BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Islam merupakan agama
samawi selain nasrani dan yahudi, tidak ubahnya seperti dua agama tersebut,
Islampun disampaikan oleh seorang utusan yang biasa disebut dengan Rasul.
Muhammad bin Abdullah merupakan seorang yang dipercaya oleh Allah Swt, untuk
menyampaikan risalah Islam kepada seluruh ummat manusia.
Muhammad bin Abdullah
lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal bertepatan dengan peristiwa besar dimana Raja
Abrahah bersama dengan pasukan gajahnya berusaha menyerang dan menghancurkan
Ka’bah sehingga tahun itu dinamakan dengan tahun gajah. Beliau lahir dalam keadaan yatim dari seorang Ibu bernama
Siti Aminah, setelah enam tahun, beliau ditinggal oleh Ibunya untuk
selama-lamanya dan selanjutnya beliau diasuh oleh kakeknya yang bernama Abdul
Muthalib. Setelah diasuh kakeknya, Nabi Muhammad diasuh oleh pamannya Abu
Thalib, karena kakeknya telah tiada.
Pada usia tigabelas
tahun, diajak pamannya untuk berdagang
dinegeri Syam dan inilah awal dari sejarah perjalanan perjuangan Nabi
Muhammad Saw menuju diangkatnya beliau menjadi rasul.
B.
Perumusan
Masalah
Berdasarkan later belakang
masalah diatas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan antara lain:
1.
Bagaimana
sejarah kelahiran Nabi Muhammad Saw ?
2.
Bagaimana
kehidupan Nabi Muhammad Saw sebelum diutus sebagai Rasul ?
C.
Tujuan
Penulisan
Tujuan dari penulisan
makalah ini adalah:
1.
Menambah
khasanah keilmuan.
2.
Mengenalkan
kepada generasi muda muslim khususnya tentang kehidupan dan perjuangan seorang
yang telah melahirkan perubahan besar dalam kehidupan ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kelahiran
Nabi Muhammad Saw
Muhammad bin Abdullah (محمد بن عبد الله) adalah pembawa ajaran/agama Islam, dan
diyakini oleh umat Muslim sebagai nabi dan (Rasul) yang terakhir yang
juga merupakan keturunan dari nabi Ismail as. Lahir sekitar senin 20 April 570/571 M (12 Rabi’ul
Awwal tahun Gajah), di Mekkah.
Tahun tersebut adalah tahun ketika Abrahah Al Habsyi dari negeri Habasyah yang
berusaha menghancurkan Ka’bah, juga disebut sebagai tahun Gajah. Beliau lahir
dari keturunan Bani Hasyin. Bani Hasyim merupakan keturunan Quraisy yang paling
mulia. Sedangkan Quraisy sendiri adalah kabilah Arab yang paling mulia dan
berketurunan bersih. Mereka juga memiliki kedudukan yang paling tinggi di
kalangan bangsa Arab. Rasulullah
memiliki garis keturunan yang baik dalam kabilah Quraisy.
Ayah beliau adalah Abdullah bin Abdul Muthallib
bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qushay bin Qilab bin Murroh bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr
bin Malik bin Nudlor bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin
Mudlor bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan. Ia meninggal sebelum Nabi Muhammad Saw dilahirkan. Oleh karena itu beliau dilahirkan
dalam keadaan yatim.
Muhammad
Saw, dibesarkan di kota Makkah sebagai anak yatimm karena ayahnya Abdullah
wafat di Madinah. Pada waktu itu ayahnya sedang dalam perjalanan untuk
berdagang ke Syam dan singgah di kota Madinah dalam keadaan sakit, hingga wafat
dirumah pamannya dari Bani Najjar. Ayahnya tidak meninggalkan apa-apa kecuali 5
ekor unta.
Ibu beliau adalah Aminah binti Wahb bin Abdul Manaf bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah. Setelah ibunya melahirkan,
ia mengirim beliau kepada kakeknya. Ibunya memberikan kabar gembira kepada sang
kakek dengan kelahiran cucunya. Maka kakeknya datang dengan menggendongnya.
Sang kakek memasuki Ka’bah bersama beliau. Kakeknya berdoa bagi beliau dan
menamai beliau Muhammad.
Di masa itu, orang-orang mulia suku Quraisy
mempunyai sebuah kebiasaan untuk menyerahkan anak-anak mereka kepada para ibu
susuan yang berasal dari desa (pedalaman). Agar di tahun-tahun pertama
kehidupannya sang anak hidup di udara pedalaman yang segar, sehingga badannya
menjadi kuat karenanya. Juga
kehidupan dididalamnya lebih kental akan bahasa-bahasa yang masih lembut, dan
juga sopan.
Oleh karena itu Abdul Muthallib mencari ibu
susuan bagi Muhammad Saw. Ketika itu
datanglah wanita-wanita dari bani Sa’ad di Makkah. Mereka mencari anak-anak
untuk disusui. Di antara mereka adalah Halimah As Sa’diyyah. Semua wanita itu
telah mengambil anak untuk disusui kecuali Halimah. Ia tidak menemukan selain
Muhammad. Pada mulanya ia enggan mengambil beliau dikarenakan beliau adalah
anak yatim tanpa ayah. Namun ia tidak suka kembali tanpa membawa anak susuan.
Akhirnya Halimah mengambil beliau karena tidak ada bayi selain beliau untuk
disusui.
Halimah mendapatkan banyak barokah dan terjadi hal-hal luar biasa dari Nabi Muhammad Saw selama
menyusui beliau. Nabi Muhammad
Saw menetap di
Bani Sa’ad selama 2 (dua) tahun, selama
masa penyusuan. Kemudian Halimah membawanya ke Makkah. Ia membawanya kepada ibu
beliau, Halimah meminta, agar beliau bisa tinggal bersamanya lebih lama lagi.
Muhammad Saw menghabiskan empat tahun pertama masa kanak-kanak di padang pasir,
di perkampungan Bani Saad. Oleh itu, beliautumbuh dengan jasmani yang kuat,
lidah yang fasih, jiwa yang berani, dan mampu menunggang kuda dengan baik
sekalipun berusiasangat muda. Bakat-bakatnya terasah dalam kemurnian dan
keheningan padang pasir, di bawah kilauan pancaran matahari dan udara yang
bersih.
Kemudian Rasulullah Saw mencapai usia 5 (lima) tahun. Di
usia itu terjadi peristiwa pembelahan dada beliau. Jibril datang kepada
Muhammad Saw. Ketika itu
beliau tengah bermain-main bersama anak-anak lain. Jibril mengambil beliau. Ia
mengambil jantung beliau. Ia mengeluarkan segumpal darah dari jantung tersebut.
Kemudian ia berkata: “Ini adalah bagian syaithan dari dirimu.”
Lalu ia mencucinya dalam baskom emas dengan
air zam-zam. Kemudian Jibril mengembalikan jantung itu seperti semula. Dan tiba pada kemudian hari, Halimah mengetahui kejadian ini. Ia pun mengkhawatirkan
keselamatan beliau. Sehingga ia mengembalikan beliau kepada sang ibu.
B.
Wafatnya
Ibu Nabi Muhammad Saw
Setelah dikembalikan oleh Halimah As Sa’diyyah
kepada ibunya. Ketika beliau mencapai usia 6 (enam) tahun, Aminah membawanya ke
Yatsrib. Mereka mengunjungi paman-paman beliau. Mereka adalah saudara Aminah
dari Bani An Najjar.
Aminah pergi
bersama Ummu Aiman, pengasuh Nabi Muhammad Saw. Di perjalanan
pulang dari Yatsrib, ibu beliau meninggal dalam perjalanan. Ia meninggal di suatu tempat yang disebut Al
Abwa’. Al Abwa’ berada di antara kota Makkah dan kota Madinah. Maka Ummu Aiman kembali ke Makkah bersama beliau. Kemudian
beliau diasuh oleh sang kakek Abdul Muthallib.
