Sabtu, 12 September 2015

contoh skipsi benar



A.     Latar Belakang

Remaja adalah masa transisi dari periode anak ke dewasa. Secara psikologis kedewasaan adalah keadaan dimana sudah ada ciri – ciri psikologis tertentu pada seseorang. Dalam pembagian tahap perkembangan manusia, masa remaja menduduki tahap progesif.
Sejalan dengan perkembangan jasmani dan rohaninya maka agama pada remaja turut dipengaruhi perkembangn itu. Penghayatan pada remaja terhadap ajaran agama dan tindak keagamaan yang tampak pada para remaja banyak berkaitan dengan factor – factor perkembangan tersebut.
Maka dari itu penulis ingin membahas lebih lanjut lagi mengenai masa remaja ini, dengan batas bahasan meliputi apa pengertian dari remaja, bagaimana psikologi remaja dan bagaimana perkembangan jiwa keagamaan para remaja itu sendiri. Dengan harapan supaya bias menambah pengetahuan mengenai hal ini.

Judul
Upaya Meningkatkan Prestasi Kalimat Thayyibah Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak Dengan Menerapkan Metode Pembelajaran Joyfull Learning Pada Siswa Kelas I  Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU Sunyalangu Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran  2014/2015       

A.      Latar Belakang
Mata pelajaran Aqidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah adalah salah satu mata pelajaran PAI yang berisi tentang pelajaran yang dapat mengarahkan kepada pencapaian kemampuan dasar peserta didik untuk dapat memahami rukun iman dengan sederhana serta pengamalan dan pembiasaan berakhlak Islami secara sederhana pula, untuk dapat dijadikan perilaku dalam kehidupan sehari-hari serta sebagai bekal untuk jenjang pendidikan berikutnya (SKL SK & KD : 2014 : 3)
Mengenal dan meyakini rukun iman dari iman kepada Allah sampai iman kepada Qadha dan Qadar melalui pembiasaan dalam mengucapkan kalimat-kalimat thayyibah, pengenalan, pemahaman sederhana, dan penghayatan terhadap rukun iman dan al-Asma’ al-Husna, serta pembiasaan dalam pengamalan akhlak terpuji & adab Islami dan menjauhi akhlak tercela dalam perilaku sehari-hari.     
Akidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang mempelajari tentang rukun iman yang dikaitkan dengan pengenalan dan penghayatan terhadap al-asma’ al-husna, serta penciptaan suasana keteladanan dan pembiasaan dalam mengamalkan akhlak terpuji dan adab Islami melalui pemberian contoh-contoh perilaku dan cara mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Secara substansial mata pelajaran Aqidah-Akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan al-akhlaqul karimah dan adab Islami dalam kehidupan sehari-hari sebagai manifestasi dari keimanannya kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, hari akhir, serta Qadla dan Qadar.
Salah satu kompetensi dasar mata pelajaran Akidah Akhlak Kelas I di tingkat MI adalah  memahami kalimat thayyibah. Di antara faktor yang mendukung pemahaman yang terkait dengan kalimat thayyibah tersebut, langkah awal yang dilakukan adalah siswa dapat menghafal kalimat thayyibah. Namun, kenyataan di lapangan tidak demikian. Banyak siswa kelas I yang tidak hafal terhadap kalimat thayyibah apalagi kompeten dalam memahami kalimat thayyibah. Siswa kurang berminat memahami kalimat thayyibah hanya dengan metode ceramah saja apalagi disuruh menghafal tanpa dilagukan. Hal itu dianggap sulit dan memerlukan waktu cukup lama. Dengan demikian, masalah penguasaan terhadap kompetens pemahaman kalimat thayyibah menjadi masalah pendidikan dan pembelajaran Akidah Akhlak kelas I Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU Sunyalangu yang bersifat penting dan mendesak untuk segera dipecahkan.
Memahami kalimat thayyibah yang dimaksud dalam Kompetensi Dasar ini adalah menghafal macam-macam kalimat thayyibah. Macam-macam kalimat thayyibah tersebut menjadi penting untuk dihafal dikarenakan sebagaian besar siswa kelas I belum mampu mengingat macam-macam kalimat thayyibah tersebut, padahal dalam Standar Kompetensinya Siswa dituntut untuk mampu meningkatkan pemahaman terhadap kalimat thayyibah tersebut. Dengan demikian,  kemampuan siswa memahami kalimat thayyibah melalui metode bernyanyi akan mampu meningkatkan pemahaman mereka terhadap kalimat thayyibah. Untuk itulah pentingnya menghafal macam-macam kalimat thayyibah melalui metode bernyanyi (cipta lagu).
Selama ini, kemampuan siswa terhadap kompetensi pemahaman terhadap kalimat thayyibah  tergolong rendah. Dari 21 siswa yang berada di kelas I, hanya 45 % (siswa) saja yang memiliki ketuntasan nilai pada ulangan harian tentang pemahaman kalimat thayyibah. Rendahnya nilai tersebut diakibatkan oleh sulitnya menghafal macam-macam kalimat thayyibah tersebut. Dari wawancara yang dilakukan kepada beberapa siswa, diketahui bahwa mereka merasa kesulitan menghafal macam-macam kalimat thayyibah apalagi dengan menghafal urutannya. ditambah metode guru dalam pembelajaran selama ini masih terbatas pada metode ceramah, tanya jawab dan penugasan. Penggunaan metode bernyanyi (joyful learning) yang sesuai dengan usia anak belum dilakukan.
Dunia anak identik dengan dunia bermain, bercerita, dan menyanyi. Karena itulah, upaya pembelajaran yang sesuai dengan minat dan usia anak perlu terus menerus diujicobakan sehingga belajar menjadi menyenangkan dan mengasyikkan. Siswa akan merasa nyaman dan senang untuk belajar (joyfull learning). Pembelajaran yang memiliki karakteristik seperti inilah yang digalakkan dalam pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM).
Lagu – lagu yang bernuansa islami  memang sering terdengar, namun yang terkait dengan macam-macam kalimat thayyibah khususnya pada Kompetensi Dasar pemahaman tentang kalimat thayyibah masih belum banyak kalau boleh dikatakan belum pernah ada, sekaligus merupakan upaya  mengenalkan macam-macam kalimat thayyibah yang wajib diketahui kepada anak sedini mungkin. Sehingga anak-anak diharapkan mau melaksanakan ajaran-ajarannya dalam kehidupan sehari-hari. Selama ini pelajaran yang terkait dengan kalimat thayyibah terasa menjemukan karena berhubungan dengan pengamalan kehidupan sehari-hari yang sulit dimengerti siswa.
Kalimat-kalimat thayyibah ini bukan tanpa arti, melainkan memiliki arti yang tajam maknanya. Ini dapat terjadi andai kita tahu kapan kalimat-kalimat ini harus kita ucapkan. Dengan selalu mengucapkan kalimat-kalimat yang baik dan dapat menempatkannya sesuai keadaan yang dihadapi maka kita sudah termasuk hamba-Nya yang bersyukur atas nikmat apapun yang telah Allah SWT berikan kepada kita.
Dalam kehidupan sehari-hari hendaknya kita senantiasa mengingat Allah SWT dengan berdzikir serta memuji-Nya dengan kalimat-kalimat thayyibah. Namun banyak terjadi pada kehidupan kita, jarang sekali kita mengucapkan kalimat-kalimat ini. AIlah SWT merupakan satu-satunya Tuhan yang wajib disembah, dipuja, ditakuti, dan dicintai terutama oleh kita sebagai Umat Islam. Ketika kita membaca kalimat-kalimat ini, maka resapkanlah ke dalam hati setelah kita meresapkannya, berarti kita telah mengumandangkan kemerdekaan sebagai seorang hamba, lepas dari perbudakan terhadap setan dan hawa nafsu. Kita beribadah hanya kepada Allah semata.
Penanaman al-akhlak al-karimah terutama dalam pengamalan kalimat thayyibah ini sangat penting untuk dipraktikkan dan dibiasakan sejak dini oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam rangka mengantisipasi dampak negatif dari era globalisasi dan krisis multidimensional yang melanda bangsa dan Negara Indonesia.
Akhlak merupakan tujuan akhir diturunkannya Islam, tujuan Islam diturunkan ialah agar manusia  berperilaku baik (berakhlak) bukan hanya untuk menjadikan manusia sebagai ahli ibadah yang mereka tidak mengenal kehidupan sosial disekitarnya (Wahid Ahmadi, 2004: 39-40).
 Mengingat begitu pentingnya dan begitu perhatiannya Islam terhadap akhlak, sudah seharusnya seorang guru terlebih bagi guru “Pendidikan Agama Islam“ lebih memperhatikan pembelajaran aqidah akhlak terhadap peserta didiknya pada kesuksesan yang disertai dengan akhlak yang baik.
Gurulah yang menjadi tumpuan tanggung jawab atas keberhasilan ilmu pendidikan di dunia pendidikan baik itu guru pendidikan umum maupun guru pendidikan Islam yang didalamnya termasuk pendidikan akhlak (Moh. Roqib, 2009: 99). Hal tersebut berarti bahwa guru tidak hanya bertanggung jawab dalam menyampaikan materi saja tetapi juga bertanggung jawab untuk mengarahkan, membina sekaligus memberikan contoh yang baik bagi peserta didiknya.
 Guru yang baik seharusnya mempunyai berbagai macam cara agar tanggungjawabnya bisa terlaksana dengan baik dan memperoleh hasil yang diinginkan. Keberhasilan tersebut memang tidak akan bisa lepas dari adanya pengaruh penggunaan metode yang diterapkan oleh seorang guru (Armai Arief, 2002: 40). Penerapan metode pembelajaran yang baik akan menunjang keberhasilan suatu tujuan pembelajaran secara lebih efektif dan efisien (Basyirudin Usman, 2002: 4-5). Oleh karena itu seorang guru hendaknya tidak mengajar hanya dengan satu metode itu-itu saja agar peserta didik tidak merasa bosan dan peserta didik bisa tertarik untuk mengikuti apa-apa yang disampaikan oleh guru sehingga mereka bisa bertambah pengetahuannya.
 Kenyataan itu menuntut kreativitas guru untuk menangani pembelajaran secara profesional dalam rangka membangun sikap positif anak terhadap pelajaran tentang pemahaman kalimat thayyibah. Harapannya, siswa menjadi suka dengan materi tentang pemahaman kalimat thayyibah dan berimplikasi pada kesenangan untuk mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pencerahan pembelajaran tentang pemahaman kalimat thayyibah untuk anak tergantung pada profesionalisme guru serta metode yang digunakan. Untuk itu, guru dituntut memahami karakteristik anak didiknya dan memiliki ketrampilan khusus dalam mengajar sesuai dengan bidang keahliannya. Di antaranya adalah keterampilan dalam memilih materi dan menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakter siswa, sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dalam situasi yang menarik dan menyenangkan. Dengan demikian, tanpa disadari anak diharapkan akan memperoleh apa yang menjadi tujuan dari pembelajaran tersebut. Di antara metode yang menarik dan menyenangkan bagi anak-anak adalah menyanyi (mencipta lagu).
Senada dengan hal tersebut Imam Ghazali pernah mengatakan sebagaimana dikutip oleh Arifin bahwa agar seorang guru memperoleh kesuksesan dalam tugasnya sebaiknya seorang guru bisa menerapkan metode yang tepat dalam pembelajaran (1993: 101), oleh sebab itu penerapan metode dalam setiap pembelajaran termasuk pembelajaran aqidah akhlak sangat diperlukan guna menunjang keberhasilan dalam pembelajaran aqidah akhlak itu sendiri.
Penerapan Metode dalam pembelajaran akhlak memang penting dilakukan untuk bisa membawa kemajuan dalam segala hal, secara fungsional dapat merealisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam pembelajaran akhlak (Armai Arief, 2002: 40). Jika pembelajaran aqidah akhlak bisa berhasil tentu peserta didik akan terbentuk menjadi anak yang bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
Penerapan metode pembelajaran akhlak juga diharapkan bisa membentuk pribadi-pribadi muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah dan Rasul-Nya, hormat kepada Ibu Bapak dan sayang kepada semua makhluk Tuhan (Abuddin Nata, 2009: 157). Apabila peserta didik sebagai generasi penerus bangsa sudah bisa dididik untuk menjadi anak yang berakhlak maka kelak para penerus bangsa ini adalah mereka anak-anak yang dapat menegakan kebaikan dalam segala hal,  dan setidaknya bangsa ini tidak akan ada lagi krisis moral yang bisa menghambat kemajuan bangsa.
Ahmad Sulaiman mengatakan sebagaimana dikutip oleh Abu Amr Ahmad Sulaiman bahwa metode Pendidikan Agama Islam pada anak usia dini merupakan pondasi dalam pembangunan pendidikan islam (2005: xi). Oleh karena itu metode dalam pendidikan islam termasuk metode dalam pembelajaran aqidah akhlak sangat tepat bila diterapkan pada peserta didik khususnya di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU Sunyalangu Kecamatan Karanglewas
Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU Sunyalangu adalah sekolah dasar berbasis Islam yang di dalamnya terdapat mata pelajaran Aqidah Akhlak. Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU Sunyalangu merupakan salah satu lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan Kementrian Agama Kabupaten Banyumas yang menyelenggarakan pembelajaran aqidah akhlak yang menjadi salah satu ciri khusus dari sekolah yang berciri khas Pendidikan Agama Islam. Dengan adanya pembelajaran aqidah akhlak ini, diharapkan para siswa di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU Sunyalangu dapat memahami dan melaksanakan pembelajaran aqidah akhlak dengan baik dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu, Penelitian Tindakan Kelas  tentang Upaya Meningkatkan Pemahaman Kalimat Thayyibah Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak Dengan Menerapkan Metode Pembelajaran Joyfull Learning Pada Siswa Kelas I  Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU Sunyalangu Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran  2014/2015 ini dilaksanakan.
B.       Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan umum penelitian tindakan kelas ini adalah bagaimanakah upaya meningkatkan kemampuan memahami kalimat thayyibah pada mata pelajaran akidah akhlak dengan menerapkan metode pembelajaran joyfull learning pada siswa kelas I  Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU Sunyalangu Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran  2014/2015
Adapun fokus masalah dalam penelitian ini secara khusus adalah sebagai berikut:
1.    Bagaimanakah proses peningkatkan kemampuan memahami kalimat thayyibah pada mata pelajaran akidah akhlak pada siswa kelas I  Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU Sunyalangu Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas dengan menerapkan metode pembelajaran joyfull learning ?
  1. Bagaimanakah hasil peningkatkan kemampuan memahami kalimat thayyibah pada mata pelajaran akidah akhlak pada siswa kelas I  Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU Sunyalangu Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas dengan menerapkan metode pembelajaran joyfull learning ?      
C.      Tujuan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini secara umum bertujuan untuk mendapatkan deskripsi objektif tentang peningkatkan kemampuan memahami kalimat thayyibah pada mata pelajaran akidah akhlak pada siswa kelas I  Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU Sunyalangu Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas dengan menerapkan metode pembelajaran joyfull learning.        
Adapun tujuan penelitian secara khusus adalah mendapatkan gambaran objektif tentang dua hal berikut:
  1. Proses peningkatkan kemampuan memahami kalimat thayyibah pada mata pelajaran akidah akhlak pada siswa kelas I  Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU Sunyalangu Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas dengan menerapkan metode pembelajaran joyfull learning
  2. Hasil peningkatan kemampuan memahami pemahaman kalimat thayyibah pada mata pelajaran akidah akhlak pada siswa kelas I  Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU Sunyalangu Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas dengan menerapkan metode pembelajaran joyfull learning
            Proses penelitian ini dikatakan berhasil jika 80% siswa dapat menghafal macam-macam kalimat thayyibah melalui metode bernyanyi (joyfull learning). Hasil penelitian ini dikatakan berhasil jika 80% dari siswa yang diberi perlakuan mengalami peningkatan dalam hal ketuntasan belajar (dengan nilai minimal 75).



D.      Manfaat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini bermanfaat, baik bagi guru, siswa, maupun pihak-pihak lain yang terkait. Bagi guru Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU Sunyalangu Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas, penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan kompetensinya dalam mengatasi masalah pembelajaran yang berkaitan dengan pembelajaran tentang pemahaman kalimat thayyibah. Bagi siswa kelas I Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU Sunyalangu Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas agar mampu memahami dan memperoleh hasil sesuai KKM yang ditetapkan yaitu 75.
Disamping itu, penelitian ini bermanfaat karena proses belajar keseharian siswa di kelas menjadi tambah menyenangkan dengan membuat dan menyanyikan lagu sesuai dengan materi pelajaran. Pembelajaran yang dilakukan dengan menyenangkan merupakan faktor penting memperoleh ilmu secara alamiah. Anak akan belajar sambil bernyanyi dan menyanyi sambil belajar. Metode menyanyi ini juga mendorong siswa untuk berlomba berbuat yang terbaik di dalam kelas, memotivasi mereka untuk aktif dan kreatif dalam rangka meningkatkan kompetensinya karena pembelajaran dilakukan dengan menyenangkan. Para siswa akan termotivasi untuk belajar karena mereka juga tertuntut untuk bertanggung jawab terhadap suksesnya pembelajaran.
Bagi pihak-pihak terkait, misalnya lembaga sekolah, penelitian ini penting dilakukan karena dapat meningkatkan kualitas pembelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU Sunyalangu Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas. Penelitian ini juga mendorong bagi guru mata pelajaran lain untuk memperlakukan siswa dengan kegiatan serupa sehingga kualitas pembelajaran akan meningkat pula.



E.       Tinjauan Pustaka
1.         Kalimat Thayyibah
a.      Pengertian kalimat thayyibah
Secara umum Kalimat Thayyibah berarti semua perkataan atau ucapan yang diridhai oleh Allah dan pengucapannya mengingatkan kepada keagungan Allah SWT ( Depag RI : 2009 : 92)
Kalimat thayyibah atau sering dikenal dengan perkataan-perkataan baik akan menghantarkan dan menemani usaha-usaha baik yang dilakukan untuk mendapatkan yang diinginkan. Selain sebagai doa, kalimat thayyibah adalah ungkapan dzikir yang akan selalu mengingat pembacanya kepada Allah Sang Pencipta yang harus disembah dan diminta serta menolak bentuk-bentuk ketuhanan yang lain. Oleh karena itu, kalimat-kalimat thayyibah harus sering diucapkan dengan sepenuh hati sehingga kehadiran Allah akan selalu dirasakan. Dengan demikian akan terbentuk manusia bebas dan terjaga dari bisikan syetan dan egonya sendiri untuk melakukan hal-hal yang tidak diridhai Allah SWT.
Secara bahasa kalimat thayyibah berarti perkataan yang baik. Dalam syariat Islam kalimat thayyibah didevinisikan sebagai ucapan yang mengandung kebenaran dan segala ucapan lainnya yang mengandung seruan kebajikan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain, serta mengandung perbuatan ma’ruf dan pencegahan dari perbuatan mungkar (Mahrus : 2009 :95)
Khusus berkenaan dengan kalimat thayyibah, kalimat ini ditemukan dalam Al-Qur’an Surat Ibrahim ayat 24-25 yang berbunyi :


Artinya : Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada Setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.
Menurut Ibn Abbas : kalimat thayyibah pada ayat di atas  adalah untuk mengingatkan seseorang untuk senantiasa mengucapkan kalimat tersebut dengan segenap penghayatan hati supaya keimanan akan keesaan Allah tertanam kuat tidak tergoyahkan dalam hati dan jiwa.
Kalimat thayyibah yang diucapkan dengan penuh penghayatan juga akan produktif membuahkan hasil yang baik, bermanfaat dan terpuji. Orang yang biasa mengingat Alloh dengan dzikir tahlil akan berguna bagi orang sekitar dan lingkungannya. Dia bisa memberi keteduhan yang menyejukkan dan mententramkan, menjadi penopang dan sandaran yang kokoh.
Perlu diketahui, ucapan yang baik, sangat dipengaruhi oleh pribadi dan keimanan kita. Dalam hal ini, hati sangat mendominasi. Kalau hati kita baik, maka yang keluar dari lisan kita, tindak tanduk kita adalah sesuatu yang baik. Juga sebaliknya, kalau hati kita dipenuhi dengan hasad dan kedengkian atau segala macam yang mengotori hati, maka yang keluar adalah kata-kata dan tindak tanduk maksiat. Ketika kalimat yang baik diucapkan, yang mendengarnya pun akan senang. Dakwah Rasulullah tidak akan sampai kepada umat hingga di zaman sekarang ini jika tidak menggunakan kalimat yang baik dengan hikmah.
Zat yang paling suci di alam semesta ini hanyalah Allah, maka sesuai dengan artinya, kalimat ini mengandung makna penyucian nama dan Zat Allah. Nama Allah harus tetap suci dari segala bentuk kemusyrikan dan kekurangan. Karena Allah-lah pemilik segala kesempurnaan. Semua yang ada di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah, memuji kebesaran Allah, Firman Allah:
                                                                                            

 
Artinya: Senantiasa bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Raja, yang Maha Suci, yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(Q.S. Al-Jumu'ah: 1)
b.      Ragam kalimat thayyibah
Menurut Mahrus (2009 : 102) mengungkapkan bahwa ragam kalimat thayyibah adalah sebagai berikut :
1.      Takbir (اکبر الله)
Kalimat Allah Akbar (Allah Maha Besar) lebih dikenal dengan bacaan takbir. Kalimat ini mempunyai arti yang sangat agung sebagaimana arti bahasanya. Keagungan makna itu tercermin dalam kedua kata, Allah dan Akbar. Allah adalah Dzat Yang Maha Ada. Keberadaan-Nya tidak tergantung dan menjadi sumber adanya yang lain. Kata Akbar sendiri adalah bentuk superlatif kata kabir (besar) yang menjadi salah satu Husna Asma’ul (nama-nama indah Allah).
Kalimat takbir yang artinya, “Allah Maha Besar” mengandung arti ungkapan penetapan akan keagungan atau kebesaran Allah SWT. dan tidak ada yang melebihi kebesaran-Nya. Kalimat ini diucapkan tatkala kagum akan sesuatu dan untuk mengakui kekuasaan Allah SWT. yang tanpa batas, tidak ada yang mampu mengalahkan-Nya. Merasa diri kecil, tidak ada apa-apanya, tidak punya kuasa apapun dibandingkan kebesaran Allah SWT.
2.      Tahmid/ hamdalah    
Hamdalah adalah ungkapan rasa syukur dan terima kasih kepada Allah. Sesungguhnya pancaran perasaan syukur adalah energi kehidupan yang sangat besar bagi manusia. Dengan mengucapkan kalimat ini setiap selesai melakukan satu pekerjaan, manusia seakan menguatkan keyakinannya bahwa tak akan pernah terjadi sesuatupun tanpa campur tangan Allah.
Kalimat Tahmid/hamdalah yang artinya “Segala puji hanya milik Allah, Tuhan semesta alam” diucapkan setiap mengakhiri suatu perbuatan atau setiap mendapatkan anugerah dari Allah SWT. Allah SWT. menjanjikan dua hal bagi orang yang mendapat nikmat dengan penambahan dan penyiksaan bagi yang tidak bersyukur “Jika kamu bersyukur maka Aku akan tambah nikmat kamu tetapi jika kamu kufur maka azabku amatlah pedih” (QS Ibrahim 7).
Rosulullah saw, bersabda: “Apabila kamu ucapkan,
‘Alhamdulillahi robbil alamin’, berarti engkau telah bersyukur kepada Allah, dan Dia niscaya akan menambahkan nikmat-Nya kepadamu.”
Bacaan hamdalah atau tahmid diucapkan setiap mengakhiri pekerjaan atau setiap mendapatkan anugerah dari Allah Swt. Bacaan hamdalah ini dimaksudkan sebagai rasa syukur kepada Allah Swt. Sungguh, penting bagi kita untuk bersyukur kepada Allah Swt. agar semakin ditambah nikmat yang diberikan kepada kita.
3.     Istighfar (استغفر الله العظيم )
Kalimat istighfar yang artinya, “Saya memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung” dimaksudkan sebagai ungkapan memohon ampun kepada Allah SWT. Sungguh, setiap dari kita tidak ada yang terlepas dari dosa sama sekali, baik dosa besar maupun kecil. Oleh karena itu, hendaknya kita sering berdzikir kepada Allah Swt. dengan bacaan istighfar.
Istighfar merupakan kalimat thayyibah yang berfungsi untuk permintaan maaf dan permohonan ampun kepada Allah SWT. Segala bentuk kesalahan dan dosa diampuni oleh Allah kecuali syirik, menyekutukan Allah dengan yang lain dan dosa antar manusia sampai orang yang disalahi memberikan maaf dan merelakannya.
Sungguh Maha Suci Allah Yang Maha Sempurna. Setelah Dia menciptakan manusia sebagai makhluk hidup yang secara sunnatullah bisa berbuat khilaf, sekaligus Dia menyediakan 'obat' bagi kekhilafan tersebut. Bagi mereka yang pandai meminum obat ini, maka mereka tak akan terserang penyakit hati yang lebih serius. Allah Maha Pengampun, terutama bagi siapapun yang segera bertaubat dan sadar setelah berbuat kekhilafan. Umat Islam harus membasahkan bibir mereka dengan Istighfar ini, sehingga noda-noda dosa yang sempat menempel sedikit demi sedikit setiap hari tidak segera menompok menjadi noktah hitam yang tebal. Semakin banyak noda-noda ini, akan menjadi semakin sulit untuk menghilangkannya. Maka benarlah bahawa kebanyakan kesalahan besar bermula dari kekeliruan-kekeliruan kecil yang tidak dibenarkan. Sayangnya, seringkali manusia terlambat menyedari kekhilafannya itu. Untuk menghindari kelambatan taubat, maka dianjurkan untuk istiqamah mengucapkan zikir ini setiap hari, terutama setelah shalat, walau dirasakan tak ada kesalahan yang diperbuat. Rasulullah SAW. sendiri, yang sudah dijamin ma'sum, (terpelihara dari dosa), dalam sehari mengucap Istighfar sekurang-kurangnya 70 kali.
4.      Istinsya ( اللّهُ  ء  شَآ نْ  اِ)
Kalimat Insya Allah yang artinya, “Jika Allah menghendakidiucapkan ketika seseorang berniat hendak melakukan sesuatu di masa yang akan datang. Zikir ini akan mengingatkan kita, bahwa kehendak Allah SWT. adalah di atas segalanya. Tak seorangpun mengetahui apa yang akan terjadi detik setelah ini. Itu sebabnya, tak akan pernah ada janji yang dapat dipenuhi secara pasti oleh manusia, kecuali dengan menambahkan kalimat, Insya Allah.
Sayangnya, banyak orang mempergunakan kalimat ini secara keliru, hingga berkembang anggapan bahwa kalimat mulia ini diucapkan sebagai kelonggaran untuk tidak menepati janji. Perbuatan umum ini banyak menggejala dalam sebagian masyarakat, sehingga membuat banyak orang dapat memandang negatif kalimat ini. Sudah menjadi tanggung jawab kita bersama, Kaum Muslimin, untuk meluruskan pandangan ini. Dimulai dengan diri kita sendiri. Mari kita buktikan bahwa ucapan Insya Allah bukan berarti niat untuk melanggar, akan tetapi sebagai ikatan janji yang sudah pasti akan ditepati secara logika manusia, disertai tawakkal kepada Allah SWT.
Istinsya termasuk kalimat thayyibah yang sering terdengar di lingkungan orang-orang muslim. Insya Allah diucapkan saat seseorang ingin melakukan sesuatu atau berjanji atau berniat hendak melakukan sesuatu di masa yang akan datang. Allah Maha Berkehendak dan kehendak-Nya tidak bisa dihalangi oleh siapa-pun. Orang-orang Muslim dianjurkan untuk membiasakan diri untuk mengucapkan kalimat Insya Allah dalam setiap pembuatan janji dan rencana.
5.  Hauqalah (لاَ هَوْلَ وَلاَ قُوَّتَ اِلاَّبِاللّهِ)
Arti kalimat hauqalah adalah tidak ada upaya dan daya kecuali dengan bantuan Allah. Dia adalah sumber kekuatan dan daya segala sesuatu dimuka bumi ini. Dengan kalimat ini, orang yang mengucap- kan akan merasa memiliki kekuatan lebih untuk melakukan sesuatu yang berat dan sikap rendah hati, dia tidak menyombongkan kesukses-an usahanya karena usaha yang dikerahkannya bukanlah murni dari dirinya melainkan Allah
Kalimat Hauqalah adalah ucapan zikir yang merupakan pengakuan terhadap kefanaan manusia dan kekuasaan Allah SWT. ini diucapkan ketika seseorang mengambil keputusan (berazam). Kalimat Thayyibah ini adalah pancaran dari sikap tawakal seseorang. Setelah dipertimbangkan dengan sewajarnya dan keputusan diambil, kita hendaklah bertawakkal kepada Allah SWT., yang dinyatakan dalam sikap menerima resiko apapun yang akan terjadi nanti akibat keputusan tersebut.




6.      Tasbih
Kalimat “Subhanallah” dikenal dengan nama bacaan tasbih. Kalimat tasbih sangat erat hubungannya dengan kalimat tauhid karena kalimat yang pertama berfungsi memurnikan segala bentuk sangkaan atau anggapan tentang Allah yang Maha Esa dari kalimat yang ke dua.
Kalimat Tasbih yang artinya, “Maha Suci Allah” dimaksudkan untuk mengakui kesucian Allah SWT. dari segala hal yang tidak layak bagi-Nya. Bacaan tasbih ini juga untuk mengakui bahwa Allah SWT. suci dari segala kekurangan. Kalimat Tasbih juga sering kali diucapkan ketika kita melihat sesuatu yang luar biasa yang Allah ciptakan.
Kegunaan Bacaan Tasbih adalah:
a.         Mengakui kesucian Allah SWT. yang terbebas dari segala hal yang dipersekutukan oleh kaum kafir.
b.        Sebagai pengingkaran terhadap sifat-sifat buruk yang dituduhkan oleh orang-orang kafir.
c.  Menyatakan keaguman terhadap ciptaan Allah SWT. dan terhadap apa yang ditetapkan Allah SWT. 
   d.  Menyatakan rasa syukur dengan mengagungkan nama Allah SWT.
7.      Tarji’/ Istirja’
Kalimat ini berarti “Sesungguhnya kita dari Allah dan kepada-Nya kita kembali. Orang yang mengucapkan kalimat ini dengan segenap hati akan diselimuti rasa tenang, sabar, dan tidak mudah stress untuk menghadapi berbagai persoalan hidup, kerja dan belajar. Kalimat ini juga bisa menenangkan hati orang-orang yang gundah-gulana ketika kehilangan sesuatu dan membuat hati tabah menerima segala bentuk cobaan dan musibah.
Kalimat Tarji’/ Istirja’ diucapkan ketika kita mendapat musibah. Kalimat ini biasa diucapkan saat ada di antara keluarga, teman, kerabat, tetangga, maupun orang lain meninggal dunia, dapat juga diucapkan ketika kita terkena halangan atau rintangan. Dengan mengucapkan kalimah tarji’ berarti kita telah bersabar dan ikhlas dengan apa yang telah ditentukan Allah.
2.    Aqidah Akhlak
a.    Pengertian
Menurut Hasan al- Banna : Aqidah adalah beberapa perkara yang diyakini kebenarannya oleh hati(mu), mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikit pun dengan keragu raguan. ( Yunahar Ilyas : 2009 : 1). Berdasarkan pengertian di atas dapat dirumuskan bahwa aqidah adalah dasar-dasar pokok kepercayaan atau keyakinan hati seorang muslim yang bersumber dari ajaran Islam yang wajib dipegangi oleh setiap muslim sebagai sumber keyakinan yang mengikat. Jadi pada dasarnya  aspek Aqidah adalah menekankan pada kemampuan memahami dan mempertahankan keyakinan/keimanan yang benar serta menghayati dan mengamalkan nilai-nilai al-asma’ al-husna.
Sedangkan Akhlak adalah istilah yang berasal dari bahasa Arab yang diartikan tingkah laku, perangai tabi’at, watak, moral atau budi pekerti. Kepribadian yang dimiliki seseorang akan berpengaruh terhadap akhlak orang tersebut ketika berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari dimanapun ia berada ( Sjarkawi : 2008: 34 ).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, akhlak dapat diartikan budi pekerti, kelakuan. Jadi, akhlak merupakan sikap yang telah melekat pada diri seseorang dan secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan. Jika tindakan spontan itu baik menurut pandangan akal dan agama, maka disebut akhlak yang baik atau akhlaqul karimah, atau akhlak mahmudah. Akan tetapi apabila tindakan spontan itu berupa perbuatan-perbuatan yang jelek, maka disebut akhlak tercela atau akhlakul madzmumah.
Jadi  aspek Akhlak menekankan pada pembiasaan dan perilaku yang memancarkan akhlak mulia atau budi pekerti luhur dan menjauhi akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. 
Al-Akhlak al-karimah ini sangat penting untuk dipraktikkan dan dibiasakan sejak dini oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam rangka mengantisipasi dampak negatif dari era globalisasi dan krisis multidimensional yang melanda bangsa dan Negara Indonesia.
Akhlak merupakan tujuan akhir diturunkannya Islam, tujuan Islam diturunkan ialah agar manusia  berperilaku baik (berakhlak) bukan hanya untuk menjadikan manusia sebagai ahli ibadah yang meraka tidak mengenal kehidupan sosial disekitarnya (Wahid Ahmadi, 2004: 39-40).
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pelajaran aqidah akhlak adalah pelajaran yang dapat mengarahkan kepada pencapaian kemampuan dasar peserta didik untuk dapat memahami rukun iman dengan sederhana serta pengamalan dan pembiasaan berakhlak Islami secara sederhana pula, untuk dapat dijadikan perilaku dalam kehidupan sehari-hari serta sebagai bekal untuk jenjang pendidikan berikutnya.

b. Tujuan pelajaran Aqidah Akhlak
Dalam setiap pembelajaran di lembaga manapun tujuan merupakan suatu hal pokok yang semestinya ada. Dengan adanya tujuan berarti proses pembelajaran tersebut memiliki arah dan target yang jelas akan apa yang dicapai, terlepas baik tidaknya proses yang berlangsung dalam pembelajaran tersebut.
Berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) (2014 : 1) Mata pelajaran Aqidah Akhlak bertujuan untuk:
1.    Menumbuh kembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang aqidah Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT;
2.    Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari  baik dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai aqidah Islam.
3.    Metode Bernyanyi (joyfull learning)
Menurut Everret dalam bukunya yang berjudul “A Popular Song as a Teaching Instrumentyang dikutip oleh Nyai Raudhotul Janah, Beliau berpendapat bahwa “ Pada umumnya, anak- anak memiliki karakter yang khas. Mereka senang belajar sesuatu dengan melakukan sesuatu (learning by doing), seperti belajar sambil bermain atau sebaliknya bermain sambil belajar. Dalam suasana yang alami tersebut, mereka dapat menyerap informasi dan  mengubah perilaku secara alamiah atau di bawah sadar, sehingga rasa bosan dan rasa tertekan di dalam belajar bisa dihindari, dan motivasi untuk mengikuti kegiatan belajar berikutnya tetap tinggi”.
Siswa kelas I berada dalam usia antara 6-7 tahun. Menurut teori psikologi pendidikan, anak yang berada dalam usia ini termasuk dalam kategori concrete operational. Pada tahap ini,  anak memerlukan banyak ilustrasi, model, gambar dan kegiatan-kegiatan lain, maka metode bernyanyi merupakan salah satu alternatif untuk memecahkan masalah yang sedang berlangsung.     
Metode bernyanyi (joyfull learning), sesuai dengan  teori PAKEM (pembelajaran aktif kreatif efektif dan menyenangkan) yang digalakkan penerapannya pada kurikulum berbasis kompetensi. Teori PAKEM ini seiring pula dengan pemberlakuan  quantum teaching and learning, yaitu pembelajaran yang dilakukan dengan suasana yang menyenangkan. Pembelajaran quantum berpegang pada semboyan  bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka”. Seorang guru hendaknya memasuki dunia murid (bernyanyi) terlebih dahulu untuk memudahkan guru memasukkan pengetahuan dalam benak mereka. Menurut   DePorter, dkk. Dalam bukunya yang berjudul “Quantum Teachingyang dikutip pula oleh Nyai Raudhotul Janah.
Dunia anak identik dengan dunia bermain, bercerita, dan menyanyi. Oleh sebab itulah, para guru terus melakukan usaha untuk menemukan metode pengajaran yang cocok untuk kelompok umur tertentu dan mengusahakan agar pengalaman belajar menjadi pengalaman yang mengasyikan.
  



F.       Metode Penelitian
1.    Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Istilah Penelitian Tindakan Kelas berasal dari barat yang dikenal dengan istilah Classroom Action Research (CAR)(Supardi : 2008 : 2). Menurut McNiff (1992:1) dalam bukunya yang berjudul Action Research Principles and Practice yang dikutip oleh Supardi “ memandang PTK sebagai bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh pendidik sendiri terhadap kurikulum, pengembangan sekolah, meningkatkan prestasi belajar, pengembangan keahlian mengajar dan sebagainya”.
Ada tiga kata yang membentuk pengertian tersebut yaitu Penelitian, Tindakan, Kelas. Maka dari keterangan tersebut dapat diterangkan sebagai berikut:
Ø  Penelitian adalah suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
Ø  Tindakan adalah sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu.
Ø  Kelas adalah terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik
Dengan menggabungkan pengertian tiga kata inti dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama
2.    Tempat Dan Waktu Penelitian
Tempat yang digunakan untuk penelitian adalah Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU Sunyalangu yang beralamat di Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas sedangkan waktu penelitian adalah semester genap tahun ajaran 2014/ 2015.
3.      Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU Sunyalangu Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas  kelas I yang berjumlah 21 siswa, yaitu 8 siswa laki-laki dan 13 siswi perempuan. Penelitian ini terdiri atas dua siklus yang masing-masing terdiri atas 4 tahapan, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi. Hasil refleksi siklus I dijadikan pijakan untuk pelaksanaan siklus II. Artinya, pelaksanaan tindakan pada siklus I didasarkan pada proses peningkatan pemahaman kalimat thayyibah melalui hasil cipta lagu dan menyanyikan lagu di depan kelas. Sedangkan pada siklus II didasarkan pada hasil uji kompetensi melalui tes tulis tentang pemahaman kalimat thayyibah dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU Sunyalangu Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas secara lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

-          Abuddin Nata, 2009. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
-          Armai Arief, 2002. Pengantar ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers.
-          Basyirudin Usman, 2005. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat Pers.
-          H. M. Arifin, 1993. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara.
-          Moh Roqib, Nurfuadi. 2009. Kepribadian Guru. Yogyakarta: Grafindo Litera Media.
-          Wahid Ahmadi, 2004. Risalah Akhlak Panduan prilaku Muslim Moderen. Solo: Era Inter Media.
-          Sjarkawi, 2008. Pembentukan Kepribadian Anak. Jakarta: PT Bumi Aksara.
-           Yunahar Ilyas, 2009. Kuliah Aqidah Islam. Yogyakarta: LPPI UMY.
-          Supardi, 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.
-          Makrus, 2009. Aqidah. Jakarta Pusat: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI
-          Mohamad Taufiq, Qur’an in Word Ver 1.3. http://www.geocities.com /mtaufiq.rm/quran.html
-        Nyai Roudhotul Janah, 2013. Metode Bernyanyi (Joyfull Learning), (online) diakses di http://nyairaodatuljanah.blogspot.com/2013/01/my-ptk.html/ pada tanggal 2 Mei 2015


emaja adalah masa transisi dari periode anak ke dewasa. Secara psikologis kedewasaan adalah keadaan dimana sudah ada ciri – ciri psikologis tertentu pada seseorang. Dalam pembagian tahap perkembangan manusia, masa remaja menduduki tahap progesif.
Sejalan dengan perkembangan jasmani dan rohaninya maka agama pada remaja turut dipengaruhi perkembangn itu. Penghayatan pada remaja terhadap ajaran agama dan tindak keagamaan yang tampak pada para remaja banyak berkaitan dengan factor – factor perkembangan tersebut.
Maka dari itu penulis ingin membahas lebih lanjut lagi mengenai masa remaja ini, dengan batas bahasan meliputi apa pengertian dari remaja, bagaimana psikologi remaja dan bagaimana perkembangan jiwa keagamaan para remaja itu sendiri. Dengan harapan supaya bias menambah pengetahuan mengenai hal ini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa penertian dari remaja ?
2.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar