaja ini, dengan batas bahasan meliputi apa pengertian dari remaja, bagaimana psikologi remaja dan bagaimana perkembangan jiwa keagamaan para remaja itu sendiri. Dengan harapan supaya bias menambah pengetahuan mengenai hal ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa penertian dari remaja ?
2.
Sejalan dengan perkembangan jasmani dan rohaninya maka agama pada remaja turut dipengaruhi perkembangn itu. Penghayatan pada remaja terhadap ajaran agama dan tindak keagamaan yang tampak pada para remaja banyak berkaitan dengan factor – factor perkembangan tersebut.
Maka dari itu penulis ingin membahas lebih lanjut lagi mengenai masa remaja ini, dengan batas bahasan meliputi apa pengertian dari remaja, bagaimana psikologi remaja dan bagaimana perkembangan jiwa keagamaan para remaja itu sendiri. Dengan harapan supaya bias menambah pengetahuan mengenai hal ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa penertian dari remaja ?
2.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar