Minggu, 26 Juli 2015

TUGAS FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat  dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Mandiri. Sholawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw, serta kelurga, para sahabatnya Rodiallahhuanhu dan para pengikutnya yang istiqomah dalam menegakkan panji-panji Islam dan menjalankan sunnah-sunnahnya.
Tugas mandiri ini diajukan  sebagai salah satu tugas mandiri dari mata kuliah Filsafat pendidikan Islam. Saya mengucapkan terimakasih kepada Bapak Wahyudiana M.Pd yang telah memberikan tugas mandiri, dan yang telah memberikan ilmunya kepada kita semua, termasuk aku sebagai mahasiswanya. Yang menarik dari beliau yaitu beliau tidak ingin peserta didiknya ketinggalan dalam mata kuliahnya, sehingga. Walaupun ada salah satu mahasiswa/i telat lebih dari lima belas menit, tetap dipersilakan masuk untuk mengikuti pembelajaran
Semoga tugas mandiri ini berguna bagi pembaca dan kami sebagai penulis akan menerima saran-saran perbaikan dengan senang hati dari dosen




Soal
1.      Jelaskan pengetian filsafat,baik secara etimologis maupun terminologi?
2.      Apa yang dimaksud pemikiran spekulatif dalam filsafat?
3.      Bagaimana pendapat Plato dan Aristoteles tentang yang disebut kebenaran?
4.      Jelaskan pengertian filsafat pendidikan menurut Prof.Dr.Imam Barnadib!
5.      Jelaskan hubungan fungsional antara filsafat dengan teori pendidikan!



Jawaban
1.      Secara Etimologi Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab yang juga diambil dari bahasa Yunani; philosophia. Dalam bahasa ini, kata ini merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata (philia = persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia = "kebijaksanaan"). Sehingga arti harfiah atau segi bahasa/terminologis, filsafat keinginan yang mendalam untuk mendapat kebijakan, atau keinginan mendalam untuk menjadi bijak
Selain itu filsafat  adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan. Jadi seorang yang berfilsafat adalah merupakan salah satu kegiatan/ pemikiran manusia memiliki peran yang penting dalam menentukan dan menemukan eksistensinya. Berfilsafat berarti berpikir, tetapi tidak semua berpikir dapat dikategorikan berfilsafat. Berpikir yang dikategorikan berfilsafat adalah apabila berpikir tersebut mengandung tiga ciri yaitu radikal, sistematis dan universal. Untuk ini filsafat menghendaki lah pikir yang sadar, yang berarti teliti dan teratur. Berarti bahwa manusia menugaskan pikirnya untuk bekerja sesuai dengan aturan dan hukum-hukum yang ada, berusaha menyerap semua yang bersal dari alam, baik yang berasal dari dalam dirinya atau diluarnya.
2.      Pemikiran spekulatif dalam filsafat
Penetapan kriteria yang disebut benar,baik,indah,jahat,buruk,diawali dengan membuwat dugaan yang masuk akal mengenai suatu hal
Filsafat Spekulatif
Filsafat spekulatif adalah cara berpikir sistimais tentang segala yang ada. Mengapa mereka menggunakan cara berpikir cara demikian? Mengapa mereka tidak mencari kandungan yang tersurat, seperti halnya ahli sains mempelajari aspek khusus realita? Jawaban-nya adalah bahwa jiwa manusia ingin melihat segala sesuatu sebagai sesuatu keseluruhan. Mereka ingin memahami bagaimana menemukan totalitas yang bermakna dari realitas yang berbeda dan beraneka ragam.
            Filsafat spekulatif tergolong filsafat tradisional. Dalam hal ini filsafat dianggap sebagai sesuatu bangunan pengetahuan (body of knowledge). Filsafat Yunani kuno, seperti filsafat Socrates, Plato, Aristoteles, dan filsafat lainnya, dapat dijadikan paradigma bagi seluruh filsafat spekulatif. Filsafat spekulaitf merenungkan secara rasional spekulatif seluruh persoalan manusia dalam hubungannya dengan segala yang ada pada jagat raya ini. Filsafat berusaha untuk menjawab suluruh pertanyaan yang berkaitan dengan manusia : eksisitensinya, fitrahnya di alam semesta ini, dan hubungannya dengan kekuatan-kekuatan supernatural. Filsafat spekulatif memiliki rasa kebebasan untuk membicarakan apa saja yang ia sukai. Mereka berasumsi bahwa manusia memiliki kekuatan intelektual yang sangat tinggi, sehingga Aritoteles sendiri mengemukakan bahwa manusia merupakan : animal rationale. Dengan penalaran intelektualnya, mereka berusha membangun pemikiran tentang manusia dan masyarakat.

Plaoto sebagai pelopor filsafat idealisme klasik membahas semua persoalan yang berkaitan dengan manusia, masyarakat, dan eksistensi manusia dalam lama ini. Ia bebicara tetentang susunan masyarakat, politik (pemerintahan), nilai/moral, pengetahuan dan kebenaran, dan juga sampai pembicaraan kekuatan supernatural Aristoteles sebagai pelopor realisme klasik membicarakan politik biologi, fisika, nilai abadi, badan, dan jiwa. John Dewey membangun filsafat pragmatisme, berbicara tentang manusia, jagat raya yang bersifat fisik dan natural, berbicara tentang pengetahuan empiris dan teruji oleh pengalaman, dan juga berbicara tentang nilai. Tetapi, filsafat Dewey tidak sampai pada pembicaraan supernatural. Pada dasarnya Dewey berpikir spekulatif, walaupun pada akhirnya ia berpandangan eksperimental.
Filsafat spekulatif mencari keteraturan dan keseluruhan yang diterapkan, bukan pada suatu intem pengalaman khusus, melainkan pada semua pengalaman dan pengetahuan. Singkatnya, filsafat spekulatif adalah suatu upaya mencari dan menemukan hubungan dalam keseluruhan alam berpikir dan keseluruhan pengalaman.
3.      Menurut Plato ” Kebenaran” sebagai suatu ketakter tersembunyian adanya itu tidak dapat dicapai manusia selama hidupnya di dunia ini. Pengertian kebenaran seperti ini sama dengan pendapat Thomas Aquinas sebagai kebenaran ontoiogis.
Aritoteles dapat memahami kebenaran lebih memusatkan perhatiannya pada kualitas pernyataan yang dibuat oleh subjek penahu ketika ia menegaskan suatu putusan entah secara afirmatif atau negatif itu tergantung pada apakah putusan yang bersangkutan sebagai pengetahuan dalam diri subjek penahu itu sesuai atau tidak dengan kenyataannya. Di sini kebenaran dimengerti sebagai persesuaian antara subjek sipenahu dengan objek yang diketahui. Bagi Aritoteles subjek yang mengetahui lebih penting daripada objek yang diketahui, sebagaimana dalam pandangan Plato, walaupun demikian bagi Aristoteles pun pengetahuan yang paling benar dan paling luhur baru dimiliki kalau
4.      Menurut Imam Barnadib Filsafat pendidik adalah ilmu yang hakekatnya merupakan jawaban dari pertanyan-pertanyan dalam bidang pendidikan dan merupakan aplikasi sesuatu analisis filosofis terhadap bidang pendidikan.
5.      Hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan
a.       Filsafat dalam arti filosofis merupakan satu pendekatan yang dipakai dalam memecahkan problematika pendidikan dan menyusun  teori pendidikan dari para ahli.
b.      Filsafat fungsi memberi arah bagi teori pendidikan yang telah ada dan menurut aliran filsafat tertentu yang memiliki Relevansi dengan kehidupan nyat





DAFTAR PUSTAKA
Barnadib Imam,( 1982)Filsafat Pendidikan.FIK IKIP Yogyakarta.
Ikhsan Fuad.2010.Filsafat Iimu.Jakarta:Reneka Cipta.
Tafsir Prof.Dr.Ahmad. (2008). Filsafat Umum AKAL DAN Hati Sejak Thales Sampai                      Capra, Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA
Koeto wibisono.(1997).Dasar-dasar  filsafat.Jakarta :Universitas Terbuka




Tidak ada komentar:

Posting Komentar