C.
Masa Asuhan
Nabi Muhammad Saw oleh Abdul Muthalib
Abdul Muthalib merupakan tokoh besar dan
terkemuka di kota Makkah pada waktu itu. Abdul Muthalib sangat mencintai dan
menyayangi cucunya.
Setelah 2 tahun diasuh kakeknya, dengan penuh
kasih saying dan perhatian, kemudian Abdul Muthalib wafat pada usia 140 tahun
dan Muhammad Saw, diasuh oleh Abu Thalib pamannya, yang merupakan ayah dari
Imam Ali ra.
Wafatnya Abdul Muthalib menjadi
satu kehilangan besar bagi Bani Hasyim. Dia
mempunyai keteguhan hati, berwibawa, pandangan yang bernas, bijaksana, terhormat dan berpengaruh dikalangan orang-orang Arab. Dia selalu menyediakan makanan dan minuman kepada para tamu
yang berziarah dan membantu penduduk kota Makkah yang
dalam kesusahan.
D.
Perjalanan
Nabi Muhammad Saw ke Syam
Setelah wafatnya Abdul Muthalib, beliau diasuh
oleh pamannya Abu Thalib, beranjak remaja berusia 13 tahun, Muhammad Saw
melakukan perjalanan pertamanya bersama pamannya Abu Thalib ke Syam. Disuatu tempat beliau berjumpa dengan seorang pendeta Yahudi yang
bernama Buhairah. Pendeta itu memahami adanya keistimewaan pada diri Muhammad
Saw, dan berkata pada Abu Thalib: “Sesungguhnya anak saudara ina akan
mendapatkan kedudukan yang tinggi, maka jagalah dia baik-baik”. Kemudian
pulanglah Abu Thalib bersama Muhammad Saw ke kota Makkah.
Ketika
Muhammad Saw mencapai usia 25 tahun, beliau pergi ke Syam untuk kedua kalinya
dengan membawa barang dagangan milik seorang janda kaya yang bernama Khadijah
binti Khuwailid, yang juga seorang yang ternama yang dipercayakan kepada
beliau.
Dalam
perjalanan itu, yang juga disertai dengan seorang sahaya dari Khadijah bernama
Maisaroh. Ditengah perjalanan itu, terjadi lagi hal yang aneh, beliau bertemu
dengan rahib yang bernama Nasthur, dan ia pum memahami adanya
keistimewaan-keistimewaan pada diri Muhammad Saw, sebagaimana yang telah
dilihat oleh Buhairah. Setelah selesai berdagang kembalilah mereka ke kota
Makkah.
E.
Pernikahan
Nabi Muhammad Saw dengan Khadijah binti Khuwailid
Sikap jujur
dan amanah Muhammad telah terkenal di kalangan kaumnya. Hal ini menarik minat
Khadijah untuk memberi tawaran kepada beliau agar memperniagakan harta
dagangannya melalui sebuah kafilah ke kota Busra. Ketika Muhammad telah pulang
ke Makkah, Maisaroh, hamba
Khadijah menceritakan kepadanya sikap amanah dan keikhlasan beliau. Khadijah
juga melihat keuntungan banyak yang diperoleh dari perniagaan itu. Perkara ini
menarik minat Khadijah untuk melamarnya.
Setibanya di
kota Makkah berselang 2 bualan dari perjalanan dagang itu, beliau menikah
dengan Khadijah binti Khuwailid. Setelah itu Nabi Muhammad Saw pindah kerumah
Khadijah untuk memulai lembaran baru dari kehidupannya, usia Khadijah pada
waktu itu sudah 40 tahun. Dari pernikahan itu lahir 3 orang putra yaitu Al-Qasim,
Abdullah, dan Thayyib, yang semuanya meninggal waktu kecil, serta 4 orang putri
yaitu Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, dan Fatimah.
Keempat putri mereka hidup sampai mereka besar. Yang tertua dari mereka
yaitu Zainab menikah dengan Abil Aash ibnu Rabi’ bin Abdus Syam. Ruqayyah
menikah dengan Utbah bin Abi Lahab. Sedang Ummu Kultsun menikah dengan Utaibah
bin Abi Lahab.
Ruqayyah dan Ummi Kultsum kemudian menikah lagi dengan Ustman bin Affan.
Adapun yang termuda dari keempat putrinya, yaitu Fatimah Az Zahra ra.
Menikah dengan Ali bin Abi Thalib ra.
F.
Penyelesaian
Perkara Oleh Nabi Muhammad Saw
Ketika
Muhammad Saw berusia 35 tahun, bertepatan dengan orang Quraisy yang sedang
memperbaiki Ka’bah yang terkena banjir, dan sedang membangun Ka’bah dan hendak
meletakkan Hajarul Aswad di tempatnya sebelah timur.
Mereka berselisih mengenai siapa yang meletakkan Hajarul Aswad,
sampai dari mereka berkelahi, karena kegiatan ini sangatlah mulia.
Kemudian diputuskan bahwa siapa yang lebih dulu masuk dari pintu Shafa
dialah yang akan memutuskan perkara ini.
Ternyata Muhammad Saw. yang pertama kali, maka beliau memutuskan untuk
meletakkannya diatas surbannya dan meletakkan masing-masing suku memilih
seorang wakil yang memegang ujung sorban dan mengangkatnya bersama-sama, hingga
tiba di tempatnya lalu Muhammad Saw. mengambil Hajarul Aswad dan
menaruhnya di tempatnya, maka selesailah permasalahan dengan baik tanpa
permusuhan.
G.
Bangsa Arab
Sebelum Pengangkatan Muhammad Saw. Sebagai Rasul
Keadaan bangsa
Arab pada saat sebelum pengangkatan Muhammad Saw sebagai rasul masih terjerat
dalam pusaran kebodohan, kebiadaban dan jahiliyyah. Tidak hanya itu kehidupan
masyarakat pada saat itu masih memepercayai akan berhala-berhala yang diyakini
memeliki kekuatan dan sebagai penolong dalam kehidupan, keadaan itu juga
didiringi dengan semakin bobroknya moral bangsa Arab tersebut.
Berhala-berhala
itu diberi sesembahan dan sebagai penyembahan oleh kebanyakan bangsa Arab. Dan
itu merupakan salah satu perbuatan syirik.
Selain
kesyirikan, kebiasaan jelek yang mereka lakukan adalah perjudian dan mengundi
nasib dengan 3 anak panah. Caranya
dengan menuliskan “ya”, “tidak” dan dikosongkan pada ketiga anak panah itu.
Ketika ingin bepergian misalnya, mereka mengundinya. Jika yang keluar “ya”,
mereka pergi dan jika “tidak”, tidak jadi pergi. Jika yang kosong maka diundi
lagi.
Mereka juga mempercayai berita-berita ahli nujum, peramal dan dukun,
serta menggantungkan nasib melalui burung-burung. Ketika ingin melekukan sesuatu,
mereka mengusir burung. Jika terbang ke arah kanan berarti terus, jika ke arah
kiri berarti harus diurungkan. Selain itu, mereka juga pesimis dengan
bulan-bulan tertentu. Misalnya karena pesimis dengan bulan safar, mereka
kemudian merubah aturan haji sehingga tidak mengijinkan orang luar Makkah untuk
haji kecuali dengan memakai pakaian dari mereka. Jika tidak mendapatkan, maka
melakukan thawaf dengan telanjang.
Kehidupan sosial kemasyarakatan dalam kaitannya dengan hubungan lain
jenis pun sangat rendah, khususnya di kalangan masyarakat menengah ke bawah.
Sampai-sampai pada salah satu cara pernikahan mereka, seorang wanita
menancapkan bendera di depan rumah. Ini merupakan tanda untuk mempersilahkan
bagi laki-laki siapa saja yang ingin ‘mendatanginya’. Jika sampai melahirkan,
maka semua yang pernah melakukan hubungan dikumpulkan dan diundang seorang ahli
nasab untuk menentukan siapa bapaknya, kemudian sang bapak harus menerimanya.
Tetapi ada
juga dikalangan mereka yang membenci akan berhala-berhala dan perbuatan-perbuatan jahiliyyah.Diantara mereka ada yang
mengingkari penyembahan berhala dan membenci perbuatan-perbuatan jahiliyyah.
Mereka itu
antara lain adalah Qais bin Sa’idah
Al-Ayadi orang bijaksana dan ahli pidato mereka, yang wafat sebelum pengangkatan
Muhammad Saw. Sebagai nabi. Kemudian Abu Said bin Zaid paman Umar bin Khattab
yang Wafat di Damsyik sebelum pengangkatan Muhammad Saw, sebagai nabi. Kemudian
Waraqah bin Naufal anak paman Khadijah yang bertemu dengan Muhammad Saw.
Sebelum pengangkatan, dan menguatkan dan memberitakan akan keberhasilan
dakwahnya.
Beberapa tahun
sebelum diutus sebagai Nabi, Allah Swt telah
menimbulkan rasa cinta kepadanya untuk pergi ke Gua Hira’ ( terletak di
barat laut kota Makkah).
Baginda berkhalwat di dalamnya selama sebulan untuk memikirkan tanda-tanda
kebesaran Allah dan kehebatan
kekuasaan-Nya.
Muhammad Saw. menjadi mempunyai kebiasaan yang suka menyendiri dan
merenungkan alam dan dunia. Beliau berdiam serta mengasingkan diri di Gua Hira’
yang terletak sekitar 3 mil dari kota Makkah, jauh dari kesibukan duniawi yang
memikat.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Muhammad bin Abdullah (محمد بن عبد
الله) adalah pembawa ajaran/agama Islam, dan diyakini oleh umat
Muslim sebagai nabi dan (Rasul) yang terakhir yang juga merupakan
keturunan dari nabi Ismail as. Lahir sekitar senin 20 April 570/571 M (12
Rabi’ul Awwal tahun Gajah), di kota Makkah.
Ketika kecil Muhammad Saw dititipkan dan
disusui oleh Halimah As Sa’diyah, seorang berasal dari pedalaman Arab. Ketika
beranjak besar Muhammad Saw dikembalikan kepada pelukan ibunya yaitu Aminah,
tidak berselang lama, ibunya meninggal dalam perjalanan pulang dari kota Madinah
untuk mememui saudara-saudaranya, ibunya meninggal tepat di daerah Abwa’.
Sepeninggal ibunya, Muhammad Saw diasuh oleh
kakeknya yang bernama Abdul Muthalib, dengan penuh kasih sayang. Ketika
kakeknya berusia 140 tahun, kakeknya meninggal, dan akhirnya beliau kembali
diasuh oleh pamannya sendiri yaitu Abu Thalib.
Ketika dalam asuhan pamannya, Muhammad Saw
belajar berdagang dan ikut dalam perjalanan ke Syam. Beranjak dewasa Muhammad
Saw Menikah dengan Khadijah binti Khuwailid, yang tidak lain adalah seorang
yang kaya, yang mengetahui akan sifat-sifat baik Muhammad Saw dari sahayanya
yang bernama Maisaroh.
DAFTAR PUSTAKA
Ø Alhamid, Zaid Husain, Kisah 25 Nabi Dan Rasul, (Jakarta: Pustaka
Amani, 1995).
Ø Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup
Muhammad, (Jakarta: Litera Antarnusa, 1990, cet. 12).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar