Sabtu, 19 September 2015

Kehidupan dan Perjuangan Nabi Muhammad SAW Sebelum Diutus Menjadi Nabi



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Islam merupakan agama samawi selain nasrani dan yahudi, tidak ubahnya seperti dua agama tersebut, Islampun disampaikan oleh seorang utusan yang biasa disebut dengan Rasul. Muhammad bin Abdullah merupakan seorang yang dipercaya oleh Allah Swt, untuk menyampaikan risalah Islam kepada seluruh ummat manusia.
Muhammad bin Abdullah lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal bertepatan dengan peristiwa besar dimana Raja Abrahah bersama dengan pasukan gajahnya berusaha menyerang dan menghancurkan Ka’bah sehingga tahun itu dinamakan dengan tahun gajah. Beliau lahir  dalam keadaan yatim dari seorang Ibu bernama Siti Aminah, setelah enam tahun, beliau ditinggal oleh Ibunya untuk selama-lamanya dan selanjutnya beliau diasuh oleh kakeknya yang bernama Abdul Muthalib. Setelah diasuh kakeknya, Nabi Muhammad diasuh oleh pamannya Abu Thalib, karena kakeknya telah tiada.
Pada usia tigabelas tahun, diajak pamannya untuk berdagang  dinegeri Syam dan inilah awal dari sejarah perjalanan perjuangan Nabi Muhammad Saw menuju diangkatnya beliau menjadi rasul.

B.     Perumusan Masalah
Berdasarkan later belakang masalah diatas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan antara lain:
1.      Bagaimana sejarah kelahiran Nabi Muhammad Saw ?
2.      Bagaimana kehidupan Nabi Muhammad Saw sebelum diutus sebagai Rasul ?



C.    Tujuan Penulisan
Tujuan dari  penulisan makalah ini adalah:
1.      Menambah khasanah keilmuan.
2.      Mengenalkan kepada generasi muda muslim khususnya tentang kehidupan dan perjuangan seorang yang telah melahirkan perubahan besar dalam kehidupan ini.
















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Kelahiran Nabi Muhammad Saw
Muhammad bin Abdullah (محمد بن عبد الله) adalah pembawa ajaran/agama Islam, dan diyakini oleh umat Muslim sebagai nabi dan (Rasul) yang terakhir yang juga merupakan keturunan dari nabi Ismail as. Lahir sekitar senin 20 April 570/571 M (12 Rabi’ul Awwal tahun Gajah), di Mekkah. Tahun tersebut adalah tahun ketika Abrahah Al Habsyi dari negeri Habasyah yang berusaha menghancurkan Ka’bah, juga disebut sebagai tahun Gajah. Beliau lahir dari keturunan Bani Hasyin. Bani Hasyim merupakan keturunan Quraisy yang paling mulia. Sedangkan Quraisy sendiri adalah kabilah Arab yang paling mulia dan berketurunan bersih. Mereka juga memiliki kedudukan yang paling tinggi di kalangan bangsa Arab. Rasulullah memiliki garis keturunan yang baik dalam kabilah Quraisy.
Ayah beliau adalah Abdullah bin Abdul Muthallib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qushay bin Qilab bin Murroh bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nudlor bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudlor bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan. Ia meninggal sebelum Nabi Muhammad Saw dilahirkan. Oleh karena itu beliau dilahirkan dalam keadaan yatim.
Muhammad Saw, dibesarkan di kota Makkah sebagai anak yatimm karena ayahnya Abdullah wafat di Madinah. Pada waktu itu ayahnya sedang dalam perjalanan untuk berdagang ke Syam dan singgah di kota Madinah dalam keadaan sakit, hingga wafat dirumah pamannya dari Bani Najjar. Ayahnya tidak meninggalkan apa-apa kecuali 5 ekor unta.
Ibu beliau adalah Aminah binti Wahb bin Abdul Manaf bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah. Setelah ibunya melahirkan, ia mengirim beliau kepada kakeknya. Ibunya memberikan kabar gembira kepada sang kakek dengan kelahiran cucunya. Maka kakeknya datang dengan menggendongnya. Sang kakek memasuki Ka’bah bersama beliau. Kakeknya berdoa bagi beliau dan menamai beliau Muhammad.
Di masa itu, orang-orang mulia suku Quraisy mempunyai sebuah kebiasaan untuk menyerahkan anak-anak mereka kepada para ibu susuan yang berasal dari desa (pedalaman). Agar di tahun-tahun pertama kehidupannya sang anak hidup di udara pedalaman yang segar, sehingga badannya menjadi kuat karenanya. Juga kehidupan dididalamnya lebih kental akan bahasa-bahasa yang masih lembut, dan juga sopan.
Oleh karena itu Abdul Muthallib mencari ibu susuan bagi Muhammad Saw. Ketika itu datanglah wanita-wanita dari bani Sa’ad di Makkah. Mereka mencari anak-anak untuk disusui. Di antara mereka adalah Halimah As Sa’diyyah. Semua wanita itu telah mengambil anak untuk disusui kecuali Halimah. Ia tidak menemukan selain Muhammad. Pada mulanya ia enggan mengambil beliau dikarenakan beliau adalah anak yatim tanpa ayah. Namun ia tidak suka kembali tanpa membawa anak susuan. Akhirnya Halimah mengambil beliau karena tidak ada bayi selain beliau untuk disusui.
Halimah mendapatkan banyak barokah dan terjadi hal-hal luar biasa dari Nabi Muhammad Saw  selama menyusui beliau. Nabi Muhammad Saw menetap di Bani Sa’ad selama 2 (dua) tahun, selama masa penyusuan. Kemudian Halimah membawanya ke Makkah. Ia membawanya kepada ibu beliau, Halimah meminta, agar beliau bisa tinggal bersamanya lebih lama lagi.
Muhammad Saw menghabiskan empat tahun pertama masa kanak-kanak di padang pasir, di perkampungan Bani Saad. Oleh itu, beliautumbuh dengan jasmani yang kuat, lidah yang fasih, jiwa yang berani, dan mampu menunggang kuda dengan baik sekalipun berusiasangat muda. Bakat-bakatnya terasah dalam kemurnian dan keheningan padang pasir, di bawah kilauan pancaran matahari dan udara yang bersih.
Kemudian Rasulullah Saw mencapai usia 5 (lima) tahun. Di usia itu terjadi peristiwa pembelahan dada beliau. Jibril datang kepada Muhammad Saw. Ketika itu beliau tengah bermain-main bersama anak-anak lain. Jibril mengambil beliau. Ia mengambil jantung beliau. Ia mengeluarkan segumpal darah dari jantung tersebut. Kemudian ia berkata: “Ini adalah bagian syaithan dari dirimu.”
Lalu ia mencucinya dalam baskom emas dengan air zam-zam. Kemudian Jibril mengembalikan jantung itu seperti semula. Dan tiba pada kemudian hari, Halimah mengetahui kejadian ini. Ia pun mengkhawatirkan keselamatan beliau. Sehingga ia mengembalikan beliau kepada sang ibu.

B.     Wafatnya Ibu Nabi Muhammad Saw
Setelah dikembalikan oleh Halimah As Sa’diyyah kepada ibunya. Ketika beliau mencapai usia 6 (enam) tahun, Aminah membawanya ke Yatsrib. Mereka mengunjungi paman-paman beliau. Mereka adalah saudara Aminah dari Bani An Najjar.
Aminah pergi bersama Ummu Aiman, pengasuh Nabi Muhammad Saw. Di perjalanan pulang dari Yatsrib, ibu beliau meninggal dalam perjalanan. Ia meninggal di suatu tempat yang disebut Al Abwa’. Al Abwa’ berada di antara kota Makkah dan kota Madinah. Maka Ummu Aiman kembali ke Makkah bersama beliau. Kemudian beliau diasuh oleh sang kakek Abdul Muthallib.

C.    Masa Asuhan Nabi Muhammad Saw oleh Abdul Muthalib
Abdul Muthalib merupakan tokoh besar dan terkemuka di kota Makkah pada waktu itu. Abdul Muthalib sangat mencintai dan menyayangi cucunya.
Setelah 2 tahun diasuh kakeknya, dengan penuh kasih saying dan perhatian, kemudian Abdul Muthalib wafat pada usia 140 tahun dan Muhammad Saw, diasuh oleh Abu Thalib pamannya, yang merupakan ayah dari Imam Ali ra.
Wafatnya Abdul Muthalib menjadi satu kehilangan besar bagi Bani Hasyim. Dia mempunyai keteguhan hati, berwibawa, pandangan yang bernas, bijaksana, terhormat dan berpengaruh dikalangan orang-orang Arab. Dia selalu menyediakan makanan dan minuman kepada para tamu yang berziarah dan membantu penduduk kota Makkah yang dalam kesusahan.

D.    Perjalanan Nabi Muhammad Saw ke Syam
Setelah wafatnya Abdul Muthalib, beliau diasuh oleh pamannya Abu Thalib, beranjak remaja berusia 13 tahun, Muhammad Saw melakukan perjalanan pertamanya bersama pamannya Abu Thalib ke Syam. Disuatu tempat beliau berjumpa dengan seorang pendeta Yahudi yang bernama Buhairah. Pendeta itu memahami adanya keistimewaan pada diri Muhammad Saw, dan berkata pada Abu Thalib: “Sesungguhnya anak saudara ina akan mendapatkan kedudukan yang tinggi, maka jagalah dia baik-baik”. Kemudian pulanglah Abu Thalib bersama Muhammad Saw ke kota Makkah.
Ketika Muhammad Saw mencapai usia 25 tahun, beliau pergi ke Syam untuk kedua kalinya dengan membawa barang dagangan milik seorang janda kaya yang bernama Khadijah binti Khuwailid, yang juga seorang yang ternama yang dipercayakan kepada beliau.
Dalam perjalanan itu, yang juga disertai dengan seorang sahaya dari Khadijah bernama Maisaroh. Ditengah perjalanan itu, terjadi lagi hal yang aneh, beliau bertemu dengan rahib yang bernama Nasthur, dan ia pum memahami adanya keistimewaan-keistimewaan pada diri Muhammad Saw, sebagaimana yang telah dilihat oleh Buhairah. Setelah selesai berdagang kembalilah mereka ke kota Makkah.

E.     Pernikahan Nabi Muhammad Saw dengan Khadijah binti Khuwailid
Sikap jujur dan amanah Muhammad telah terkenal di kalangan kaumnya. Hal ini menarik minat Khadijah untuk memberi tawaran kepada beliau agar memperniagakan harta dagangannya melalui sebuah kafilah ke kota Busra. Ketika Muhammad telah pulang ke Makkah, Maisaroh, hamba Khadijah menceritakan kepadanya sikap amanah dan keikhlasan beliau. Khadijah juga melihat keuntungan banyak yang diperoleh dari perniagaan itu. Perkara ini menarik minat Khadijah untuk melamarnya.
Setibanya di kota Makkah berselang 2 bualan dari perjalanan dagang itu, beliau menikah dengan Khadijah binti Khuwailid. Setelah itu Nabi Muhammad Saw pindah kerumah Khadijah untuk memulai lembaran baru dari kehidupannya, usia Khadijah pada waktu itu sudah 40 tahun. Dari pernikahan itu lahir 3 orang putra yaitu Al-Qasim, Abdullah, dan Thayyib, yang semuanya meninggal waktu kecil, serta 4 orang putri yaitu Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, dan Fatimah.
Keempat putri mereka hidup sampai mereka besar. Yang tertua dari mereka yaitu Zainab menikah dengan Abil Aash ibnu Rabi’ bin Abdus Syam. Ruqayyah menikah dengan Utbah bin Abi Lahab. Sedang Ummu Kultsun menikah dengan Utaibah bin Abi Lahab.
Ruqayyah dan Ummi Kultsum kemudian menikah lagi dengan Ustman bin Affan.
Adapun yang termuda dari keempat putrinya, yaitu Fatimah Az Zahra ra. Menikah dengan Ali bin Abi Thalib ra.

F.     Penyelesaian Perkara Oleh Nabi Muhammad Saw
Ketika Muhammad Saw berusia 35 tahun, bertepatan dengan orang Quraisy yang sedang memperbaiki Ka’bah yang terkena banjir, dan sedang membangun Ka’bah dan hendak meletakkan Hajarul Aswad di tempatnya sebelah timur.
Mereka berselisih mengenai siapa yang meletakkan Hajarul Aswad, sampai dari mereka berkelahi, karena kegiatan ini sangatlah mulia.
Kemudian diputuskan bahwa siapa yang lebih dulu masuk dari pintu Shafa dialah yang akan memutuskan perkara ini.
Ternyata Muhammad Saw. yang pertama kali, maka beliau memutuskan untuk meletakkannya diatas surbannya dan meletakkan masing-masing suku memilih seorang wakil yang memegang ujung sorban dan mengangkatnya bersama-sama, hingga tiba di tempatnya lalu Muhammad Saw. mengambil Hajarul Aswad dan menaruhnya di tempatnya, maka selesailah permasalahan dengan baik tanpa permusuhan.

G.    Bangsa Arab Sebelum Pengangkatan Muhammad Saw. Sebagai Rasul
Keadaan bangsa Arab pada saat sebelum pengangkatan Muhammad Saw sebagai rasul masih terjerat dalam pusaran kebodohan, kebiadaban dan jahiliyyah. Tidak hanya itu kehidupan masyarakat pada saat itu masih memepercayai akan berhala-berhala yang diyakini memeliki kekuatan dan sebagai penolong dalam kehidupan, keadaan itu juga didiringi dengan semakin bobroknya moral bangsa Arab tersebut.
Berhala-berhala itu diberi sesembahan dan sebagai penyembahan oleh kebanyakan bangsa Arab. Dan itu merupakan salah satu perbuatan syirik.
Selain kesyirikan, kebiasaan jelek yang mereka lakukan adalah perjudian dan mengundi nasib dengan 3 anak panah. Caranya dengan menuliskan “ya”, “tidak” dan dikosongkan pada ketiga anak panah itu. Ketika ingin bepergian misalnya, mereka mengundinya. Jika yang keluar “ya”, mereka pergi dan jika “tidak”, tidak jadi pergi. Jika yang kosong maka diundi lagi.
Mereka juga mempercayai berita-berita ahli nujum, peramal dan dukun, serta menggantungkan nasib melalui burung-burung. Ketika ingin melekukan sesuatu, mereka mengusir burung. Jika terbang ke arah kanan berarti terus, jika ke arah kiri berarti harus diurungkan. Selain itu, mereka juga pesimis dengan bulan-bulan tertentu. Misalnya karena pesimis dengan bulan safar, mereka kemudian merubah aturan haji sehingga tidak mengijinkan orang luar Makkah untuk haji kecuali dengan memakai pakaian dari mereka. Jika tidak mendapatkan, maka melakukan thawaf dengan telanjang.
Kehidupan sosial kemasyarakatan dalam kaitannya dengan hubungan lain jenis pun sangat rendah, khususnya di kalangan masyarakat menengah ke bawah. Sampai-sampai pada salah satu cara pernikahan mereka, seorang wanita menancapkan bendera di depan rumah. Ini merupakan tanda untuk mempersilahkan bagi laki-laki siapa saja yang ingin ‘mendatanginya’. Jika sampai melahirkan, maka semua yang pernah melakukan hubungan dikumpulkan dan diundang seorang ahli nasab untuk menentukan siapa bapaknya, kemudian sang bapak harus menerimanya.
Tetapi ada juga dikalangan mereka yang membenci akan berhala-berhala dan perbuatan-perbuatan jahiliyyah.Diantara mereka ada yang mengingkari penyembahan berhala dan membenci perbuatan-perbuatan jahiliyyah.
Mereka itu antara lain adalah Qais bin Sa’idah Al-Ayadi orang bijaksana dan ahli pidato mereka, yang wafat sebelum pengangkatan Muhammad Saw. Sebagai nabi. Kemudian Abu Said bin Zaid paman Umar bin Khattab yang Wafat di Damsyik sebelum pengangkatan Muhammad Saw, sebagai nabi. Kemudian Waraqah bin Naufal anak paman Khadijah yang bertemu dengan Muhammad Saw. Sebelum pengangkatan, dan menguatkan dan memberitakan akan keberhasilan dakwahnya.
Beberapa tahun sebelum diutus sebagai Nabi, Allah Swt telah menimbulkan rasa cinta kepadanya untuk pergi ke Gua Hira ( terletak di barat laut kota Makkah). Baginda berkhalwat di dalamnya selama sebulan untuk memikirkan tanda-tanda kebesaran Allah dan kehebatan   kekuasaan-Nya.
Muhammad Saw. menjadi mempunyai kebiasaan yang suka menyendiri dan merenungkan alam dan dunia. Beliau berdiam serta mengasingkan diri di Gua Hira’ yang terletak sekitar 3 mil dari kota Makkah, jauh dari kesibukan duniawi yang memikat.
















BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Muhammad bin Abdullah (محمد بن عبد الله) adalah pembawa ajaran/agama Islam, dan diyakini oleh umat Muslim sebagai nabi dan (Rasul) yang terakhir yang juga merupakan keturunan dari nabi Ismail as. Lahir sekitar senin 20 April 570/571 M (12 Rabi’ul Awwal tahun Gajah), di kota Makkah.
Ketika kecil Muhammad Saw dititipkan dan disusui oleh Halimah As Sa’diyah, seorang berasal dari pedalaman Arab. Ketika beranjak besar Muhammad Saw dikembalikan kepada pelukan ibunya yaitu Aminah, tidak berselang lama, ibunya meninggal dalam perjalanan pulang dari kota Madinah untuk mememui saudara-saudaranya, ibunya meninggal tepat di daerah Abwa’.
Sepeninggal ibunya, Muhammad Saw diasuh oleh kakeknya yang bernama Abdul Muthalib, dengan penuh kasih sayang. Ketika kakeknya berusia 140 tahun, kakeknya meninggal, dan akhirnya beliau kembali diasuh oleh pamannya sendiri yaitu Abu Thalib.
Ketika dalam asuhan pamannya, Muhammad Saw belajar berdagang dan ikut dalam perjalanan ke Syam. Beranjak dewasa Muhammad Saw Menikah dengan Khadijah binti Khuwailid, yang tidak lain adalah seorang yang kaya, yang mengetahui akan sifat-sifat baik Muhammad Saw dari sahayanya yang bernama Maisaroh.


DAFTAR PUSTAKA

Ø  Alhamid, Zaid Husain, Kisah 25 Nabi Dan Rasul, (Jakarta: Pustaka Amani, 1995).
Ø  Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, (Jakarta: Litera Antarnusa, 1990, cet. 12).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar